Rahella terbangun dari tidurnya, ingatan demi ingatan yang terjadi semalam kembali berputar di pikirannya.
Aaaa, bagaimana bisa tadi malam terjadi, teriak Rahella dalam hati.
Rahella menutup wajahnya dengan selimut merasa malu, apa lagi saat merasakan sebuah tangan kokoh yank melingkar di perutnya seraya menarik pinggangnya untuk lebih mengeratkan pelukannya.
Kini Rahella bisa merasakan dada bidang yang hangat pria tersebut.
Rahella menurunkan sedikit selimut itu lalu matanya sedikit mengintip pria yang masih tidur terlelap di sampingnya.
"Tampan sekali," gumam Rahella, namun di detik berikutnya ia langsung menutup mulutnya.
Ah, mulut ini selalu keceplosan. Tidak baik memuji tampan pria milik orang lain. Batin kesal Rahella.
Rahella yang tidak mau pusing, ia lebih milih beranjak dari tempat ranjang tersebut untuk membersihkan diri, namun saat ia duduk dan matanya mencari-cari pakaiannya ia langsung terkejut.
Ingatan tentang pakaiannya yang semalam ditarik kasar lalu di buang oleh Firnando kembali berputar di pikirannya.
Sreeeeekkkk.
Bruukk.
Aaaaaa, bagaimana bisa bos dingin itu berbuat semenggelikan itu! batin keluh Rahella.
Rahella kembali menutup wajahnya yang benar-benar merasa malu, Rahella mencoba mengambil pakaiannya namun sayang pakaian tersebut sudah tidak layak di pakai.
"Akan aku buat dia mengganti pakaianku," gerutu kesal Rahella seraya berjalan ke arah kamar mandi.
Di dalam kamar mandi Rahella kembali menjerit saat melihat pantulan cermin yang memperlihatkan tubuh polosnya yang banyak sekali tanda merah.
"Hah, apa ini? mengapa banyak sekali." Tunjuk Rahella pada tubuhnya sendiri.
Setelah beberapa saat berada di dalam kamar mandi kini Rahella keluar kamar mandi lebih tampak terlihat segar dengan balutan handuk kimono di tubuhnya.
Rahella yang saat ini berdiri di samping ranjang, matanya tampak mencari sesuatu. Ia pikir bajunya sudah tidak bisa di pakai, bila tidak memakai baju juga tidak mungkin.
Aaaaaa, Rahella kembali menjerit di dalam hati.
Saat ini ia benar-benar bingung harus memakai apa, Daan saat masih di landa kebingungan tiba-tiba netra matanya menangkap sesuatu yang membuat ia langsung memiliki ide.
Rahella yang baru sadar bahwa ini adalah Apartemen bosnya benar-benar merutuki kebodohannya.
"Mengapa tidak sedari tadi," gumamnya saat tangannya membuka almari seraya mengambil satu kemeja warna putih.
Rahella mengenakan kemeja tersebut, karena tubuhnya yang mungil membuat kemeja itu kebesaran dengan panjang sepaha.
"Aku tahu harga kemeja ini mahal ... tapi tidak aku pedulikan akan aku bawa pulang dan tidak akan aku kembalikan," ucap Rahella ketus seraya menyambar tas miliknya lalu berjalan keluar meninggalkan Apartemen tersebut.
Firnando mendudukkan tubuhnya, ia menatap Rahella yang berjalan ke luar hingga menghilang dari pandangan matanya.
Fir sebenarnya sudah terbangun sejak tadi bahkan ia tahu saat Rahella mengambil kemeja dan menggunakan kemeja miliknya. Ia juga mendengar umpatan Rahella saat wanita itu hendak mau keluar.
Fir mengusap wajahnya dengan kasar, kini ia mau membersihkan tubuhnya namun saat tangannya menyibak selimut, pandangan matanya melihat noda merah di seprainya.
Fir mengulurkan tangannya lalu mengusap seprai yang terdapat noda merah itu. Ingatannya kembali di kejadian semalam sebuah ingatan yang ia keluarkan ke dalam semua.
Fir terus memikirkan kejadian itu, rasa bersalah sedikit ada di hatinya, namun gengsinya lebih besar untuk mengatakan kata maaf langsung kepada Rahella.
Hingga setelah kejadian itu hari-hari keduanya masih tampak seperti biasa seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Meski kadang Firnando menantikan Rahella untuk membicarakan malam itu, namun seolah gadis itu masa bodoh dan tetap bekerja profesional di hadapan Firnando.
Firnando tidak mempermasalahkan sikap Rahella, hanya saja ia merasa sedikit bingung, yang biasanya wanita akan langsung meminta tanggung jawab apa lagi Firnando seorang tuan muda kaya raya bisa di manfaatkan melalui kejadian itu, namun kini Rahella hanya diam saja. Diam-diam Firnando memperhatikan Rahella.
Firnando menatap Rahella yang melangkah masuk ke ruangannya, dan saat masih berperang dengan pikirannya sendiri tiba-tiba di kagetkan dengan sebuah suara.
"Tuan, besok dan selama dua hari ada perjalan bisnis di Bali." Rahella meletakkan berkas di atas meja kerja Firnando.
Rahella menangkap gelagat aneh dari tuanya hingga membuat ia kembali bersuara, "Tuan, baik-baik saja?"
"Ah, tidak apa-apa ... keluarlah dan siapkan semua untuk besok pergi ke Bali."
Rahella pun ahirnya kembali ke ruang kerjanya dan mulai menyiapkan semua yang akan di bawa ke Bali, ia pastikan tidak ada yang tertinggal dan sudah ia cek berulang kali karena tidak ingin terjadi kesalahan seperti yang sudah-sudah.
Semua benar-benar berjalan lancar seperti yang keduanya inginkan, dan tepat pada hari ini, sejak pagi Rahella sudah beraktivitas secepat mungkin karena untuk mengejar waktu, dan tepat pada waktu yang tengah di sepakati keduanya kini Rahella dan Firnando sudah memasuki pesawat pribadi milik keluarga Angkasa untuk penerbangan ke Bali.
Saat dalam penerbangan keduanya tampak saling diam, Rahella sibuk berbalas chat dengan teman-temannya, sedangkan Firnando sibuk juga dengan laptopnya.
Dan setelah pesawat tersebut mendarat, Firnando dan Rahella langsung menuju tempat penginapan untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak karena malam nanti ada pertemuan dengan klien.
Rahella membereskan barang-barangnya lebih dulu lalu ia beristirahat, dan setelah merasa cukup dengan tidurnya Rahella terbangun saat merasa perutnya keroncongan bertanda ia lapar
Rahella menyeduh mie instan yang ia bawa sendiri dan setelah matang ia langsung memakannya.
Rahella menatap arlojinya waktu menunjuk pukul enam sore hari, setelah selesai makan, Rahella langsung mandi dan bersiap-siap karena pukul tujuh malam ada pertemuan dengan klien.
"Tuan." Rahella berdiri di depan pintu kamar Firnando, setelah tiga puluh menit yang lalu ia buru-buru bersiap dan mengecek kembali yang harus ia bawa.
Fir tidak merubah auranya yang dingin lalu berjalan begitu saja seraya memakai kaca mata hitam dan memasukkan satu tangannya ke saku celana.
Firnando mengancingkan jasnya saat keluar dari pintu lift dan tengah sampai di lantai dasar.
Tempat meeting bersama klien masih berada di wisata penginapan tersebut, Rahella dan Firnando menuju sebuah restoran.
Berbincang demi bincangan keempat orang pembisnis dengan Tuan Aldo bersama asistennya, kini berlanjut hingg pukul sembilan malam dan setelah kesepakatan tersebut di setujui kedua pihak, kini pertemuan tersebut di tutup dengan makan malam bersama.
Rahella sedikit demi sedikit mengabadikan momennya saat di Bali, ia sempat berfoto dan meminta tolong orang lain untuk memfotonya.
Berpose foto dengan gaya yang unik dan lucu, tanpa sengaja tingkahnya itu membuat seorang pria dingin menarik sedikit sudut bibirnya.
Aktifitasnya terus berlanjut selama dua hari, dan setelah pertemuan dengan klien yang barusan di temui, Firnando memberi perintah kepada Rahella untuk membuat proposal untuk mengikuti sebuah tender.
Dan sesuai perintahnya, Rahella mengerjakan tugas itu, dan membuatnya sebaik-baik mungkin, supaya bisa di terima pengajuan proposal yang ia akan serahkan ke Perusahaan Bintang Corporation.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments