"Hem, baguslah. Sekarang, kamu temani aku di sini. Aku butuh kamu untuk--"
"Sayang, aku tidak bisa. Kamu tahu kan? Kalau hari ini, aku ada janji dengan teman-temanku. Kamu tahu, ada butik baru yang lagi diskon besar-besaran. Teman-temanku mengajakku ke sana. Tidak mungkin, aku menolaknya. Kapan lagi, kita bisa belanja di butik dengan harga miring?" potong Citra membuat Davien semakin kesal.
"Pergilah!" titah Davien.
"Iya. Aku harus pergi. Tapi kamu tenang saja, setelah aku selesai berbelanja. Aku akan menemanimu di rumah sakit, aku janji, sayang!" titah Citra.
"Suruh bibi datang kemari. Agar aku tidak sendirian!" titah Davien.
Citra beranjak dari tempat duduknya. "Okeh, sayang!" ucap Citra menciu um kening suaminya. "Aku berangkat dulu! Bye!" titahnya lagi.
"Hem!" jawab Davien lalu melihat istrinya berjalan keluar ruangan.
Citra tersenyum tipis, dia melihat layar ponselnya. "Tidak sempat jika aku menghubungi Bibi. Lebih baik, aku panggil suster saja! Tapi tunggu dulu!" ucapan Citra terhenti saat melihat Liana yang sedang duduk sendiri tak jauh dari ruang IGD.
"Kau!" panggil Citra membuat Liana menoleh.
"Panggil siapa, dia?" gumam Liana yang masih duduk.
"Hei, kau! Wanita sampah!" ketus Citra menghampiri Liana.
Setelah sampai di depan Liana, Citra menggerutu kesal. "Telingamu tidak berfungsi dengan jelas atau tertinggal di rumah, ha!" pekik Citra.
"Mbak sedang bicara denganku?" tanya Liana.
"Menurutmu aku bicara dengan siapa lagi selainmu, ha!" ketus Citra, "Karena kau sudah mengotori tas ku. Jadi, aku mau ... kau temani suamiku di ruang IGD. Aku harus pergi dengan teman-temanku!" ketusnya lagi.
"Tapi maaf, Mbak! Aku tidak bisa. Dia suami Mbak, dan seharusnya yang merawat--"
"Okeh, aku telfon polisi dan aku bilang, kalau kau penyebab tas ku kotor! Dan penyebab suamiku kecelakaan!" ancam Citra.
"Apa arti ucapan Mbak? Aku sama sekali tidak pernah mencelakai suami Mbak. Dan aku baru saja bertemu dengan suami Mbak." ucap Liana syok.
"Aku tidak mau tahu. Aku bisa menggunakan uangku yang banyak. Temani suamiku atau kau--"
"Baik, mbak!" jawab Liana pasrah.
"Bagus, cepat pergi!" titah Citra.
Liana beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruang IGD.
Melihat kepergian Liana, Citra tersenyum tipis, 'Aku yakin, Mas Davien tidak tergoda dengan wanita dekil dan bau sepertinya. Sekarang, aku harus pergi. Aku sudah di tunggu teman-temanku!' batin Citra melangkahkan kakinya keluar rumah sakit.
Dengan ragu, Liana membuka pintu ruang IGD dan masuk ke dalamnya.
Davien menghembuskan napasnya kasar saat mendengar pintu terbuka. Mata yang baru saja dia pejamkan mulai terbuka. "Sudah aku bi--" ucapan Davien terhenti saat melihat wanita yang menolongnya sedang berdiri di depan pintu. "Ada apa kemari? Apa kau meminta bayaran atas pertolonganmu?" tanya Davien yang mendapat gelengan kecil dari Liana.
"Maaf, kalau aku lancang, Pak! Tapi aku mendapat perintah dari istri Bapak untuk menjaga Bapak sampai istri Bapak kembali!" jawab Liana.
"Menjaga?" gumam Davien. 'Citra benar-benar membuatku kesal!' batin Davien. "Duduklah." titah Davien membuat Liana berjalan dan menjatuhkan pantatnya di kursi samping ranjang Davien.
Liana terdiam. Dia memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan uang yang banyak.
'Jika aku berdiam diri di sini. Aku tidak bisa mencari uang untuk Viola? Ya, Tuhan. Bagaimana ini? Aku tidak bisa membiarkan adikku kesakitan!' batin Liana.
Melihat kegelisahan dari wajah Liana, Davien segera membenarkan posisi tidurnya menjadi duduk.
Liana membantu Davien untuk merubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Maafkan aku, Pak! Aku hanya membantu Bapak saja!" titah Liana.
"Tidak apa-apa. Kenapa kamu gelisah?" tanya Davien yang mendapat gelengan kecil dari Liana.
"Tidak apa-apa, Pak! Aku tidak terbiasa saja satu ruangan dengan pria. Tapi akan aku coba demi menebus kesalahanku!" jawab Liana.
"Memangnya, kamu melakukan kesalahan apa?" tanya Davien penasaran. "Bukankah, kamu yang menolongku?"
"Iy-iya, Pak! Tapi setelah menolong Bapak. Aku tak sengaja menjatuhkan tas mahal istri Bapak dan tas istri Bapak tersiram teh panas. Sekali lagi, maafkan aku, Pak! Aku berjanji, aku akan mengganti tas mahal istri Bapak. Tapi setelah aku mendapatkan uang untuk pengobatan adikku!" ucap Liana sambil mengatupkan ke dua tangannya di dada.
Lagi dan lagi Davien tersenyum, 'Polos sekali wanita ini!' batin Davien.
"Jangan penjarakan aku, pak! Kalau aku di penjara, siapa yang akan merawat adikku!" sambungnya lagi.
"Tidak ada yang memenjarakanmu. Kau tenang saja. Oh, iya. Berapa umurmu? Aku lihat, kamu masih muda?" tanya Davien lagi.
"Dua puluh tahun, pak!" jawab Liana.
"Di mana orang tuamu?" tanya Davien, "Kenapa kamu yang menanggung semua pengobatan adikmu. Dan kalau boleh aku tahu, adikmu terkena penyakit apa?" tanya Davien lagi.
"Ke dua orang tuaku sudah meninggal. Aku hanya hidup dengan adikku saja. Dan adikku membutuhkan donor jantung. Tapi aku janji, pak! Aku akan mengumpulkan uang untuk mengganti tas mahal istri bapak!" ucap Liana menyakinkan Davien.
"Sungguh polos." gumam Davien membuat Liana menatap wajah tampan Davien.
"Si-siapa yang polos, pak?" tanya Liana spontan lalu menundukkan kepalanya.
"Tidak. Oh, iya. Aku ingin berteman denganmu tapi tanpa sepengetahuan istriku," ucap Davien.
"Maaf, aku tidak bisa berteman jika seperti itu. Bukan aku tidak mau berteman. Tapi aku tidak mau hubungan rumah tangga Bapak dan istri Bapak berantakan karena kesalahpahaman antara kita." tolak Liana.
"Itu tidak akan terjadi. Aku berjanji, aku akan membantumu menyembuhkan adikmu." ucap Davien.
"Pak, Bapak tidak berbohong, kan? Bapak mau menolong adikku?" tanya Liana tak percaya.
"Jangan panggil Pak. Aku masih muda, umurku masih 27 tahun. Dan aku baru satu tahun menikah dengan Citra. Nama istriku Citra!" ucap Davien mengulurkan tangannya, "Namaku Davien!"
"Liana!" jawab Liana menerima uluran tangan Davien sekilas.
"Panggil aku, Mas!" titah Davien.
"Ta-tapi--"
"Tidak ada tapi-tapian. Kita sudah berteman. Terimakasih sudah menolongku, Liana. Dan aku janji, aku akan membiayai semua pengobatan adikmu." ujar Davien.
"Mas Davien tidak berbohong, kan? Apa aku yang sedang bermimpi?" tanya Liana tak percaya.
"Kamu tidak bermimpi Liana." jawab Davien.
"Terimakasih, Mas! Pasti adikku sangat senang sekali saat mendengar kabar ini. Aku tidak sabar memberitahukan berita ini." ucap Liana antusias.
"Setelah Citra kembali, kamu bisa bilang ke adikmu. Sebutkan nomer ponselmu. Atau, kau tulis saja nomer ponselmu di ponselku!" titah Davien.
"Maaf, Mas! Semua yang aku punya sudah dijual termasuk ponsel. Hanya tersisa rumah peninggalan ke dua orang tuaku."
"Jadi, kamu tidak punya ponsel?" tanya Davien yang mendapat anggukan kecil dari Liana.
"Maaf, Mas! Bukan aku tidak mau membagikan nomer ponsel, tapi aku tidak punya ponsel!" jawab Liana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
kia
malang banget nasibmu Liana semoga davien bener2 membantu Liana
2023-07-06
0