Farah sudah kembali berada di kamarnya, dia terengah luar biasa. Dia mengunci kamar segera, tubuhnya merosot di lantai, tangannya menekan dadanya kuat. Dia lunglai seketika setelah dia berlari sekencangnya barusan.
"Unbelievable!" gumamnya lirih.
Dia menegakkan kaki untuk menahan topangan kepalanya. Farah tidak menyangka, dia benar-benar memberikan ciuman pertamanya pada pria yang sangat ia sukai selama ini. Sejuta rasa tengah hinggap di benaknya, salah satunya dia tengah cemas. Dia takut kakaknya berfikir negatif tentangnya, padahal sampai seumur kepala dua ini, Farah Lee belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Namun, barusan terasa mereka sudah terbiasa berciuman.
"Aaargghh... Bisa gila aku!" Farah memekik frustasi menjambak rambutnya. "Aku ga punya muka lagi rasanya!"
Farah terus menggelengkan kepalanya cepat berulang kali, setelahnya bangkit menuju kamar mandi dan berniat membersihkan wajahnya yang kusut. Dia sedikit memekik saat menatap cermin, dia bisa melihat bibirnya yang membengkak kemerahan karena Keenan menyesapnya kuat. Perlahan Farah kembali mengusap bibirnya, benaknya kembali memutar adegan beberapa menit di ruang entertain bersama kakak sepupunya.
Deg!
Denyut jantung Farah kembali berdebar, jemarinya menyapu perlahan kulit tipis bibirnya. Dia membayangkan Keenan kembali melakukannya. Farah masih mengingat betapa lembutnya pria itu menyentuh bibirnya, walau begitu Keenan terus menuntut sampai mereka hampir saja kebablasan.
"Kamu memberikan first kiss pada pria yang benar-benar kamu sukai!" Farah tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.
Mungkinkah ini langkah awal dia memiliki takdir benang merah dengan kakak sepupu angkatnya? Who knows...
***
Keesokan harinya...
Pada akhirnya semalaman Farah tidak bisa tidur, dia terus memikirkan insiden di ruang entertain bersama kakak sepupu yang jadi tambatan hatinya selama ini.
"Huh, semakin hari, aku malah semakin mengaguminya!" Farah terus bermonolog di dalam bak mandinya.
Dia tengah berendam, merasakan kepalanya berputar-putar, dia memutuskan merilekskan tubuhnya dengan berendam dan memberikan banyak essential oil agar kegelisahannya hilang.
"Apakah Tuhan akan membantuku memberikan kesempatan untuk mendapatkan pria sempurna itu?" Farah memainkan sabun mandinya dengan pikiran menerawang penuh dengan gambaran Keenan. "Aih Farah Lee, kamu lupa kamu ini siapa disini!" Farah menenggelamkan dirinya, dia merasa otaknya mengeluarkan asap tebal.
Tok... Tok... Tok...
Bunyi ketukan pintu yang terdengar di telinga membuat Farah bangkit, gadis itu segera membilas tubuhnya. Dengan cepat dia menggunakan handuk kimononya dan berjalan menuju pintu. Sejenak dia ragu, apa mungkin kakak sepupunya yang kembali mendatanginya.
"Nona Farah, Nona Muda mengatakan agar anda segera ke bawah. Sarapan telah siap Nona," pekikan seorang pelayan membuyarkan pikiran Farah.
"Katakan sebentar lagi aku bergabung!"
"Baik Nona, saya permisi!"
Farah menunduk dengan kekehan, dia sudah berharap yang bukan-bukan. Farah bergegas menuju area wardrobe miliknya, dia memilih pakaian kasual seperti biasa. Setelan t-shirt dengan cardigan andalan yang dipadukan dengan skinny jeans memperlihatkan kaki jenjangnya.
Hari ini Farah memiliki jadwal kelas di kampusnya. Dia telah memasukan beberapa keperluan ke dalam tas, termasuk buku-buku ke dalamnya. Dia mengenakan sneakers favorit setelah selesai mengoleskan make up tipis di wajah yang sudah sangat cantik walau tanpa polesan sekalipun.
Ceklek...
Farah keluar dengan perlahan, menilik kiri dan kanan kemudian keluar dengan gelisah. Dia bergumam dalam hati, berharap dia tidak berpapasan dengan Keenan. Farah semakin mempercepat langkah kakinya, dia tidak ingin bertemu dengan siapapun.
"Lama banget oy!"
Farah mengembangkan senyuman saat terdengar teriakan sepupunya.
"Kamu nih kebiasaan bangun siang terus!" Karen langsung mengoceh setelah melihat batang hidung sepupunya.
Farah mendekati kursi yang biasa ia tempati. Matanya menyelidik "Loh Kak Keenan juga belum turun ya?!"
"Keenan... Keenan... Keenan aja yang lu peduliin, hih!" Raut wajah Karen yang datar kini berubah semakin kesal.
Farah tertawa cengengesan. Namun, hati dan pikirannya justru tengah berkecamuk tidak karuan. Di satu sisi dia merasa lega, di sisi lainnya ada rasa kecewa bersarang di hatinya.
Farah bisa melihat kekesalan terpetakan juga di wajah Karen, sepertinya adiknya itu masih sangat merindukan kakaknya. Tapi apa boleh dikata, si pria balok es itu memang hanya tahu kerja dan kerja saja. Setidaknya saat ini bagi Farah dia tidak akan merasa canggung setelah apa yang terjadi pada mereka tadi malam.
"Lu kuliah?!" tanya Karen menatap Farah memindai penampilan rapi sepupunya.
"Hmm... Kamu mau antar aku?!" Dengan wajah berbinar tak lupa puppy eyes-nya Farah berharap Karen mengantarnya.
"Dih males, bawa mobil sendiri sana!"
"Ishh... Aku belum punya sim!"
"Ya udah di antar supir aja, aku ada keperluan."
"Keperluan apa?!" tanya Farah kepo.
"Kepo!"
Farah menggerutu kesal atas jawaban Karen yang tidak ingin memberitahunya. Karen yang memang sengaja melakukannya tentu hanya ingin melihat respon menggemaskan sepupunya. Tak berapa lama Karen tertawa dan menjelaskan apa keperluannya. Tiba-tiba saja di atas kepala Farah seolah menunjukan lampu pijar yang menyala terang.
"Aku mau daftar jadi asisten pribadimu boleh?" Dengan antusias Farah bertanya tak lupa kedipan mata berulang-ulang.
"Absolutely, Baby!" sahut Karen tak kalah antusias. "Makanya buruan lulus, nanti kita akan seperti Kak Keenan dan Sam!"
Farah tersenyum dan kembali bercengkrama hangat bersama sepupunya, tak lama ia pamit berangkat menuju kampusnya. Farah berkuliah di salah satu universitas favorit di negara mereka. Jika di banding Keenan dan Karen, Farah lebih memilih mengenyam pendidikan masih di dalam negara yang sama, menurut Farah dia bisa menemani paman dan bibinya.
Universitas S, kota S.
"Hei Besti!" sapa salah satu sahabat karib Farah. "Weekend kemaren lu ga asik ga bisa dihubungin!" cicit Ceillyn menghampiri Farah langsung saat temannya itu baru saja keluar dari Maybach hitam pekat yang selalu mengantar jemput Farah selama ini.
"Sorry, kemaren sepupuku pulang, gak sempat cek HP!" Farah menjelaskan santai. "Mana Meishya?" Farah bertanya menyelidik sekitar.
"Paling kesiangan kek biasanya, maklum selebgram yang punya 20 juta follower harus terus update story sampai tengah malam!"
Keduanya terkekeh bersamaan dan bergegas menuju ruang kelas mereka. Di ambang pintu kelas terdengar pekikan seorang pria yang terdengar seperti pria yang tidak normal.
"Ayaaang Farah!"
"I miss you badly baby!"
Tanpa permisi seperti biasa Axcel memeluk Farah dari belakang, sedetik kemudian segera dihardik oleh si gadis.
"Axcel!" rutuk Farah tidak terima.
"Lu mah maju terus pantang kendor, dah tau ga dapet lampu ijo masih aja dipepet teros!" cibir Ceillyn mengolok.
"Biar kata di tolak Ayang, gue bakalan buktiin gue cowok paling setia sejagat alam semesta, Baby!" Axcel mengerling manja ke arah Farah.
"Hueeek!" Farah dan Ceillyn menunjukan ekspresi jijik di hadapan si pria, tak lama ketiganya bergegas menuju ruang kelas.
Farah memiliki tiga teman dekat di kampusnya, mereka adalah Ceillyn Kim, Gu Meishya dan Axcel Luciano. Di kamus favorit itu, tentu saja berisikan murid-murid dari kalangan orang berada. Sisanya yang menerima beasiswa atas kepintaran mereka.
Ketiga teman Farah sangat tahu bahwa Farah di bawah naungan Kaviandra, salah satu keluarga terkaya di negaranya. Banyak orang yang mendekati Farah karena modus. Farah cukup beruntung, ketiga temannya ini benar-benar tulus padanya. Buktinya sampai semester lima ini mereka masih akur bersama, bahkan Axcel sampai menaruh hati padanya.
--- To be continue ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Toko john 125
wait, aku baru nyadar Axel Luciano ni si Papa kecil nya Keano kan kak..??
2023-04-08
2