'Aku tidak berniat mengambil suami Bu Citra. Tapi semua ini berjalan begitu cepat. Aku janji, setelah aku melahirkan, aku akan pergi dari kehidupan kalian!' batin Liana lagi.
Davien memasangkan cincin pernikahannya ke jari manis istrinya. Di balas dengan Liana yang mencium punggung tangan sang suami.
Setelah acara pemasangan cincin selesai, dan Pak penghulu serta beberapa saksi pergi meninggalkan dirinya dan lainnya.
Kini Liana bangkit dan berjalan menuju toilet meninggalkan Davien bersama Boy yang tengah mematung.
"Mau apa dia?" tanya Davien pada sekertarisnya.
"Saya tidak tahu, tapi saya rasa, Nona Liana ingin mengganti pakaiannya seperti semula. Buktinya, dia berjalan ke arah toilet musholla."jawab Boy.
"Oh," jawab Davien melepas jas dan celana kainnya yang di pakai. "Aku kembalikan semua ini. Ingat, jangan sampai Citra tahu. Dan siapkan rumah untuk Liana!"
"Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi pergi mencari rumah untuk tempat tinggal Nona dan Tuan nanti." jawab Boy bangkit dari duduknya.
"Mulai saat ini, jangan panggil Liana dengan sebutan Nona. Dia sudah menjadi istriku. Aku tidak mungkin membeda-bedakan ke dua istriku!" ucap Davien.
"Baik, Tuan!" jawab Boy lalu melangkahkan kakinya keluar musholla.
Sedangkan di satu sisi. Liana langsung menangis di dalam toilet. Tak henti-hentinya dia memukul dirinya sendiri.
'Aku memang bodoh, aku bodoh! Aku sudah menjadi duri di dalam rumah tangga Mas Davien dan Bu Citra. Kenapa? Kenapa aku tidak bisa ikhlas dan menerima semua ini? Kenapa!" geram Liana pada dirinya sendiri. "Bahkan sekarang untuk menatap wajah Bu Citra saja, aku sudah malu." sambungnya lagi.
Tok ...
Tok ....
"Cepat keluarlah! Kau tidak lupa jika adikmu sedang menjalani operasi donor jantung kan?" titah Davien yang berada di luar pintu toilet.
Mendengar ucapan Davien, Liana segera menghapus air matanya. Dia berusaha melepas gaun pengantin yang melekat di tubuhnya. Di saat dia sedang melepas resleting belakang gaunnya, tiba-tiba Liana terpeleset dan jatuh.
"Aw ...." ringis Liana kesakitan membuat Davien menautkan ke dua alisnya.
Tok ...
Tok ....
"Kau tidak apa-apa, kan?" tanya Davien memastikan. "Itu suara apa?"
"A-aku tidak apa-apa!" teriak Liana dari dalam toilet. "Aduh, tubuhku sakit. Kakiku sepertinya terkilir, aku tidak bisa berjalan, bagaimana ini?" lirih Liana kebingungan.
"Cepat keluar!" pekik Davien tak sabar.
"I-iya tunggu sebentar!" kesal Liana, "Bagaimana aku bisa keluar kalau kakiku saja sakit!" lirih Liana berusaha berpikir sejenak.
Di depan toilet, Davien dengan setia menunggu wanita yang baru saja menjadi istrinya. Tak henti-hentinya dirinya menatap jam di pergelangan tangannya.
Sudah 10 menit, Davien menunggu, tapi sang istri belum juga keluar toilet.
"Buka, atau aku dobrak pintu toilet ini!" kesal Davien.
Liana semakin kebingungan. Dia berusaha mencari jalan keluar dari masalahnya ini.
"Hitungan ke tiga, pintu ini tidak terbuka, maka aku akan dobrak paksa!" ancam Davien.
"Satu!"
"Dua!"
"Ti--"
"Tunggu, jangan dobrak pintu ini." pekik Liana menghentikan hitungan dari suaminya.
"Bukalah!" titah Davien.
"A-aku tidak bisa membuka pintu toilet ini sekarang, a-aku baru saja terjatuh dan kakiku terkilir. Aku juga belum sempat mengganti pakaianku. Tolong tinggalkan aku dan jaga adikku. Jika aku sudah membaik, aku akan menemuimu!" lirih Liana jujur.
"Jatuh, terkilir?" gumam Davien seketika langsung mengetuk pintu toilet Liana. "Buka, cepat buka! Kau tidak perlu sungkan padaku. Aku ini suamimu!" titah Davien lagi.
'Suami? Iya, kamu memang suamiku, tapi pernikahan ini sudah salah, Mas!' batin Liana membuka pintu toilet.
Setelah pintu toilet terbuka, Davien segera masuk. Dia melihat istrinya yang sedang tergeletak di lantai.
"Kenapa tidak bilang, ha?" ketus Davien menggendong tubuh istrinya.
Liana yang merasa tubuhnya di angkat pun terkejut. Dia berusaha memberontak. "Mas, kamu mau apa?" pekik Liana, "Turunkan aku!" titahnya lagi.
"Aku akan membawamu ke ruang IGD, kau harus di rawat!" jawab Davien.
"Tapi aku belum ganti baju. Aku malu, Mas. Apalagi kamu lihat gaun ini sudah kotor. Aku malu, Mas! Kamu bisa turunkan aku. Aku bisa mengatasi semua ini sendiri. Aku bisa memijat kakiku. Kamu tenang saja!"
"Aku tidak akan membiarkan orang di sekitarku kesakitan. Kau tidak perlu membantah setiap ucapanku. Turuti saja semuanya!" ketus Davien.
"Mas, aku mohon. Aku ganti baju dulu, ya! Aku malu, Mas! Apa kata orang yang melihat penampilanku ini. Please! Kamu izinkan aku ganti baju sebentar saja. Setelah itu, kamu boleh bawa aku ke ruang dokter." bujuk Liana sambil mengatupkan ke dua tangannya di dada. "Aku tidak akan kabur. Semua yang kamu minta, sudah aku turuti." sambungnya lagi.
Davien menghembuskan napasnya kasar. Dia mendudukan istrinya di closet duduk. "Aku bantu!" titah Davien.
"Bantu?" gumam Liana tak percaya, "Ka-kamu tidak perlu membantuku, Mas. Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu keluar saja," tolak Liana.
"Aku bantu, atau aku gendong agar kau malu!" ancam Davien membuat Liana terdiam.
Melihat istrinya diam, Davien segera membantu melepaskan resleting gaun belakang istrinya.
"Stop, Mas! Aku bisa sendiri. Kamu tidak perlu membantuku lagi! Aku mohon, Mas. Aku malu!" pinta Liana memohon.
"Diam! Jangan banyak berbicara. Di mana pakaianmu yang tadi?" tanya Davien melanjutkan menarik resleting gaun Liana.
Setelah menarik resleting, Davien dapat melihat punggung putih dan bersih istrinya.
"A-aku malu, Mas. Cukup sampai di sini saja kamu membantuku. Aku bisa mengganti pakaianku sendiri." titah Liana lagi.
Tanpa ingin menjawab ucapan istrinya, Davien lebih memilih keluar toilet.
Melihat pria yang berstatus sebagai suaminya keluar toilet. Liana seketika menghembuskan napasnya lega. Dia langsung melepas gaun pengantinnya dan memakai pakaiannya dengan cepat.
"Walaupun kakiku sakit, tapi aku harus kuat. Aku tidak mau tiba-tiba Mas Davien masuk lagi ke toilet." gumam Liana.
Di depan toilet, Davien memainkan ponselnya. Dia melihat beberapa notifikasi pesan masuk dari sekertarisnya.
"Boy memang bisa di andalkan!" lirih Davien.
Di saat Davien sedang asik bermain ponsel tiba-tiba ponselnya bergetar. Dan dia dapat melihat nama istrinya Citra di layar ponselnya.
"Hallo, Cit. Ada apa? Apa ada sesuatu?" tanya Davien setelah mengangkat telfon istrinya.
"Mas, aku butuh uang. Uangku sudah menipis. Kamu tidak mau aku di hina teman-temanku, kan? Kirimkan aku uang sekarang juga!" titah Citra dari sebrang sana.
"Bukankah kemarin aku sudah mentransfer uang? Apa uang itu masih kurang, Hem? Memangnya kamu berbelanja apa saja, Cit?" tanya Davien sambil menatap pintu toilet yang terbuka.
Liana keluar toilet dengan tertatih. Dia dapat melihat suaminya sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
R yuyun Saribanon
liana banyak omong... eneg jd nya
2023-08-05
0