Rahella kembali ke ruangannya, ahirnya ia lebih milih diam tidak jadi mengatakan bahwa ia sedang hamil, Rahella tidak tega membuat wajah yang tersenyum bahagia itu harus terganti kesedihan atas kabar darinya.
Biarlah dirinya mengalah, dari pada harus dibilang perebut kekasih orang, meski seandainya ia mau melakukan itu juga karena Tuan Firnando adalah Ayah dari anak yang ia kandung, tetapi Rahella memilih mengalah.
"Hah, mengapa ... mengapa hatiku sakit mendengar ucapannya akan menikah dengan wanita lain." Rahella memegang dadanya.
"Tidak, tidak." Rahella menggelengkan kepalanya, demi mengalihkan perasaannya yang berkecamuk, ia kembali fokus dengan pekerjaannya.
Malam ini Rahella pulang kerja, ia menerima perbedaan, yang biasanya beberapa hari lalu yang mengantar pulang Tuan Firnando, kali ini berganti sopir.
Rahella menghela nafas panjang, melihat mobil yang dikendarai sopir semakin menjauh.
Rahella mulai memasuki jalanan kost, wajahnya tidak seceria biasanya.
"Rahella, tumben wajahnya di tekuk." Teman samping kamar Rahella menyapa.
Rahella hanya membalas senyum kecil lalu memutar handel pintu dan masuk.
Teman kost Rahella merasa aneh dengan perubahannya, karena tidak biasanya melihat Rahella yang terlihat sedih seperti itu, bahkan tadi langkahnya Rahella seperti tidak punya tenaga.
Di dalam kamar kost, Rahella langsung mandi, berendam sebentar untuk merilekskan pikiran, wangi aroma terapi membuat pikirannya tenang, setelah selesai mandi, Rahella langsung menggunakan piyama tidur dan sebelum tidur ia meminum susu hamil.
Wajahnya kembali sedih setelah selesai meneguk susu, ia teringat kehamilannya.
Malam itu Rahella berbaring di ranjang, matanya susah untuk terpejam, pikirannya bercabang kemana pun, dirinya merasa tidak adil, mengapa hanya dia yang menanggung beban ini, menghadapai ibunya dan kakaknya, dan bila ia tidak punya suami, juga akan menghadapi semua orang yang akan mencemooh dirinya.
*Tidaaaakkkk!
Bagaimana ini, aku pusing sekali, apa aku pergi saja, seperti wanita yang jadi korban hubungan satu malam di novel Indri teman kuliah aku dulu, hah mana bisa aku disamakan dengan manusia di dalam novel*.
Tanpa sadar, Rahella ahirnya tertidur, setelah lelah memikirkan jalan keluar masalah hidupnya.
Pagi tiba, hari ini Rahella masih berangkat kerja, keadaanya yang tidak baik-baik saja, karena masih bingung mikirin masalah, semua orang karyawan membicarakan Rahella di belakang, mengatakan tumben tidak biasa melihat Sekertaris Rahella terlihat lesu, yang biasanya paling semangat.
Di ruang kerjanya, Rahella sudah menyiapkan surat pengunduran diri, Rahella membolak-balik surat tersebut masih menimbang-nimbang keputusannya.
Mengapa aku harus berhenti kerja, kan aku tidak ada hubungannya, aku masih bisa kerja tiga bulan lagi, ya tiga bulan lagi, gumamnya dalam hati.
Rahella menyimpan surat tersebut ke dalam laci, ia menyelesaikan pekerjaannya.
Tepat pukul sepuluh pagi, Rahella ingin menyerahkan sebuah berkas laporan keuangan ke Presdir.
Setelah mendapat sahutan dari dalam, Rahella memutar handel pintu ruang presdir, pintu terbuka, yang menjadi pandangan pertama matanya, ia melihat Kamelia dan Firnando berciuman bibir.
Rahella memalingkan wajah. "Tuan, Maaf."
Mendengar suara Rahella, Fir menjauhkan tubuh Kamelia, Kamelia mendengus, merasa Rahella hanya mengganggu saja.
Fir berjalan mendekati Rahella, Rahella yang merasa ada bayang yang berdiri di dekatnya, ia langsung menatap ke depan, ternyata Tuan Firnando sudah berdiri di hadapannya.
"Maaf, Tuan. Saya hanya mau menyerahkan ini." Rahella menatap sekilas wajah Fir seraya memberikan berkas laporan keuangan, kemudian ia kembali menunduk dan pamit ijin untuk kembali ke ruangannya.
Langkah Rahella terhenti saat ia sudah memegang handel pintu.
"Hari ini kami akan melakukan fitting baju pengantin, jadi kamu tidak usah mengganggu-ganggu lagi." Kamelia berjalan mendekati Firnando lalu bergelayut manja di lengan kokoh Fir, untuk menunjukkan Firnando miliknya.
Rahella melihat sekilas, ia bisa melihat kemesraan itu, Rahella mengangguk kecil dan tersenyum lalu melangkah ke luar.
Setelah sampai di ruangannya, Rahella menangis, entah mengapa hatinya merasa sakit, setelah sejak kemarin ia mencoba menyangkal bahwa tidak mungkin mencintai Tuan Firnando, tapi apa? pemandangan yang barusan ia lihat mampu membuat hatinya terasa sakit, bahkan saat melihat Tuan Firnando berciuman tadi, langsung memporak-porandakan hatinya. Rahella memalingkan wajahnya karena tadi menahan panas matanya.
Kini air mata itu ahirnya tumpah, tangannya meremat kemeja atasnya, kini ia sadar telah mencintai Bosnya dalam diam.
Tangisnya seketika berhenti saat mendengar pintu ruangannya dibuka.
"Kamu tidak apa-apa?, kamu menangis?"
Suara lembut Firnando semakin menyayat hatinya yang tidak pernah bisa memiliki laki-laki itu.
Tolong, Tuan. Tolong bersikaplah yang arogan terhadap aku, jangan seperti ini Tuan, huhuhuhu. Batin Rahella menangis.
Setelah mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, dan memberikan alasan bahwa tadi cuma kemasukan kotoran matanya, Firnando kemudian pergi, setelah mengatakan akan melakukan fitting baju pengantin, namun sebelumnya ia meminta Rahella pulang cepat tidak perlu malam lagi, dan mengatakan maaf tidak bisa mengantarnya lagi.
Hah, memangnya aku siapa, Tuan. Ratu Anda yang harus diantar pulang, hahaha aku hanya debu yang tidak berarti untuk Anda Tuan.
Rahella menertawakan dirinya dalam hati, setelah kepergian Tuan Firnando.
Setelah memikirkan matang-matang keputusannya, akhirnya Rahella memilih mengundurkan diri dari perusahaan, persetan dengan cinta dan pekerjaan, ia tidak sanggup setelah sadar ia mencintai, dan sore ini ia meletakkan surat pengunduran dirinya di meja kerja Firnando, karena ia memiliki akses keluar masuk ruang Presdir jadi tidak sulit baginya saat ini masuk di ruang tersebut.
Sore itu Rahella tidak mau diantar sopir, beralasan ingin jalan-jalan lebih dulu karena pulangnya masih sore hari.
Rahella menaiki taksi, ia ingin mendatangi restoran, setelah merasa tenaganya terkuras, tidak! tapi juga pikiran dan hatinya, ia ingin makan yang enak.
Setelah sampai di restoran, Rahella memilih kursi di pojokan dekat bunga-bunga, pelayan datang menghampirinya, ia langsung memesan menu makan banyak, kalo tidak habis akan ia bawa pulang pikirnya.
Tiba-tiba hujan turun cukup deras, suara kilatan petir yang kencang membuat Rahella terlonjak kaget, ia memegangi dadanya.
Pesananya datang, pelayan menyusun makanan itu di atas meja, Rahella memandang takjub melihat makanan yang banyak itu, dalam hatinya berkata akan ia habis kan, pokoknya harus habis.
Hujan sangat deras hingga Rahella tidak bisa langsung pulang saat makannya sudah selesai, yang sebagian ia bawa pulang ternyata perutnya tidak semelar karet.
Hingga pukul sembilan malam hujan baru sedikit reda, Rahella memutuskan untuk pulang, di luar restoran ia menunggu taksi online yang sudah ia pesan.
Hujan tiba-tiba kembali deras, taksi online belum datang. Rahella membalikkan badan untuk mencari tempat berteduh.
Brukk!
Tubuh Rahella membentur dada bidang seseorang, tubuhnya yang tinggi membuat Rahella mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah orang tersebut.
Mata keduanya saling bertemu, orang tersebut mendekatkan tubuhnya, lalu tangan satunya meletakkan jaket di tubuh Rahella, tangan satunya memegang payung.
Rahella baru sadar ia tidak kehujanan lagi, karena pria itu memayunginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments