Dimitri mendekat lalu menarik tangan Rahella dengan kasar.
Ahh.
Rahella meringis kesakitan, kini ia berganti posisi di samping Dimitri.
"Jangan ikut campur urusan orang lain." Dimitri menunjuk wajah pria itu dengan marah, lalu berusaha membawa pergi Rahella dari tempat itu.
Bugh!
Pria itu langsung meninju wajah tampan Dimitri, saat melihat Dimitri menarik kasar tangan Rahella dan wanita itu memberontak tidak mau, dan membuat pria itu langsung mengejar langkah Dimitri dan memukulnya.
Hah, sialan.
Dimitri mengumpat seraya mengusap sudut bibirnya yang sedikit berdarah.
"Kamu tidak apa-apa?"
Dimitri yang sesaat hanya fokus dengan luka bibirnya, kini ia beralih menatap dua orang yang saling berpandangan, saat mendengar kalimat perhatian.
Pria itu menanyakan keadaan Rahella saat ini, hanya di jawab anggukan kecil oleh Rahella.
Baru mau meminta Rahella untuk duduk di tempat yang aman, namun lebih dulu dirinya mendapat bogem mentah.
Bugh ... bugh ....
Dimitri memukuli pria itu berkali-kali, awalnya pria itu kalah karena posisi belum siap dan sudah mendapat serangan secara tiba-tiba.
Pria itu tersungkur ke lantai seraya mengusap luka di bibirnya, lalu pria itu bangkit dan cukup satu kali pukulan tepat mengenai hidung Dimitri, Dimitri langsung terjungkal ke belakang, rasa nyeri di hidungnya membuat ia langsung tidak sadarkan diri.
Hah, cuma segitu ternyata kemampuanmu! pria itu mengejek Dimitri dalam hati.
Para sekuriti menghampiri lalu mengamankan keadaan.
Pria itu mengantar Rahella untuk pulang, sedangkan Dimitri sudah diamankan untuk di obati.
"Lukamu sangat parah, boleh aku mengobatinya sebagai tanda terimakasih." Rahella menawarkan pertolongan saat mobil pria itu sudah sampai di jalan depan kostnya.
Pria itu langsung gembira dalam hati, terserahlah mau dibilang menyukai wanita orang, yang pasti pria itu merasa terpikat sejak pandangan pertama.
Pria itu kembali teringat saat tadi ia memeluk Rahella, dan menatap mata yang seindah bintang itu terlihat ketakutan.
"Hei, kau melamun."
Suara Rahella membuyarkan lamunan pria itu, seraya terkekeh pria itu memberi alasan, "Maaf terlalu fokus dengan pesonamu, membuat aku jadi banyak loading."
Hahaha.
Pria itu tertawa seraya membuka pintu mobil.
Rahella mendengus, bisanya pria itu becanda, tapi lucu juga, bolehlah untuk jadi teman baru pikir Rahella.
Setelah sampai di dalam kostnya, Rahella langsung mengambil kotak obat, lalu berjalan mendekati pria itu yang sudah duduk di sofa.
Rahella dengan telaten mengobati wajah pria itu, dua pandangan yang berbeda, bila Rahella memandang iba wajah tampan yang harus penuh lebam saat ini, berbeda dengan pria itu memandang Rahella dengan segala pikiran andai-andainya. Seandainya boleh mengisi hatinya, boleh menjadi kekasihnya, bahkan kalo boleh ingin menikahinya.
Arghhhh.
Pria itu memukul kepalanya sendiri yang saat ini sudah berada di mobilnya.
Baru pertama kali bertemu, pria itu sudah merasa tidak waras, menatap kost Rahella yang lampunya sudah mati bertanda gadis itu sudah mulai tidur.
"Rahella, nama yang indah," gumamnya, bibirnya melengkung menggambar senyum manis, namun sesaat kemudian berubah kesal saat mengingat Rahella yang mengatakan bekerja di Jain Group sebagai sekertaris CEO.
"Firnando, lagi." Yuda berdecih, sangat malas lagi-lagi harus berurusan dengan manusia dingin. Yuda menggerutu walau begitu ia akan memikat hati Rahella untuk menjadi miliknya. Yuda melajukan mobilnya seraya berpikir langkah untuk mendekati Rahella.
Hari-hari selanjutnya Rahella dan Yuda sering bertemu, keduanya sering nonton bareng, jalan-jalan bareng, pernah juga Rahella diajak ke perusahaannya.
Yuda yang selalu antar jemput Rahella, namun kedekatan mereka selama dua minggu ini masih di posisi sama, yaitu cuma sekedar teman.
Rahella yang memberi penolakan halus karena ingin fokus ke karir, sedangkan Yuda tidak ingin memaksa karena menyadari usia Rahella masih muda.
Namun semua itu tidak merubah kedekatan dan keakraban keduanya, seperti saat ini keduanya sedang nonton film horor terbaru di bioskop.
Rahella yang ketakutan saat melihat hantu tanpa kepala terbang, ia langsung memeluk tubuh Yuda, dan menenggelamkan wajahnya di dada pria tersebut.
Hah, kapan lagi gue di peluk kayak gini kalo tidak di tempat ini. Yuda bermonolog dalam hati.
Yuda mengusap punggung Rahella, seraya tersenyum jahil. "Jangan balik badan, setannya masih ada," berbisik di telinga Rahella.
Padahal hantunya sudah tidak ada, dan saat Rahella mau balik badan Yuda selalu mengatakan hal tersebut, yang langsung membuat Rahella curiga.
Dan benar saja saat ia memaksa balik badan ternyata setan yang muncul tadi tidak ada, melihat wajah Rahella yang kesal membuat Yuda langsung tertawa.
Hahaha.
"Kak Yuda, tidak lucu!" Wajah Rahella melengos ke samping dengan bibir mengerucut tajam.
Yuda semakin tertawa, entah mengapa ia sangat suka melihat Rahella yang marah, baginya ada hal sepesial yang ia lihat di wajah manis itu.
Waktu sudah larut malam, Yuda mengantar Rahella untuk pulang, memastikan wanita pujaan hatinya itu selamat sampai tujuan.
Keduanya saling melempar senyum sesat sebelum mobil Yuda membawa dirinya pergi, Rahella melambaikan tangannya ke arah mobil Yuda, hingga mobil itu tidak terlihat di pandangan matanya.
Kabar-kabar kedekatan Rahella dengan Yuda sudah sampai di telinga Firnando.
Kini pria itu mengepalkan tangannya di atas meja kerjanya, dengan pandangan lurus sulit untuk diartikan.
Entah mengapa hatinya bergemuruh, merasa tidak rela miliknya didekati oleh pria tengik yang selalu menjadi musuhnya.
Dan entah sejak kapan Firnando menganggap Rahella miliknya, yang jelas Rahella adalah sekertarisnya dan ia tidak ingin Yuda mendekatinya.
Barak!
Fir membuka pintu ruang kerja Rahella dengan kasar, lalu berjalan mendekati wanita yang tengah ketakutan menatapnya.
Bagaimana tidak takut, Rahella melihat Firnando berjalan ke arahnya seperti singa yang mau menerkam mangsa.
Firnando menarik Rahella membawa wanita yang diam membeku itu untuk berdiri, kini Rahella bisa merasakan hembusan hangat nafas Firnando, yang sudah dipastikan kini wajah keduanya sangat dekat.
Tuan, kau mau apa? kau tidak akan menciumkukan, Tuan. tolong jauhkan wajah Anda, Tuan. Jantung saya bisa tidak waras bila Anda sedekat ini dengan saya. Aaaaaa hati Rahella meminta keselamatan.
"Kenapa matamu terpejam? kau ingin aku memciummu! hah, percaya diri sekali." Fir menjauhkan tubuhnya dari Rahella, Rahella sedikit terhuyung lalu berpegangan pada meja kerjanya.
His, bukannya tadi dia seperti mau menciumku, semua orang pasti akan berpikir seperti itu, ucapan Rahella hanya mampu dalam hati.
Rahella masih merapikan pakaiannya tiba-tiba mendengar suara yang terdengar seperti ancaman.
"Mulai sekarang kau harus lembur, dan ingat kau hanya boleh datang ke kantor dan pulang ke kantor di antar supir suruhan aku."
Demi tidak terlihat bahwa dirinya sedang menahan Rahella supaya tidak bertemu Yuda, Firnando memberi sebuah alasan.
"Itu hadiah untuk hasil kerja kerasmu." Pergi dari ruang tersebut meninggalkan Rahella yang masih mematung.
Dan mulai sejak itu Rahella selalu diantar dan dijemput sopir perusahaan, ia juga selalu lembur tiap hari, bahkan bila tidak lembur ia tetap diminta untuk pulang malam oleh Firnando.
Yuda semakin sulit untuk menemui Rahella, kadang pagi-pagi sekali harus menemui wanita itu di kostnya, entahlah Rahella sudah membuatnya menggila, bahkan kadang Yuda menangis karena rindu yang tidak bisa bertemu Rahella.
Rahella patut mendapat medali, karena wanita pertama yang mampu membuat Yuda menangis takut kehilangan.
Yuda bangkit dari kursi sofa yang ada di ruang kerjanya, pria itu mulai berpikir untuk bisa merebut Rahella dari Firnando.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments