"Hei Kak Davien ikut juga ke sini? Aku pikir, Kak Davien sudah pulang. Karena kata Kak Liana, Kak Davien sudah mempunyai istri. Tidak enak bukan, kalau Kak Davien terus-terusan menemani Kak Li. Bisa-bisa istri Kak Davien marah!" ujar Viola sambil melempar senyumnya.
"Kamu tenang saja, Viola. Istri Kakak tidak akan marah. Dia sedang berlibur bersama teman-temannya. Bagaimana kondisimu, apa setelah kita tinggal tadi, kamu mengeluh kesakitan atau apa?" tanya Davien menatap Boy yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. "Lalu, apa pria itu menjagamu dengan baik?" tanyanya lagi.
Viola menganggukkan kepalanya, "Kakak tenang saja, kak Boy orang yang sangat baik. Dia begitu cemas saat aku memanggilnya. Dia bilang, dia takut terjadi sesuatu denganku. Dia juga bilang, kalau dia takut di pecat oleh Kakak?" bisik Viola.
"Bagus, kalau Boy berbicara seperti itu." jawab Davien.
Liana menatap wajah adiknya, dia menjatuhkan pantatnya di kursi samping ranjang sang adik.
"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Liana memastikan.
"Aku baik-baik saja, Kak! Kak Li kenapa? Aku lihat, Kak Li seperti orang yang kecapean? Dan bibir Kak Li pucat, jangan-jangan Kak Li sakit karena menjagaku?" tebak Viola seketika menatap wajah Davien. "Kak, aku boleh minta tolong, antarkan Kak Li berobat, aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Kak Li. Pasti Kak Li kecapean mengurusku!" pinta Viola memohon.
"Tidak perlu, Vi. Kakak baik-baik saja, mungkin karena tidur Kakak kurang. Sudahlah, kamu istirahat saja, tidak perlu memikirkan kondisi Kakak. Kamu pernah melihat Kakak sakit? Tidak, kan? Tidak perlu mengkhawatirkan Kakakmu ini." timpal Liana..
Davien berjalan selangkah agar lebih dekat dengan istrinya. Dia memutar tubuh istrinya dan menangkup wajah istrinya membuat Viola yang melihat sedikit terkejut dengan respon pria yang baru di kenalnya beberapa hari lalu.
"Kamu sakit, Li?" tanya Davien, "Boy! Panggil dokter dan bawa bangsal untuk Liana!" titahnya lagi.
"Apaan sih, Mas." kesal Liana menepis tangan suaminya, "Aku baik-baik saja. Jangan bersikap terlalu berlebihan." sambungnya lagi.
'Kenapa sikap Kak Davien aneh, ya? Kak Davien terlihat begitu mencemaskan Kak Li. Aku merasa mereka seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Semoga saja, feelingku salah. Kak Liana bukan wanita jahat yang suka merebut kebahagiaan orang lain.' batin Viola.
'Kenapa Mas Davien bersikap seperti ini di depan Viola. Pasti Viola berpikir, kalau aku dan Mas Davien mempunyai hubungan terlarang.' batin Liana.
"Boy, cepat bawa dokter kemari!" pekik Davien panik.
"Mas, tidak perlu. Aku baik-baik saja. Aku kurang tidur. Mungkin, kalau aku tidur sejenak, wajahku tidak akan pucat lagi." tolak Liana, "Please, aku baik-baik saja,". sambungnya lagi.
Tanpa sadar, Boy menarik ke dua sudut bibirnya ke atas saat melihat begitu panik dan cemas bos nya kepada istri barunya.
'Apa Tuan Davien sudah melakukannya tadi? Jika benar, pantas saja Tuan Davien bersikap begitu perhatian kepada Nyonya. Aku yakin, Tuan sangat puas dengan apa yang di lakukan tadi!' batin Boy.
Tak ingin berlarut-larut dalam drama suaminya. Akhirnya, Liana lebih memilih berdiri dan izin ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang terlihat pucat.
Davien menatap tajam sekertarisnya sejenak, lalu menjatuhkan pantatnya di kursi yang baru saja di duduki istrinya.
Viola menatap wajah Davien dengan tatapan menyelidik, entah kenapa ... Viola merasa curiga dan aneh dengan sikap Davien.
Merasa mendapatkan tatapan tajam, Davien seketika terkekeh. "Ada apa?" tanya Davien.
Viola menggelengkan kepalanya. "Tidak ada apa-apa, Kak. Aku merasa sedikit aneh saja tentang sikap Kak Davien pada Kak Li. Kak Davien sangat perhatian dengan Kak Li." jawab Viola jujur.
"Memangnya, aku tidak boleh bersikap manis dengan orang-orang di sekitarku? Aku juga bisa bersikap manis denganmu." jawab Davien lalu melihat pintu kamar mandi yang tertutup. 'Kira-kira dia sedang apa di kamar mandi? Kenapa lama sekali? Atau jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya? Tapi jika aku menghampirinya, Viola akan semakin curiga dengan sikapku ini. Tapi jika aku berdiam diri di sini terus, pikiranku juga tidak akan tenang.' batin Davien.
"Ya, bukan seperti itu yang aku lihat, Kak! Tapi ini lebih ke--"
"Ke apa? Kamu tidak perlu berpikiran buruk tentangku. Aku tidak bisa melihat orang di sekitarku kesakitan., Viola. Termasuk kamu juga, aku tidak tega melihatmu kesakitan, maka dari itu ... aku mau membiayai semua pengobatanmu. Jadi, jangan menganggap sikapku aneh." potong Davien.
Viola berpikir sejenak, dia membenarkan apa yang di katakan oleh pria di hadapannya.
'Apa yang di katakan Kak Davien benar juga. Buktinya dia mau menolongku. Mungkin ini hanya ketakutanku saja,' batin Viola.
Sedangkan di dalam kamar mandi. Liana menatap wajahnya dari pantulan cermin. Berulang kali, dia membasuh wajahnya yang terlihat pucat.
"Apa yang harus aku katakan pada Viola? Aku belum siap mengatakan jika aku sudah Sah menjadi istri Mas Davien. Aku belum siap! Tapi jika aku hamil, dan Viola tahu kehamilanku, bukankah ini akan membuatnya kecewa. Dia pasti berpikir, jika aku sengaja menyembunyikan rahasia ini. Apa aku setujui saja tawaran Mas Davien yang ingin menyekolahkan Viola ke luar negeri? Tapi jika aku melahirkan anak Mas Davien dan sekolah Viola belum selesai, siapa yang akan membayar kekurangannya? Aku tidak mungkin sanggup. Biaya sekolah di luar negeri cukup mahal. Aku harus bagaimana ini!" gumam Liana mengusap wajahnya dengan kasar berulang kali.
Di satu sisi, melihat kecemasan dari raut wajah bos nya, membuat Boy mengirim pesan singkat pada bos nya.
Merasakan getaran di ponselnya, Davien segera merogoh dan melihat notifikasi pesan masuk dari sekertarisnya.
'Tuan, biar saya saja yang mengetuk pintu kamar mandi. Saya bisa beralasan ingin memakai kamar mandi tersebut?' batin Davien sembari membaca pesan singkat yang di kirim Boy.
Davien membalas pesan singkat dari sekertarisnya dengan cepat. Dia menyetujui saran dari sekertarisnya.
Setelah mendapatkan balasan, Boy langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku dan beranjak berdiri.
"Mohon izin, Tuan. Saya boleh meminjam kamar mandi sebentar?" titah Boy.
"Ini bukan ruanganku. Jadi, bicaralah dengan Viola. Bagaimana, Viola?" tanya Davien meminta pendapat pada adik iparnya.
Viola menatap Boy sejenak, dia menganggukkan kepalanya, "Silahkan saja, tapi bukankah di dalam kamar mandi ada Kak Liana? Kakak ketuk dulu, suruh Kak Li keluar, baru Kakak yang masuk!" jawab Viola.
Boy berjalan beberapa langkah menuju pintu kamar mandi.
Tok ...
Tok ....
"Nyo-Nona, apa Nona masih lama?" tanya Boy membuat Liana tersadar dari lamunannya.
"Iya, tunggu sebentar!" teriak Liana dari dalam kamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments