Farah sudah berada di balkon lantai dua di kediaman kakak sepupunya. Dia menghirup dalam oksigen di sekitarannya kemudian membuang nafasnya perlahan. "Enak banget disini!"
Farah menatap pandangan menakjubkan dari gemerlap kota S di malam hari di atas ketinggian sepuluh lantai kondominium yang ia pijaki. Dengan mengembangkan senyuman bahagianya Fayah menyesap hot chocolate yang dipenuhi *topping*marshmallow favoritnya.
Di kediaman besar tentu dia tidak akan pernah menikmati pemandangan perkotaan seperti ini. Secara kediaman Kaviandra merupakan pulau kecil yang dikelilingi hutan dan laut perbatasan. "Hmm... Akan lebih indah jika aku terus berada disini."
Farah kembali tersipu malu, pikirannya mulai membayangkan yang bukan-bukan. Farah merentangkan kedua tangan, dia merenggangkan seluruh bagian tubuhnya yang di rasa pegal setelah kejadian tak terduga sebelumnya. Farah berencana menyudahi menikmati malam indahnya dan mencari kamar untuk beristirahat menutup harinya yang istimewa saat ini.
Tring!
Farah mendelik, ponselnya berdering, dia segera merogoh tas kecilnya dan melihat begitu banyak notifikasi pesan masuk di aplikasi chat group sahabatnya. Tangannya terus bergulir membaca satu per satu isi pesan dan berhenti di isi pesan Axcel yang mendominasi.
[ Axcel : Ayaaang kamu dimana? Kamu aman kan? Jangan bikin aku khawatir sayaaang!!! *emot sedih* ]
Beberapa pesan serupa dari Ceillyn dan Meishya yang menanyakan kabarnya. Farah mulai membalas melalui group chat, dia lupa juga menanyakan kabar ketiga temannya yang sama-sama datang ke klub sebelumnya.
[ Farah : Sorry baru balas, gue baik-baik aja ko tadi langsung menghindar, sorry ya ga pamit ga bilang apa-apa aslinya syok berat!! Kalian aman juga kan? ]
[ Ceillyn : Syukurlah, gue ga nemuin lo pas ke pintu keluar! Gue pikir lu udah cabut duluan... Gue beneran takut setengah mampus ga liat elu!! huhu ]
[ Meishya : Akhirnya nongol juga!! Bikin jantungan aja lu ga ada kabar kita takut lu ketinggalan disana. Gedungnya meledak woi!!! ]
Farah mengulumkan senyuman, dia begitu beruntung mendapatkan sahabat sejati bagai kepompong. Kadang kepo kadang rempong. Tapi keduanya benar-benar tidak sedang memanfaatkan Farah seperti beberapa orang di kampusnya tempo lalu. Farah mengerutkan keningnya, Axcel langsung menghubunginya via sambungan video call.
"Halo..." sahut Farah cepat menekan tombol hijau di ponsel bobanya.
"Ayaaang! Kamu beneran ga papa kan?!"
"Kamu bisa lihat sendiri aku baik-baik aja Cel. Thanks..." Farah segera menjelaskan sebelum pria di seberang semakin menjadi mencerca dengan kekhawatiran berlebihannya. "Bisa ga kamu ga usah panggil aku Ayang terus! Aku kan bukan Ayang kamu, Cel!" sambung Farah merasa tidak nyaman.
Axcel terlihat tidak senang, dia kembali menyatakan kesepakatan yang berlaku antara keduanya, Farah mengerucutkan bibirnya kesal membuat Axcel semakin gemas pada wanita pujannya. Keduanya terlibat pembahasan sejenak Farah segera menyudahinya. Dia tidak ingin terlalu dekat dengan Axcel, apalagi Farah masih bisa dengan jelas mengingat bagaimana mereka berdua terlibat ciuman yang tidak semestinya terjadi tempo lalu. Tanpa disadari Farah bahwa dia tengah diawasi seseorang. Orang itu kini tengah merasa cemburu, namun sedetik kemudian dia tepis.
"Heh, dia pikir dia siapa? Harusnya aku tidak membawanya kemari!" Keenan menutup layar laptop yang menunjukan kamera pengawas dimana Farah berada saat ini. Dia bangkit segera menuju kamar mandi dengan menenteng wine sebagai pelarian kegagalan misinya. Dia begitu sial, tidak hanya misinya gagal, dia juga harus berurusan dengan sepupu tengilnya.
Di sisi lain di balkon kediamannya, Farah telah selesai melakukan sambungan telepon dengan Axcel. Dia merentangkan kembali kedua tangannya keatas. Farah segera memasuki ruangan dan mencari kamarnya.
"Perasaan sepi banget, jam berapa sih ini?"
Farah terus mengamati ruangan sekitar, dia sempat kebingungan. Dia lupa akan arahan dari pengurus Tang. Farah memilih asal kamar yang akan digunakan untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Bug!
"Enaaak bangeeet!" Farah merebahkan dirinya di ranjang besar yang rapi dengan nuansa kamar serba hitam kelam.
Ssshhh... Ssshhhh...
"Aku seperti kenal bau ini?" Farah mengendus area ranjang. "Kayak perfume Kak Keenan?" Farah terus berpikir.
"Ah, awkarin metik tomat, bodo amat!" Farah kembali menghempaskan dirinya di ranjang yang begitu nyaman dan membuatnya kembali berangan-angan akan kedekatannya dengan kakak sepupu kedepannya.
Tubuh Farah meremang, dia tersipu malu sendiri dengan bayangan seandainya Keenan menjadi prianya. Farah menarik selimut menutup rona merah wajahnya. Setelahnya dia merasakan kantuk teramat sangat mendera dirinya. Matanya terpejam, dia juga menarik guling untuk dipeluk. Aroma parfum Keenan yang dirasa begitu pekat membuat Farah semakin menjadi dan berfantasi liar di alam pikirannya. Dia membayangkan saat ini dia tengah memeluk kakak sepupu dinginnya. 'Aku gak berani berkhayal seandainya aku adalah istrinya, hihi!'
Ceklek!
Keenan telah selesai berendam, kepala yang dirasa berat sebelumnya kini mulai terasa ringan. Dia berjalan menuju area wardrobe yang tak jauh dari kamar mandinya. Menanggalkan handuk begitu saja dan mengenakan piyama tidurnya. Keenan mengambil handuk kecil dan menggosok rambutnya yang basah, percikan air dari rambutnya kadang menetes di wajah tampannya. Dia begitu sempurna sebagai seorang pria dewasa matang.
Bug!
"Aaarghh, lelahnya..." pekik Keenan lirih di ranjang pribadinya. "Bisa-bisanya aku gagal menjalankan misi ini!" Keenan kembali berpikir berat. "Ini sudah kedua kalinya, apa aku melemah?!" Keenan tidak terima dengan kekalahannya.
Sejurus kemudian pikirannya kembali memutar kejadian Farah memberikannya pertolongan pertama dengan ciuman panasnya. "Shiiit!"
Keenan kembali membuka mata lebar, dia merutuk kesal sebelum akhirnya dia segera menutup matanya bersiap mengistirahatkan tubuhnya. Keenan kembali teledor, dia tidak menyadari bahwasanya Farah sedang tertidur disampingnya.
Deg!
Mata Keenan terbuka sempurna saat Farah berbalik dan memeluk dirinya dengan erat. Keenan terjaga sepenuhnya, dia bangkit segera dan bersiap melakukan serangan. Matanya semakin terbuka lebar dengan emosi yang mulai meluap-luap.
'Faraaah Lee!!'
Keenan menahan emosi yang sejujurnya ingin meledak saat ini juga. Sepupu tengilnya kembali berulah dan dengan sengaja tidur di kamar pribadinya. Keenan terdiam sejenak, matanya memindai tubuh Farah lekat, senyum smirknya mengembang mengisyaratkan sesuatu. Pandangan netra tajamnya mengunci bibir Farah, jakunnya kembali naik dan turun dengan nafas yang semakin memburu saat ini. Perlahan Keenan memberanikan diri menyentuh wajah polos sepupu kesayangan adiknya.
"Apa yang sedang kamu rencanakan, Tengil?" gumam Keenan lirih semakin mendekati wajah adik sepupunya. "Mengapa semakin kesini kamu semakin berani menempel denganku!" Keenan menundukan wajahnya dan memagut bibir Farah yang tanpa di sadari olehnya menjadi bagian yang memiliki daya magnetis yang kuat untuk selalu menyentuhnya. Keenan benar-benar merasa kecanduan!
"Bocah sialan!" Keenan melepaskan pagutan bibirnya, darahnya masih mendesis merasakan gelenyar aneh di sepanjang aliran darahnya.
Keenan tidak terima dia ternyata bisa juga bertingkah mesum, bahkan dengan adik sepupunya sendiri. Terjadi peperangan hebat dalam benaknya. Dia yang ingin beristirahat cepat, kini kembali dilanda sakit kepala hebat.
"You jerk, Farah Lee!"
Keenan kembali mendekat, dia mengatur posisi tidur keduanya dalam keadaan nyaman. Keenan memiringkan tubuh Farah, dengan begitu Keenan bisa leluasa menyesap bibir sepupunya. Tak hanya itu, Keenan semakin berani menyentuh bagian tubuh Farah di luar pakaiannya yang begitu mini. Darah Keenan semakin panas, tubuhnya bergejolak hebat. Ada rang-sangan kuat atas hasrat terlarangnya. Keenan baru menyadari, ternyata Farah sama-sama memiliki kebiasaan yang sama dengan adik kesayangannya. Keduanya seperti kebo, yang akan tidur pulas tanpa bisa terbangun dengan mudah walau gempa bumi menyapa sekalipun.
"Jangan salahkan aku Farah, kamu ingin bermain-main denganku, maka aku ladeni Sayang!" gumam Keenan di depan bibir gadis tengisnya yang sudah basah oleh ulahnya. "Ini hanya akan jadi milikku, Farah Lee!" Keenan menyapu lembut bibir Farah. Dia kembali memagutnya, sampai puas dan kantuk kembali menyerangnya.
***
Keesokan harinya...
Sinar mentari menelusup di balik tirai besar kamar yang digunakan Farah, hal itu membuat Farah mengerjapkan beberapa kali kelopak matanya. Farah mulai terjaga dan keluar dari mimpi anehnya semalam. "Uugh!"
Farah membuka matanya sejenak, dia begitu malas terbangun. Dia kembali membalikkan badannya dan memeluk gulingnya.
DEG!
Farah terbelalak, sepertinya dia bukan memeluk sebuah guling. Dia masih terdiam tidak bergeming sedikit pun. Dia merasakan bahwa yang ia peluk seperti seorang manusia, Farah mengatupkan bibir erat dengan menelan ludahnya. Bukannya segera melepaskan diri dari guling tiga dimensinya, dia justru semakin nista meraba otot perut seseorang yang seperti tatanan roti sobek beraneka rasa di balik kaos tipisnya.
"Aaarrgh!"
Akhirnya Farah tersadar, dia segera menjerit dan beringsut mundur. "Kak Keenan!"
Dengan cepat Farah bangkit dan segera melakukan shoong berlari cepat layaknya lamborghini menuju kamar mandi dan mengunci dirinya.
BRAAAK!
Farah menutup pintu dengan kencangnya, pria besar disampingnya tentu saja terjaga sempurna sekarang. Kelakuan gadis tengilnya sungguh di luar Nurul dan tidak habis Fikri di kepala Keenan. Di pagi hari yang cerah ini mood Keenan hancur total. Tidur nyenyak Keenan harus terganggu dengan ulah Farah yang menjerit kencang juga membanting pintu dengan sangat keras di hadapannya.
Sedangkan di bilik kamar mandi, Farah tengah gelisah luar biasa. Dia mondar-mandir dengan menggerutu lirih.
"Mampus Farah Lee!" pekiknya menggigit genggaman tangannya sakit takutnya. "Kamu tidur di kamar Raja Alam Baka... Aaargh!" Farah berhenti menutup mata dan menundukkan lemas kepalanya.
Farah sungguh sial, dia bukan sedang bersikap lebay. Tetapi, hidup hampir separuh usianya di kediaman besar membuat dia mengetahui watak kakak sepupunya yang kejam terhadap orang luar dan manis di hadapan keluarganya saja.
Farah kembali di bawa mengingat kejadian tempo dulu, salah satu pelayan kediaman mengganggu pagi hari yang cerah kakak sepupunya dengan masuk tanpa izin ke kamar pribadi Keenan saat dia masih di dalam. Tanpa persetujuan siapa pun, Keenan langsung menghukum pelayan tersebut dengan cambukan dan memecatnya tanpa sepeser uang. Tubuh Farah kembali bergidik ngeri, dia baru saja membuat keributan di samping kakak sepupunya yang masih tertidur.
Benar saja, Keenan terbangun menatap kearah kamar mandinya. "Sepagi ini kamu bikin kerusuhan, Degil!"
Keenan bangkit memegang kepalanya yang terasa berat, sesekali dia menggelangkannya sejenak memikirkan kelakuan Farah yang belum ada 24 jam di kediamannya sudah membuat darah Keenan kembali mendidih rasanya.
"Farah Lee, buka pintunya!" Keenan memekik kencang sebelum dia menggedornya tidak manusiawi.
Farah menatap pintu dengan hati yang mencelos, tubuhnya bergetar hebat. Kakinya terlalu lemas untuk menuju pintu dan membuka secepatnya seperti permintaan kakak sepupunya. "Sebaiknya aku mencari kertas dan menuliskan surat wasiat terlebih dahulu! Huhu..." Farah menelan saliva berkali-kali, tubuhnya seperti tak bertulang kali ini.
"Aku minta maaf Kak, sumpahnya demi langit dan bumi bersaksi. Aku tidak tahu ini kamar Kakak!" Farah memberanikan diri memekik menjelaskan pada Keenan yang masih menunggunya dibalik pintu.
"Heh!" Keenan terdiam sejenak, dia mengangkat sudut bibirnya dengan raut wajah seolah tengah membangkitkan jutsu kematian. "Itu hanya alasanmu saja kan?"
"Buka pintunya sekarang juga, aku akan menyelesaikanmu segera!" Keenan berujar sangat menakutkan di indra pendengaran Farah saat ini.
"Aaarghh!" Farah menekan kepala dengan kedua tangannya, gadis itu memindai kamar mandi. Dia mencari celah untuk kabur.
Braaak!!
"Aaarrggghh!"
Farah tersadar dan kembali menjerit kencang saat Keenan dengan mudah membuka pintu kamar mandi dan membantingnya sangat kencang. Farah bisa melihat dengan jelas raut wajah penuh emosi kakak sepupunya yang memerah menahan amarah. Farah sudah meneteskan air matanya. "M-maafkan akuu..." lirihnya segera.
Farah menelan saliva dan masih terpaku di tempat. Terlihat nafas Keenan sudah memburu, pria itu masuk dengan cepat mengunci pandangannya dan menatap Farah dengan sorot mata tajam memburunya. "Kamu menangis?"
Farah mengatupkan bibirnya erat, dia juga mencengkram erat kedua tangannya. Air matanya semakin deras turun di wajah sayunya. Keenan tidak peduli, dia terus berjalan mendekati gadis tengil perusak suasana hatinya. Farah beringsut mundur mengimbangi langkah kaki kakak sepupunya yang bergerak maju dengan lambat seolah menekannya.
"Aku bersumpah Kak, aku tidak tahu ini kamar Kakak... Maafkan aku ya!" Farah menatap kedua netra Keenan dengan tatapan nanarnya.
DEG!
Keenan menghentikan langkah kakinya tepat di depan tubuh Farah yang sedang bergetar hebat. Ada rasa tidak nyaman kembali menjalar di hati Keenan. Keenan membuang wajahnya tiba-tiba. Di tempat Farah, gadis itu bisa mendengar hembusan nafas Keenan yang berat.
"Ini peringatan untukmu!" Keenan berbalik dan mencengkram erat wajah Farah.
Debar jantung Farah sungguh bekerja sepuluh kali lipat, dia berharap pingsan saja saat ini. Dia tidak bisa lagi menahan sesak dan gemuruh dadanya. Keenan menatap tajam wajah Farah, dia terus memindai dan tepat di bibirnya, jantung Keenan ikut berdetak tidak karuan.
'Shiiit, sialan Farah Lee!' umpat Keenan dalam batinnya kembali gelisah mengingat apa yang sudah terjadi semalam sebelumnya.
"Mandi cepat!" Keenan melepaskan cengkraman tangannya, dia segera berbalik badan bersiap meninggalkan Farah sebelum semuanya terlambat, hasrat terlarangnya mulai dia rasakan keluar dan meminta haknya.
'Puja kerang ajaib!' Farah bersorak dalam benaknya, hanya saja tubuhnya tentu saja masih terpaku tidak bergerak di tempatnya.
"Kak..." lirih Farah memanggil Kakak sepupunya.
Entah apa yang dipikirkan Farah saat ini. Keenan kembali berbalik dan menatap tajam adik sepupunya. "Hm?"
"Aku gak bawa baju, aku pinjem kaos Kakak boleh ya?" Farah gelisah, dia bertanya begitu hati-hati.
Deg!
Keenan menatap Farah dari atas hingga bawah, dia baru sadar gadis tengilnya hanya menggunakan mini dress mengekspos tubuh cantiknya. Jakun Keenan kembali naik dan turun, dia juga menelan saliva seolah begitu lapar dan haus saat ini juga. "Kamu semakin kurang ajar denganku, Farah!"
"Ah, ti-daak... Maaf!" Farah kembali menundukkan kepalanya, tanpa dia lihat Keenan sudah memetakan seringai culasnya.
Keenan kembali berjalan mendekati sepupu degilnya. "Kamu pikir bisa menyuruhku seenaknya?"
Debar jantung Farah kembali berpacu dengan sangat cepat, dia tidak tahu harus seperti apa sekarang. Inginnya dia lari ke UGD saja! Apalagi saat Farah bisa merasakan Keenan sudah di depannya dan berbisik tepat di cuping telinganya. "Kompensasi apa yang bisa kamu berikan untukku, Farah?!"
Farah mendongak, dia bergitu terkejut wajah Keenan begitu dekat. "Kakak mau apa? Aku hidup aja di biayai Keluarga Kaviandra..."
Keenan tersenyum lebar di depan Farah membuat tubuh Farah terpana dalam beberapa saat. Tubuh Farah seperti tengah mengeluarkan jutaan kupu-kupu yang mencoba keluar dari kepompongnya. 'Apa ini artinya? Aku seperti mendapat keberkahan di antara kesialan?'
Keenan mengangkat dagu adik sepupunya. "Aku tidak butuh uang, Sayang!"
DEG!
Farah semakin tersentak, Keenan mengatakan Sayang untuknya!
"Aku ingin ini!" Ibu jari Keenan berjalan dan menekan bibir mungil gadisnya.
Tubuh Farah tidak bergeming, dia merasa jiwanya seolah keluar dari raganya. Keenan semakin menyeringai puas. Tanpa meminta izin pada pemilik tubuh di hadapannya Keenan kembali memagut bibir adik sepupunya yang benar-benar membuatnya candu luar biasa. Mata Farah terbelalak seolah isinya akan keluar saat ini juga.
Keenan begitu lembut menyesap bibirnya, Farah sungguh terbuai seperti terbang ke atas awan. Dia menutup matanya segera, menempelkan kedua tangan di dada bidang kakak sepupunya dan perlahan beralih merangkul leher Keenan. Kepala mereka terus bergerak ke kiri dan kanan mencari kenyamanan dari pagutan keduanya.
'Shiiit!' Keenan mendorong tubuh Farah segera. Dia merasa seperti pria cabul yang hanya ada kemesuman di pikirannya saat ini. "Kamu bisa ambil sesukamu di lemari!"
Lagi-lagi Farah tidak bergeming dan tidak bisa bersuara bahkan menjawab kata-kata kakaknya saja mulutnya terasa tidak mampu mengeluarkan kalimat. Keenan segera berbalik dan keluar dari kamar mandinya, kini senyum culas Farah terlihat di wajah berserinya.
"Jika Kakak terus memperlakukanku seperti ini, maka jangan salahkan aku Keenan Kaviandra!" Farah bergumam setelah pintu kembali tertutup. "Aku tidak akan membiarkan kamu melewatkan pesonaku! Kamu milikku Keenan Kaviandra..."
--- To be continue ---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments