Sedangkan di ruangan Viola. Liana tak henti-hentinya menatap wajah cantik adiknya yang tertidur pulas.
'Vi, Kakak tidak tahu Kakak harus senang atau tidak. Tapi Kakak bersyukur sekali, karena ada orang baik yang mau membantu kita!' batin Liana lalu melihat kelopak mata adiknya yang terbuka.
'Kak," panggil Viola.
"Bagaimana keadaanmu, Vi?" tanya Liana.
"Keadaanku jauh lebih membaik, Kak! Oh, iya, di mana Kakak yang tadi?" tanya Viola lagi.
"Vi, Kakak mohon ... jangan bicara seperti tadi di depan orang lain. Kakak juga baru mengenalnya dan dia sudah mempunyai istri. Jangan sebut dia kekasih atau apapun. Kakak tidak mau menjadi pelakor di rumah tangga mereka!" jawab Liana dengan tegas.
"Oh, jadi Kakak itu sudah mempunyai istri. Aku pikir, Kakak itu kekasih Kak Li, habisnya dia baik sekali pada kita. Maafkan aku ya, Kak!" ujar Viola.
"Sekarang, Kakak bantu kamu membersihkan tubuhmu dulu, ya!"
"Tidak perlu, Kak! Aku sudah bicara dengan dokter. Dan aku boleh pulang. Kita pulang saja, ya! Aku tidak mau menginap di sini terlalu lama."
"Tapi kamu masih sakit, Vi?" ucap Liana.
"Dari dulu, aku juga masih sakit, Kak! Tapi kita harus hemat. Kita tidak bisa mengandalkan pria itu. Ya, walaupun teman Kakak tadi mau menanggung semua biaya pengobatanku, tapi aku tidak enak juga." jawab Viola membuat Liana sedikit berpikir.
'Benar juga apa yang dikatakan viola.' batin Liana, "Ya, sudah. Kakak bantu kamu siap-siap."
"Tidak perlu, aku sudah bersiap-siap. Oh iya, Kak! Kakak bertemu dengan Kak Davien di mana? Kenapa aku baru melihat Kak Davien?" tanya Viola penasaran.
"Kakak bertemu dengannya, tadi. Sewaktu Kakak melihat dia terbaring di ambulance. Dia butuh darah dan Kakak mendonorkan darah untuknya. Ya, sudah. Kita pulang saja supaya kamu bisa beristirahat di rumah dengan nyaman." titah Liana membantu sang adik turun dari ranjang. "Hati-hati!" sambungnya lagi.
"Aku sudah hati-hati, Kak!" jawab Viola setelah menurunkan kakinya dari ranjang.
Akhirnya mereka berdua keluar dari ruangan. Di saat Liana dan Viola keluar ruangan. Tiba-tiba datanglah pria tampan yang masih muda sambil membungkukkan setengah badannya ke arah Liana dan Viola.
"Selamat malam!" sapa Boy dengan senyum manisnya.
"Malam. Cari siapa?" tanya Liana kebingungan.
"Apa benar, Nona ini bernama Nona Liana?" tanya Boy lagi.
"Benar. Tapi aku tidak pernah kenal atau bertemu denganmu. Dan nama Liana itu banyak, mungkin anda salah orang!" jawab Liana kebingungan.
"Saya tidak salah orang. Dan di samping Nona, adalah Nona Viola?" tanya Boy lagi.
"I-iya. Aku Viola, Kakak kenal dengan Kak Li?" tanya Viola.
"Perkenalkan saya Boy, saya adalah sekertaris dari Tuan Davien. Bisa kita bicara sebentar? Dan kalau boleh tau, kalian mau kemana?" tanya Boy lembut.
"Tu-tuan Davien? Siapa dia?" tanya Liana, "A-apa pria yang--"
"Benar. Pria yang Nona tolong, tadi. Bisa kita bicara sebentar. Karena saya harus menyampaikan semua yang diperintahkan Tuan Davien pada Nona. Ini masalah pengobatan Nona Viola dan masa depan Nona Viola." jawab Boy.
"Maaf Pak, bukannya aku menolak. Tapi adikku sudah di perbolehkan pulang. Dan kita sepakat untuk rawat jalan. Terimakasih sudah mau membantu kita. Tapi, aku rasa ... tidak perlu. Biar aku bicarakan ini dengan Mas Davien!" titah Liana.
"Baik, kalau Nona menginginkan adik Nona di rawat jalan. Saya akan kirim Suster untuk mengecek keadaan adik Nona setiap hari!" jawab Boy. "Karena Tuan Davien tidak terima penolakan." sambungnya lagi.
"Ta-tapi--"
"Tidak ada tapi-tapian. Sekarang, saya akan antar Nona Liana dan Nona Viola ke rumah. Saya akan pastikan keselamatan Nona Liana sesuai dengan perintah Tuan Davien!" titah Boy.
"Tidak perlu membalas dengan berlebihan. Aku hanya mendonorkan sedikit darahku saja. Kamu dan Mas Davien tidak perlu melakukan semua ini." ujar Liana.
"Sekali lagi saya bicarakan, Tuan Davien tidak butuh penolakan. Sekarang, saya akan antarkan kalian pulang. Silahkan berjalan lebih dulu." titah Boy membuat Liana kesal.
Melihat Kakaknya kesal, Viola langsung mengusap lembut lengan Kakaknya. "Sudah Kak. Mungkin niat Kak Davien baik, dia mau memastikan keselamatan kita. Sebaiknya, kita ikuti saja apa mau mereka. Aku juga sudah capek, Kak! Aku mau istirahat!" bisik Viola.
"Baiklah." jawab Liana berjalan mendahului Boy.
Melihat Liana dan Viola berjalan meninggalkannya. Boy langsung mengetik sesuatu dan dikirimkan pada atasannya.
Melihat ponselnya menyala. Davien segera mengambilnya, dia melihat notifikasi pesan masuk dari sekertarisnya.
'Nona Liana dan Nona Viola sedang dalam perjalanan pulang. Tuan tenang saja, saya akan mengantarkan mereka pulang dengan selamat.' gumam Davien. "Jadi, mereka sudah pulang?"
"Mas, kamu kenapa?" tanya Citra yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Aku tidak apa-apa. Oh, iya, Cit! Aku mau pulang sekarang. Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Davien.
"Ini sudah malam, Mas. Besok pagi saja, kita pulang!" jawab Citra.
"Ada pekerjaan yang harus aku kerjakan. Apa kamu mau, proyek besarku gagal, Hem? Kita bisa rugi ratusan juta sayang. Cepat bantu aku pulang! Tapi kalau kamu mau rugi ratusan juta, ya, tidak apa-apa!" ucapnya ringan.
'Ratusan juta? Itu uang yang banyak. Aku tidak bisa membiarkan Mas Davien rugi! Aku harus membawanya pulang,' batin Citra.
"Baiklah. Aku coba bicara dengan dokter. Kalau dokter menyetujuinya, kita langsung pulang, ya, Mas."
"Iya, sayang. Tapi sesuai dengan janjimu. Aku mau kamu hamil anakku, Cit!" ujar Davien.
"Iya, setelah kamu sembuh. Aku akan coba hamil, Mas!" jawab Citra berjalan keluar ruangan.
Melihat istrinya keluar ruangan. Davien segera menelfon sekertarisnya, Boy.
Boy yang baru saja menutup pintu mobilnya untuk Liana dan Viola pun terkejut saat getaran ponselnya yang mengagetkannya.
"Hallo Tuan!"
"Boy, pantau ke dua wanita itu. Dan minta anak buahmu untuk mengirimkan kegiatan Citra seharian ini." ujar Davien.
"Baik, Tuan. Saya akan kirimkan beberapa video kegiatan Nyonya Citra hari ini. Kebetulan video itu sudah di tangan saya!" titah Boy.
"Bagus!" jawab Davien mengakhiri panggilannya. 'Aku tidak yakin dengan alasan Citra. Aku takut, Citra mempunyai simpanan di belakangku!' batin Davien lalu melihat istrinya masuk ke dalam ruangan. "Cepat sekali, bagaimana? Apa aku boleh pulang?" tanya Davien.
Citra mengangguk patuh. "Kau boleh pulang sayang. Sekarang, aku bantu kamu turun dan pulang, ya!" titah Citra.
Davien turun dari ranjang, dia meluruskan tubuhnya yang terasa kaku. Mereka berjalan keluar rumah sakit menuju mobil Citra yang terparkir di parkiran rumah sakit.
"Hati-hati, sayang!" titah Citra saat membantu suaminya masuk ke dalam mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)
lanjut thor
2022-11-08
0