"A-aku tidak bisa, Mas. Aku tidak mau menjadi duri dalam rumah tangga kalian. Apa yang kamu harapkan dariku? Seorang anak bisa tumbuh asalkan--"
"Sudah aku bilang, istriku belum siap untuk hamil. Dan aku menginginkan seorang anak. Jawab saja, iya atau tidak." potong Davien dengan nada dinginnya.
Liana tercengang saat mendengar pertama kali nada dingin dari pria di hadapannya karena tak menyangka pria yang di pikirnya lembut dan berhati malaikat, kini menjadi sosok yang kaku dan dingin.
'Kenaoa ucapan Mas Davien berubah sekali? Apa sebenarnya, semua ini sifat asli Mas Davien dan yang dulu ... merupakan sikap palsunya?' batin Liana.
"Kita tidak mempunyai banyak waktu untuk diam, Li. Sebentar lagi operasi donor jantung akan dimulai. Atau aku hentikan saja operasi tersebut sampai kamu bisa mengambil keputusan?" ancam Davien.
Dengan perasaan berat, Liana menggelengkan kepalanya, "Jangan, a-aku mau menikah denganmu. Tapi jangan gagalkan operasi adikku. A-aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Viola. Biar aku saja yang berkorban." lirih Liana.
Davien tersenyum senang saat mendengar jawaban dari wanita di hadapannya. Dia sangat bahagia karena sebentar lagi impiannya akan terwujud mempunyai seorang anak yang sangat menggemaskan.
"Bagus. Pernikahan kita akan di laksanakan setelah adikmu selesai di operasi. Tapi dengan syarat yang sudah aku berikan di awal percakapan kita, yaitu kamu harus tanda tangani surat perjanjian kita. Surat itu ada di Boy. Sebelum adikmu masuk ke dalam ruang operasi, Boy akan memberikan surat perjanjian dan kamu harus menandatanganinya. Jika menolak atau memalsukan tanda tanganmu, aku tidak akan segan-segan menggagalkan operasi itu. Kau paham!" ancam Davien lagi.
"A-aku paham. Ta-tapi aku juga mempunyai syarat." lirih Liana.
"Apa?" tanya Davien, "Jika syarat itu tidak memberatkanku. Aku akan menyetujuinya!" sambungnya lagi.
"A-aku tidak mau adikku Viola tahu, kalau kita menikah. Rahasiakan pernikahan kita pada adikku." ujar Liana membuat Davien kembali berpikir.
Davien mengetuk meja dengan jari telunjuknya sambil pandangannya menatap lekat wajah wanita yang sedang menunduk. "Itu tidak masalah. Asalkan, aku bisa mempunyai anak. Jika semua pembicaraan kita sudah selesai. Sekarang, makanlah! Waktu kita tidak banyak. Sebelum operasi adikmu, kau harus membaca dan tanda tangani surat perjanjian pernikahan kita!" titah Davien.
"Aku tidak nap su makan. Aku sudah kenyang." lirih Liana sambil mendorong mangkuk bubur ayamnya. 'Bagaimana aku bisa makan, jika setelah ini kehidupanku berubah. Aku berusaha tidak berpikir negatif, tapi semua yang ada di pikiranku benar-benar terjadi. Pria di hadapanku mengancamku!' batin Liana.
"Aku tidak butuh bantahan! Makanlah!" titah Davien tegas.
"A-aku tidak--"
"Baiklah. Jika bubur ini tidak di habis dalam waktu 5 menit. Itu artinya, pernikahan kita akan di percepat." ancam Davien. "Aku akan menghubungi Boy untuk mencari penghulu dan menikahkan kita!"
Mendengar ucapan pria di hadapannya, seketika Liana mendekatkan mangkuk yang berisi bubur ayam kepadanya. Suapan demi suapan pun mulai mengurangi isi dari mangkuk tersebut.
'Aku menyukai wanita patuh sepertinya.' batin Davien mengetik sesuatu di layar ponselnya.
Belum ada 5 menit, isi mangkuk bubur itu sudah habis tak tersisa. "Bagus. Kita langsung saja pergi ke ruangan adikmu. Boy sudah menyiapkan semuanya!" titah Davien bangkit dari duduknya dan membersihkan celana pendeknya yang terkena debu. Dia melangkahkan kakinya tanpa mempersilahkan Liana berjalan lebih dulu.
Setelah sampai di depan ruangan Viola. Liana dapat melihat adiknya yang hendak di bawa ke dalam ruang operasi.
"Nona," panggil Boy.
"Kenapa adikku di telantarkan di depan ruangan seperti ini. Memangnya, adikku mau di bawa kemana? Dan kenapa adikku tidak sadarkan diri?" tanya Liana penasaran.
"Nona Viola akan melakukan operasi. Dia bukan tidak sadarkan diri, tapi dia tertidur karena--"
"Jangan banyak basa basi, Boy. Lakukan saja sesuai perintahku. Aku tidak mau kebanyakan drama!" potong Davien.
"Baik Tuan. Begini Nona, sebelum Nona Viola di bawa ke ruang operasi. Saya ingin memberikan ini pada Nona Liana. Dan Nona Liana tolong tandatangani surat perjanjian ini." titah Boy memberikan selembar surat pada wanita yang bernama Liana.
Liana mengambil surat perjanjian. Matanya membulat sempurna saat melihat beberapa poin yang membuat kertas putih itu terisi penuh dengan coretan tinta hitam.
"Bawa adikku ke ruang operasi, dok!" titah Liana.
"Saya tidak mendapat izin untuk membawa pasien ke dalam ruang operasi." jawab dokter tersebut.
Liana lagi dan lagi menatap wajah Davien dan Boy bergantian. "Tolong jangan halangi adikku. Aku akan menandatangani surat perjanjian ini. Kalian tidak perlu khawatir!" pinta Liana memohon.
"Bawa dia ke ruang operasi. Tapi biarkan saja dulu, sampai wanita ini mau menandatangani surat perjanjiannya." titah Davien.
Mendengar ucapan Davien, Liana segera membuka tutup pulpen itu. Tanpa membaca surat perjanjiannya, Liana menandatangani di halaman bawah yang terdapat materai dan nama lengkapnya. "Sudah. Semuanya sudah beres. Aku sudah menandatangani surat ini. Jadi, tolong selamatkan adikku." ujar Liana memberikan surat perjanjian.
Boy dan Davien tersenyum tipis saat melihat coretan tangan Liana tercetak jelas di atas materai.
"Bawa dan selamatkan dia!" titah Boy pada dokter yang menangani Viola.
"Baik, Pak!" jawab dokter lalu meminta beberapa suster mendorong bangsal Viola menuju ruang operasi di ikuti oleh Liana di belakang.
'Semoga aku mengambil keputusan yang benar. Aku tidak mungkin membiarkan adikku kesakitan.' batin Liana.
"Kalian bisa tunggu di luar. Operasi akan kami laksanakan!" titah Suster menghadang di depan ruang operasi.
"Selamatkan adikku, Sus! Sembuhkan adikku! Aku mohon, hanya dia yang aku punya. Tolong, sus, tolong!" mohon Liana.
Suster mengangguk, dia berjalan dan menutup pintu ruangan operasi.
Boy berjalan beberapa langkah menuju Liana. "Nona, sebaiknya Nona bersiap-siap, karena pernikahan akan di langsungkan beberapa menit lagi. Saya sudah menyiapkan semua kebutuhan Nona. Nona bisa mengganti pakaiannya di toilet. Pernikahan akan diadakan di mushola rumah sakit." ucap Boy membuat Liana yang mendengarnya syok.
"Apa!" pekik Liana, "Tapi perjanjian awal tidak seperti ini. Aku akan menikah dengan Mas Davien setelah operasi adikku berjalan dengan lancar!" ucap Liana.
"Itu hanya perjanjian awal yang tidak mempunyai bukti sama sekali. Sedangkan perjanjian yang sebenarnya ada di dalam kertas ini. Nona bisa baca, di dalam surat perjanjian ini, Nona akan menikah dengan Tuan Davien setelah Nona Viola masuk ke dalam ruang operasi. Jadi, mau tidak mau, Nona harus mengikuti perjanjian yang ada di surat ini!" ujar Boy membuat Liana menatap wajah pria yang sedang duduk.
"Mas, kamu berusaha menipuku?" tanya Liana tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments