Bab 10

Davien mengedikkan ke bahunya ringan. "Siapa yang menipumu, Hem? Bukankah ini kesalahanmu? Apa kamu tidak dengar, Boy memintamu untuk membaca isi surat perjanjian itu. Jadi, jangan salahkan aku, salahkan saja dirimu. Kenapa dirimu bisa menandatangani surat perjanjian itu tanpa membacanya terlebih dahulu." jawab Davien santai sembari menghisap rokoknya.

Liana terpaku. Dia membenarkan semua ucapan pria yang akan menikah dengannya. 'Aku memang salah, tapi mereka yang membuatku panik sampai aku tidak membaca surat perjanjian itu dengan benar. Jika sudah seperti ini, mau tidak mau ... aku harus menuruti semua perintahnya. Aku tidak mau, operasi Viola di berhentikan secara mendadak.' batin Liana.

"Nona, ini paper bag yang berisi gaun pernikahan serta alat make up nya. Nona bisa berganti. Karena waktu kita tidak banyak!" titah Boy.

Liana menerima paper bag tersebut. "Lalu, jika kite pergi dan terjadi sesuatu dengan adikku, bagaimana? Siapa yang akan bertanggung jawab?" tanya Liana.

"Jika Nona tidak banyak bicara, maka pernikahan ini akan cepat berlangsung dan Nona bisa kembali lagi menjaga adik Nona!" ucap Boy yang mulai kesal.

Dengan langkah berat, Liana berjalan menuju musholla rumah sakit. Dia lebih tertarik untuk mengganti pakaiannya di toilet musholla dari pada toilet umum rumah sakit.

Davien dan Boy mengikuti langkah kaki Liana membuat Liana mempercepat langkahnya.

'Kenapa ke dua pria itu tetap mengikutiku! Apa dia berpikir kalau aku akan kabur? Bagaimana bisa aku kabur dari kalian jika nyawa adikku sendiri yang menjadi taruhannya.' batin Liana.

"Kau tidak perlu panik. Kita berdua mengikutimu karena acaranya memang di mushola." ucap Davien tiba-tiba.

'Kemarin aku senang mempunyai teman sepertimu, Mas. Tapi sekarang, aku sama sekali tidak menyukai teman sepertimu. Kamu menggunakan kelemahanku untuk menjebakku!' geram Liana dalam hati.

Setelah sampai di depan toilet musholla, Liana segera mengambil dan melihat gaun pengantin yang cukup indah dan simple.

Jujur saat melihat gaun pengantin ini, Liana seakan tak berkedip karena melihat gaun yang sangat Indah dan elegan. Tapi saat mengingat dirinya akan menjadi duri dalam rumah tangga orang, entah kenapa ... Liana merasa malas mengganti pakaiannya yang lusuh ini dengan gaun pengantinnya yang sangat Indah.

Setelah mencoba menerima nasibnya yang buruk, Liana langsung mengganti pakaiannya yang lusuh dengan gaun pengantin.

Davien memakai jas yang baru saja di berikan oleh sekertarisnya.

"Apa ini kebahagiaanmu, Tuan? Menikah dan memiliki seorang anak daarah dagingmu?" tanya Boy.

"Hem. Rahasiakan ini pada Citra. Aku tidak mau membuat hati wanita yang aku cintai terluka." jawab Davien.

"Baik, Tuan. Saya akan merahasiakan pernikahan Tuan dengan Nona Liana. Tapi, setelah pernikahan ini selesai, Tuan akan membawa Nona ke rumah yang Tuan tempati bersama Nyonya Citra?"

"Tidak. Aku tidak mungkin membawa mereka ke rumahku dan Citra. Aku akan membawa mereka ke rumah baru. Kau siapkan rumah baru untukku dan Liana." titah Davien.

Di saat mereka sedang berbincang-bincang, tiba-tiba Boy melihat kedatangan Bapak penghulu.

"Silahkan, Pak! Kami sudah menunggu Bapak!" titah Boy lembut.

"Terimakasih, di mana calon mempelai wanitanya?" tanya Pak penghulu saat tak melihat Liana di dalam musholla.

"Dia sedang bersiap-siap. Karena pernikahan ini terlalu dadakan." jawab Boy.

"Biar aku saja yang memanggil wanita itu!" titah Davien.

"Tidak perlu, Tuan. Biar saya saja. Tuan cukup di sini menunggu Nona Liana datang!" cegah Boy bangkit dari duduknya.

Sedangkan di dalam toilet. Liana telah siap dengan pakaian pengantin yang melekat di tubuhnya.

'Apa-apaan ini! Aku sudah menjadi pelakor di dalam rumah tangga Mas Davien dan Bu Citra. Tapi aku tidak punya pilihan lain selain menjadi istri simpanan Mas Davien. Huh! Kamu harus kuat, Li! Kamu harus kuat! Ini hanya sementara, setelah kamu melahirkan anak darinya, kamu akan terbebas. Dia hanya butuh anak darimu, Li!' batin Liana mendengar suara ketukan pintu dari luar toilet.

"Nona! Apa Nona sudah siap? Bapak Penghulu dan Tuan davien sudah menunggu Nona!" ucap Boy.

'Aku harus kuat, semoga saja ... setelah menikah nanti, aku bisa dengan cepat hamil anaknya!' batin Liana menarik napasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. 'Semangat, semua ini demi Viola!'

"Nona! Anda jangan coba-coba kabur dari kita. Nyawa adik anda ada di tangan kita!" ucap Boy lagi.

Liana membuka pintu toilet, "Aku tidak kabur. Aku belum selesai, jadi aku selesaikan dulu. Tidak mungkin, aku membukakan pintu ini dengan keadaan resleting belakang gaunku belum tertarik sempurna." ucap Liana bohong.

"Maaf, saya sudah menuduh Nona. Sekarang, kita pergi. Tuan Davien sudah menunggu Nona!" titah Boy lagi, 'Dia sangat cantik. Wajahnya yang jarang terkena make up membuat semua orang terkesima dengan penampilan barunya,' batin Boy.

"Ba-bagaimana adikku? Apa operasinya sudah selesai?" tanya Liana kesusahan membawa ekor gaunnya yang panjang.

"Biar saya membantu Nona!" titah Boy.

"Bagaimana keadaan adiku, Mas? Apa operasinya berjalan dengan lancar?" tanya Lian sekali lagi.

"Maaf, Nona. Saya tidak fokus dengan operasi Nona Viola. Nona Liana bisa mengecek keadaan Nona Viola setelah selesai operasi nanti!" jawab Boy.

'Dugaanku benar, kan? Adikku terabaikan. Secepatnya, aku harus menikah dengan Mas davien.' batin Liana. Pandangannya tertuju pada beberapa orang yang berada di tengah-tengah musholla.

Mendengar derap kaki, seketika Davien menatap sekilas arah toilet. Dia dapat melihat sosok wanita yang sedang berjalan ke arahnya.

'Wanita itu memang cantik. Tidak sia-sia aku mengeluarkan uang banyak untuk membiayai pengobatan adiknya, jika aku akan mendapatkan istri secantik dia!' batin Davien.

Liana mendudukan pantatnya di samping pria yang berstatus calon suaminya. 'Ya, Tuhan. Aku memang jahat!' batin Liana.

"Apa ke dua calon mempelai sudah siap?" tanya Pak penghulu.

"Saya siap!" jawab Davien.

"Kalau calon pengantin, apa sudah siap?" tanya Pak penghulu menatap wajah cantik Liana.

"A-aku si-siap, Pak!" lirih Liana.

"Baiklah. Silahkan Mas Davien menjabat tangan saya!" titah pak penghulu.

Davien mengulurkan tangannya, "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Davien Pratama bin Rama Pratama dengan saudari Liana Putri binti Reyhan Handoko dengan maskawinnya berupa uang sepuluh juta di bayar tunai.”

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Liana Putri binti Reyhan Handoko dengan maskawinnya yang tersebut di bayar tunai.” ucap Davien dengan lantang.

"Bagaimana para saksi, apakah sah?" tanya pak penghulu.

"Sah!" jawab beberapa saksi dan Boy.

"Alhamdulillah, kalian sudah resmi menjadi suami istri. Silahkan mempelai pria memasangkan cincin pernikahan ke jari manis istrinya." titah Pak penghulu dengan perasaan bahagia.

'Maafkan aku, Bu Citra!' jerit Liana dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!