Bab 7

Di saat Davien masuk ke dalam mobil istrinya. Dia merasakan keanehan. "Mobil atau tempat sampah. Banyak sekali paper bag di dalam mobil ini!" lirih Davien.

Citra masuk ke dalam mobil. Dia tersenyum dan memasangkan sabuk pengamannya. "Maafkan keadaan mobilku yang acak-acakan, Mas!" ucap Citra menyalakan mesin mobil dan mobil pun berjalan keluar rumah sakit.

"Hem, lain kali, kamu bawa mobilmu ke tempat cuci, Cit. Atau kamu bisa bersihkan bungkus-bungkus yang tidak terpakai. Ingat, kamu ini seorang istri. Masa hal sepele ini, kamu tidak bisa kerjakan sendiri." ujar Davien.

"Bukan aku tidak bisa kerjakan sendiri, Davien. Tapi aku sibuk dengan teman-temanku. Kamu tahukan, teman-temanku banyak dan mereka selalu mengajakku untuk shoping. Satu lagi, temanku mengajakku berlibur ke luar negri. Aku boleh ikut kan, Mas?" pinta Citra.

"Tidak! Siapa yang akan mengurusku, ha? Di rumah saja! Aku masih butuh kamu!" tolak Davien.

"Mas, kamu tega denganku? Apa kata teman-temanku, nanti! Pasti mereka pikir, aku tidak punya uang karena tidak ikut berlibur dengan mereka. Lagi pula, hanya satu minggu. Setelah itu, aku janji ... aku tidak akan berlibur lagi. Aku akan merawatmu sampai sembuh!" bujuk citra menatap sekilas suaminya yang sedang bersandar di sandaran kursi.

"Aku bilang tidak, ya, tidak, Cit! Bagaimana kamu mau hamil, kalau kamu terus berpergian. Ingat, kamu sudah menikah, aku ini suamimu!" kesal Davien.

"Aku memang sudah menikah. Tapi aku juga butuh hiburan. Aku tidak mau stres di rumah, sayang! Intinya, mau mendapat izin atau tidak, aku akan tetap ikut berlibur. Lagian hanya satu minggu." ketus Citra.

"Terserah. Kalau kamu mau ikut berlibur dan menunda terus kehamilan, aku akan diam dan aku tidak akan perduli lagi denganmu!" kesal Davien.

"Mas, jangan seperti ini, dong! Kamu tidak boleh menggertakku. Aku hanya satu minggu. Please! Okeh, setelah selesai berlibur dengan teman-temanku, aku akan fokus dengan program hamilku, bagaimana?" tawar Citra.

"Terserah. Aku capek! Aku mau istirahat!" ketus Davien.

Di satu sisi. Mobil yang di tumpangi Liana dan Viola telah sampai di depan rumahnya yang cukup sederhana.

"Terimakasih Pak Boy!" ucap Liana sambil melambaikan tangannya.

"Saya pamit. Besok pagi, saya akan datang lagi memberikan sarapan pagi untuk Nona Liana dan Nona Viola!" titah Boy yang langsung menjalankan mobilnya.

Liana dan Viola terpaku. Mereka saling menatap. "Kak, aku tidak salah dengar, kan?" tanya Viola memastikan. "Dia mau bawa sarapan pagi untuk kita? Kita seperti orang kaya, ya, Kak! Sarapan datang sendiri. Kita diantar menggunakan mobil yang mewah. Aku tidak menyangka, hidup kita akan berubah drastis saat mengenal Kak Davien."

"Hust, kamu tidak boleh senang dulu. Kita tidak tahu motif mereka baik terhadap kita itu apa, Vi! Tidak mungkin, hanya karena Kakak mendonorkan darah, Mas Davien bisa sebaik ini kepada kita." jawab Liana.

"Kak, namanya juga rezeki. Kita tidak boleh menolak rezeki. Mungkin Tuhan memberikan rezeki kita melalui Kak Davien. Kakak tidak perlu memikirkan yang aneh-aneh. Sebaiknya kita masuk saja ke dalam rumah. Aku mau istirahat!" titah Viola berjalan masuk ke dalam rumahnya di ikuti oleh Liana yang terus berpikir motif kebaikan Davien.

'Memang benar apa yang diucapkan Viola. Tapi tetap saja, ini terkesan sangat aneh bagiku. Entah kenapa, aku berpikir ... kalau Mas Davien mempunyai maksud lain!' batin Liana.

Ke esokkan hari. Liana di kejutkan dengan kondisi adiknya yang tiba-tiba drop.

"Vi, kamu kenapa, ha! Kamu sakit lagi!" pekik Liana kebingungan.

"Kak, sa-sakit!" lirih Viola sambil memegang dadanya.

"Kamu bertahan. Kita ke rumah sakit sekarang juga!" titah Liana keluar rumah mencari pertolongan.

Di saat Liana sedang mencari pertolongan, tiba-tiba dia melihat mobil Boy yang berhenti di depan rumahnya.

"Pak Boy! Pak, tolong adik saya! Tolong!" teriak Liana panik membuat Boy yang baru saja sampai ikut panik.

"Kita bawa adikmu ke rumah sakit! Biar saya yang bantu!" titah Boy menggendong Viola dan membawanya masuk ke dalam mobil. "Kamu jaga adikmu di belakang!" titahnya lagi membuat Liana mendudukan pantatnya di samping sang adik.

"Kamu bertahan, Vi! Kamu pasti kuat. Kamu jangan tinggalkan Kakak!" ucap Liana panik.

"Kak, sa-sakit!" lirih Viola.

"Iya, Kakak tahu. Tapi kamu harus bisa bertahan, Vi. Kakak janji, Kakak akan mencari donor jantung untukmu! Kamu pasti sembuh!"

"Iy-iya, Kak!" jawab Viola.

Boy langsung mengirimkan pesan singkat pada bos nya.

Davien yang tengah menatap istrinya beberes pun langsung membuka ponselnya yang menyala.

'Adik Liana masuk rumah sakit lagi?' batin Davien.

"Sayang, aku berangkat berlibur dulu, ya! Kamu di rumah sama Bibi. Bila perlu, aku akan hubungi sekertarismu untuk menemanimu di sini, okeh?" ucap Citra menciu um sekilas pipi dan bibir suaminya. "Bye!"

Melihat kepergian istrinya, Davien segera mengganti pakaiannya. "Aku harus ke rumah sakit sekarang!" titah Davien memakai kaos polos berwarna putih dan celana kain selutut. Dia berjalan keluar kamar dan melihat istrinya yang sudah pergi.

Tak ingin membuang waktunya, Davien segera berlari keluar rumah dan masuk ke dalam salah satu mobil.

Di nyalakan mesin mobilnya membuat mobil itu mulai berjalan membelah jalanan ibu kota.

"Carikan donor jantung untuk Viola." kirim pada Boy.

Boy yang baru saja sampai di rumah sakit pun segera membaca isi pesan dari bosnya. Dia kemudian berjalan menuju salah satu dokter.

"Cari donor jantung untuk pasien yang bernama Viola sekarang juga! Atau rumah sakit ini akan aku tutup!" ancam Boy.

"Saya akan coba mencarinya!" titah dokter tersebut dan pergi dari hadapan Boy.

"Kamu bertahan, ya! Kamu pasti kuat. Kakak tidak mau kamu lemah. Kakak akan cari donor jantung untukmu sekarang juga!" titah Liana saat melihat adiknya di bawa masuk ke dalam ruang IGD.

"Tenanglah Nona. Saya sudah menghubungi beberapa pihak untuk mencari donor jantung. Saya yakin, sebentar lagi, akan ada orang yang mau mendonorkan jantungnya untuk Nona Viola." titah Boy.

"Terimakasih, Pak! Aku sangat berterimakasih atas bantuan pak Boy. Dan aku janji, aku akan melakukan apapun untuk menebus semua." ujar Liana.

"Saya hanya mendapat perintah dari Tuan Davien. Sebaiknya, Nona berterimakasih pada Tuan Davien!" jawab Boy.

"Iya. Aku janji, jika aku bertemu dengan Mas Davien, aku akan mengucapkan ribuan terimakasih padanya." jawab Liana.

"Tuan Davien sudah ada di sini." ujar Boy membuat Liana menautkan ke dua alisnya lalu pandangannya mencari pria tampan yang bernama Davien di sekitar ruangan.

"Itu Tuan Davien!" titah Boy.

Terpopuler

Comments

kia

kia

sultan mah bebas ya Davien

2023-07-06

0

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

bunga untuk karyamu.
semangat author

2022-11-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!