Bab 16

"Iy-iya Mas!" jawab Liana merebahkan tubuhnya di kasur dengan posisi membelakangi suaminya.

"Menghadaplah ke aku, suamimu di sini bukan di sana!" ucap Davien yang diabaikan Liana.

'Aku tidak bisa menghadap Mas Davien. Ini berat untukku. Hatiku belum sepenuhnya ikhlas menerima semua ini. Aku sama saja sedang menyakiti hati wanita lain. Dia suami orang, dan dia bukan milikku!' batin Liana.

Davien mengubah posisi tidurnya. Perlahan tangannya melingkar di pinggangnya ramping Liana membuat Liana yang sedang bertarung dengan Pikirannya terkejut.

"M-mas," lirih Liana berusaha menepis tangan suaminya.

"Diamlah! Aku hanya melingkarkan tanganku saja ke pinggangmu!" ucap Davien lalu membenarkan rambut istrinya dengan tangan yang kosong.

Hembusan napas yang memburu terdengar begitu jelas saat bibir Davien menci um leher sang istri.

Liana merasa risih, dia menutupi lehernya dengan rambut panjangnya.

"Maaf, aku risih, Mas!" lirih Liana membuat Davien menarik Liana agar menghadap dirinya.

Liana menunduk malu saat berhadapan dengan tubuh suaminya tanpa jarak.

"Lihat aku!" titah Davien yang mendapat gelengan kecil dari istrinya.

Davien terkekeh, dia sama sekali tidak marah saat mendapatkan penolakan karena sikap istrinya yang sangat menggemaskan.

"Lihat aku, Li!" kini nada bicara Davien mulai terdengar lembut.

"A-aku tidak mau, Mas!" jawab Liana sambil menutup wajahnya dengan ke dua tangan.

"Lihat aku dan singkirkan tanganmu. Aku tidak mau tanganmu itu mengganggu pemandanganku!" ucap Davien lagi.

Dengan keraguan, Liana menurunkan ke dua tangannya. Dia mencoba menatap wajah suaminya yang tanpa jarak. Bahkan Liana dapat mendengar hembusan napas suaminya.

"M-mas, ki-kita ke rumah sakit, yuk!" ajak Liana lirih.

"Manfaatkan waktu kita berdua sebelum adikmu pulang. Kau tahu apa arti ucapanku, kan? Dan kau tahu, tujuan utama pernikahan kita itu apa!" ujar Davien.

"Aku tahu, tapi aku belum siap, Mas. Lagi pula, kata orang ... biasanya orang melakukan di malam hari bukan sore hari!" jawab Liana yang berusaha menghindar.

"Menurutku kata-kata seperti itu tidak ada. Sore atau malam, bagiku sama saja. Sekarang, lakukanlah tugasmu sebagai istri dan ingat, tujuan utama kita, yaitu anak. Jadi, aku tidak akan mengeluarkannya di luar, aku akan mengeluarkannya di dalam sampai kamu hamil anakku. Jika suatu saat aku mendengar kamu hamil dan kamu bukan hamil anakku, akan ku pastikan hidup adikmu hancur di tanganku. Aku tidak suka dengan pengkhianat. Jangan coba-coba berkhianat di belakangku. Jangan coba-coba melakukannya dengan orang lain! Karena setelah istriku pulang, aku akan membagi waktu. Dan aku akan berusaha adil dalam membagi waktu. Kau mengerti!" ucap Davien panjang lebar.

"Iy-iya, aku mengerti Mas. Tapi boleh aku ke kamar mandi. Aku mau meyakinkan diriku dulu. Jujur aku ragu, Mas!"

"Ragu? Di saat adikmu sudah sembuh dan sekarang ... kamu bilang, kalau kamu ragu?" ucap Davien tak percaya. Dia menangkup wajah istrinya dan mencengkramnya dengan erat. "Kamu ragu, Li?" tanya Davien memastikan.

"Ma-maafkan aku, Mas. Tapi tolong lepaskan aku, sa-sakit Mas!" lirih Liana menggenggam tangan suaminya yang sedang mencengkramnya.

"Aku tidak akan melepaskanmu. Kau sama saja berkhianat. Kau sudah melanggar semua perjanjian kita. Maka itu artinya, kamu harus menerima konsekuensinya, yaitu adikmu akan menjadi milikku. Adikmu akan menggantikan posisimu. Ingat, kau sudah menandatangani surat perjanjian itu." ucap Davien melepas cengkraman kasar.

"Aw, m-mas. Jangan adikku. Aku mohon, dia masih kecil. Aku saja, Mas. Jangan Viola. Aku tidak mau masa depan adikku hancur karena ulahku. Aku mohon!" pinta Liana menangis.

"Aku tidak perduli. Kau sudah melanggar perjanjian kita. Itu artinya, adikmu yang akan menggantikan posisimu. Sekarang, keluarlah!" ketus Davien.

"Jangan Mas. Jangan usir aku. Okeh, aku akan melayanimu, aku mau, Mas. Aku janji, tidak ada kata penolakan lagi yang keluar dari mulutku, tapi jangan adikku, Mas. Jangan!" pinta Liana memohon. Dia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Aku ini istrimu, Mas. Yang berhak kamu sentuh itu aku bukan Viola. Dia gadis kecil yang polos. Masa depannya masih panjang. Jadi, lakukan itu padaku, Mas! Lakukan itu pada istrimu jangan pada wanita lain. Aku mohon!" sambungnya lagi.

Davien tersenyum tipis. "Kalau itu yang kamu mau, aku akan turuti tapi dengan satu syarat." ucap Davien.

"Aku akan melakukan apapun, Mas. Aku siap menerima syarat itu. Tapi jangan adikku, Mas. Cukup aku saja yang kamu rusak!" jawab Liana sambil menghapus air matanya.

"Bagus. Tidak sia-sia aku menjadikanmu istri. Kalau begitu, aku mau kamu yang menjadi pemimpin permainan ini. Aku mau lihat, bagaimana caramu melayaniku!" ujar Davien mengejutkan Liana lagi.

"Pemimpin permainan? Apa itu, Mas? Aku tidak bisa, aku bahkan tidak tahu seperti apa permainan itu."

"Keputusan ada di tanganmu. Kita akan mulai sore ini, dan aku mau kamu layani aku dengan baik dan lembut. Jika kamu tidak mau menjadi pemimpin di permainan ini, maka dengan terpaksa adikmu akan menggantikan posisimu. Pasti dia sangat bahagia menggantikan posisimu yang menjadi istri simpananku!" ucap Davien.

'Aku tidak terima jika adikku menggantikan posisiku ini. Aku tidak mau Viola mendapatkan masalah baru. Lebih baik, aku turuti saja permintaan Mas Davien. Lagi pula, dia suamiku. Sudah sepantasnya aku melayaninya.' batin Liana.

"Kenapa melamun? Oh, aku tahu ... pasti kamu sedang memikirkan tawaranku, kan? Kamu menginginkan adikmu untuk mengganti posisi ini? Aku sangat tidak keberatan, Li!" ejek Davien.

"Aku sama sekali tidak pernah mempunyai pikiran seperti itu. Aku hanya berpikir, bagaimana aku bisa bermain jika aku tidak pernah bermain permainan yang kamu ucapkan, Mas. Aku takut, apa yang aku lakukan salah. Dan membuatmu marah." jawab Liana masuk akal.

Davien menarik tubuh istrinya agar jatuh ke atas tubuhnya.

Dia mencoba melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan di malam hari.

'Semuannya sudah berakhir, aku pasrah. Dan semoga saja, aku bisa cepat hamil. Aku tidak mau terus-terusan menjadi istri simpanan Mas Davien!' jerit Liana di saat suaminya mulai menikmati setiap bentuk dan lekkuk tubuhnya.

Setelah melakukan penyatuan. Davien segera bangkit dan dari atas tubuh istrinya. Tak lupa dia menciu um sekilas kening sang istri.

"Aku sudah memberikan apa yang kamu mau, sekarang jangan ganggu aku. Aku mau istirahat, aku capek, Mas!" lirih Liana menarik selimutnya sampai atas leher menutup tubuhnya yang polos.

Davien mengangguk tak keberatan, dia memakai celana kainnya lalu mengambil satu batang rokok untuk menikmati suasana malam di kediaman sang istri.

"Beristirahat, aku tidak akan mengganggumu." titah Davien membenarkan selimut istrinya yang berantakan.

Terpopuler

Comments

kia

kia

gol jg

2023-07-06

1

Susi Soamole

Susi Soamole

lanjut

2022-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!