"Kak, Yuda. Terimakasih sudah mengantar pulang." Rahella tersenyum menatap pria tampan di sebelahnya.
Tangan satunya masih memegang setir mobil, wajahnya menoleh dengan ujung bibirnya terangkat sedikit, pandangan matanya teduh, rahang tegas semakin terlihat tampan saat wajahnya mendekati Rahella, seperti akan mencium ternyata menoleh ke arah salt belt dan melepaskan.
Rahella mengatur nafasnya yang barusan hampir berhenti, senyum malu-malu Rahella berikan ke arahnya, tangan Rahella di pegang saat ia mau membuka pintu mobil.
"Jaga diri baik-baik." Bibir seksi itu menarik garis lengkung terlihat senyum manis saat menatap ke arah Rahella.
"Baik Kak Yuda, Kakak juga."
Rahella melambaikan tangan ke arah Yuda saat pintu kaca mobil belum tertutup.
Yuda tergelak tawa kecil, kemudian memalingkan wajahnya ke arah depan lalu menghidupkan mesin mobil, terdengar bunyi klakson sebelum mobil itu melaju.
Keesokan harinya, Firnando terkejut saat ia baru masuk ke ruangannya, ia mendapati sebuah surat pengunduran diri milik Rahella di atas meja kerjanya.
Fir meremat surat tersebut, matanya langsung berubah marah, bibirnya mengatup rapat, ia berjalan ke luar ruangan dengan langkah cepat hingga tidak menghiraukan seseorang yang memanggil namanya.
"Kak, Fir ..." Blibli menyebut nama Kakaknya namun Firnando tidak menghiraukan, ia terus berjalan cepat dan langsung masuk ke dalam lift.
Tiba di lantai dasar, semua karyawannya dibuat bingung, melihat aura dingin dan kilatan mata tajam yang pagi-pagi sudah menyambut mereka bekerja.
Semua sudah menebak bahwa Tuanya sedang marah, namun tidak tahu marah dengan siapa.
Ditambah Adiknya Blibli berlarian di belakang mengejar langkah Firnando, semakin membuat para karyawan bertanya-tanya, masalah besar apa lagi yang melanda pemimpin Jain Group.
Wajah kepanikan jelas tercetak di wajah semua karyawan namun tidak berani menanyakan perihal masalahnya.
Brakk!
Ahh!
Bersamaan pintu mobil di tutup kencang oleh Firnando, Blibli terjatuh karena mobil itu langsung melesat cepat, membuat ia tertinggal di perusahaan.
Sampai di kostan Rahella, Firnando langsung mengetuk pintu itu, namun tidak ada yang membuka, Rahella yang habis dari luar membeli sarapan, ia langsung mengumpat saat melihat Tuan Firnando di depan kamar Kostnya.
Setelah menunggu tiga puluh menit, dirasa tidak ada Rahella, Firnando memutuskan untuk kembali ke perusahaannya.
Setelah melihat mobil Tuan Firnando pergi, Rahella langsung masuk ke dalam kostnya, selesai sarapan ia langsung mengemasi barang-barangnya.
Niat hati hari ini Rahella ingin pulang kampung, sebelum ia pergi jauh, ia ingin mengunjungi ibunya.
Ya, Rahella berniat akan pergi jauh dan nanti akan melahirkan bayinya di sana, meski belum jelas akan pergi kemana, yang pasti ia sudah memutuskan untuk tidak di jakrta lagi.
Saat kakinya melangkah ke luar kost, Rahella dikagetkan dengan kedatangan Yuda.
"Kak, Yuda?"
Dan di sinilah sekarang, di sebuah taman tidak jauh dari tempat kostnya Rahella.
Keduanya duduk di sebuah bangku, sejuknya angin pagi menerpa wajah keduanya, dengan ekspresi wajah yang berbeda.
Rahella menunduk, dirinya merasa malu dan juga tidak enak hati pada pria yang sudah baik hati padanya.
Rahella tahu Yuda kecewa, setelah ia mengatakan alasan ia akan pulang kampung, tadinya ia tidak ingin jujur tetapi laki-laki itu terus mendesak.
Rahella bisa melihat dari ekor matanya, tangan Yuda terkepal dengan pandangan lurus ke depan.
Sakit tidak berdarah, itu yang dirasakan Yuda saat ini, saat tahu wanita yang ia cintai ternyata tengah hamil dengan pria yang ia benci, tapi lebih menyakitkan saat ia mendengar langsung dari bibir wanita itu sendiri mengatakan cinta pada Firnando musuhnya.
Arghhhh!
"Kak!"
Rahella langsung memegang bahu Yuda, saat melihat laki-laki itu tadi seperti frustasi.
Yuda menoleh ke arah Rahella, di tatapnya dalam-dalam wanita cantik yang saat ini di hadapannya, perlahan Yuda menurunkan tangan Rahella, lalu berganti ia menggenggam tangan itu.
Yuda mengecup-ngecup punggung tangan Rahella berulang kali, air matanya membasahi punggung tangan Rahella, entah sejak kapan pria itu menangis dan terlihat sangat terluka.
Aku mohon jangan seperti ini Kak. Ucapannya dalam hati, Rahella menggelengkan kepalanya, dan semakin terkejut dengan ucapan pria di hadapannya dan langsung membuatnya mematung.
"Menikahlah denganku, Rahella. Aku akan mencintai bayimu seperti anakku."
Deg!
...****************...
Satu hari berlalu.
Di sebuah ruang pengantin wanita, sang wanita sudah selesai dirias dan tampil sangat cantik.
"Kamelia sayang." Ibu berusia enam puluh tahun memeluk calon cucu menantunya.
Terlihat bahagia, saling bincang-bincang sebelum acara mulai, masih ada waktu tiga puluh menit.
Berbeda dengan ruang pengantin pria.
Seorang pria sedang berdiri di dekat jendela, seluruh tubuhnya memancarkan aura dingin, wajahnya yang terpahat hampir sempurna, dan bibirnya yang tipis ditekan rapat menjadi lengkungan yang dingin, tatapannya tertuju pada luar jendela, bersinar seperti kilatan petir.
Harusnya ia bahagia di hari yang bahagia ini, karena tepat hari ini ia akan menikah dengan wanita yang katanya ia cintai.
Tapi pikiran dan hatinya tertuju pada wanita yang sudah dua hari ini tidak terdengar kabarnya di mana.
Pintu ruangannya di buka, Firnando langsung balik badan ia tahu bahwa yang masuk Asisten Him.
Bahu Asisten Him sudah di pegang erat oleh Firnando, hingga membuatnya ketakutan, bahwa saat ini ia merasakan bahunya dicekal erat hingga menimbulkan rasa sakit.
"Katakan!"
Mendengar kalimat dingin dari bibir yang siap menerkam mangsa, Asisten Him menghela nafas panjang tanpa berani menurunkan tangan Tuan Firnando, ia berkata, "Tuan, Sekertaris Rahella tengah hamil sekarang."
Tangan Firnando mengendur perlahan ia menjauh seperti kehilangan pijakan, meraba-raba mencari kursi sofa, Asisten Him membantunya.
Melihat Tuanya sudah duduk, Him melanjutkan ucapannya,
"Saya tahu dari rumah sakit yang waktu itu saya mengantar Seketaris Rahella, Tuan."
Nafas Firnando naik turun dengan cepat, ekspresinya sangat sulit diartikan, entah dia sedang marah, atau sedang bahagia.
Asisten Him memberikan botol Aqua yang sudah ia buka tutupnya, Firnando menerimanya lalu meneguknya hingga tinggal separuh, Firnando menyodorkan lagi botol tersebut yang langsung Him terima.
Baru meletakkan botol tersebut di atas meja, Asisten Him kembali dibuat terkejut, yang tiba-tiba melihat Tuan Firnando berjalan cepat ke arah ke luar ruangan, padahal acara sebentar lagi mau dimulai, Asisten Him mengikuti di belakangnya.
Di luar ruangan terpaksa langkah kaki Firnando berhenti saat mendapat Kamelia memanggil namanya.
"Fir, sayang kamu mau kemana?" Kamelia berjalan mendekati bersama wanita tua di sampingnya, Firnando membalikkan badan, kini ia merasakan tangannya di genggam oleh Kamelia.
Fir menatap wanita cantik berbalut baju pengantin, hanya mengagumi cantik, tapi tidak membuatnya berdebar-debar sedikitpun.
Perlahan Firnando melepas tangan Kamelia, menatap sekilas wanita tua yang berdiri di samping Kamelia, lalu memberikan kedipan mata pada Asisten Him.
Pria yang mengerti bahasa isyarat itu langsung pergi dari tempat itu dan menyelesaikan tugasnya.
"Kamu kenapa? Kamelia ingin mencoba mengusap pipi Firnando, namun Firnando cegah, dalam hati Kamelia kesal dengan penolakan Firnando barusan, dan semakin kesal saat mendengar kalimat yang terucap dari bibir pria itu, sebuah kalimat yang langsung menghancurkan segala harapannya.
"Pernikahan ini saya batalkan, maaf aku baru menyadari sekarang aku tidak mencintaimu lagi."
Deg!
Fir sudah berlalu dari tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Anonymous
ljt
2022-11-24
1
sarinah najwa
lanjut ❤️❤️❤️❤️
2022-11-24
1