Rahella yang tersungkur ke belakang, ia tidak tinggal diam saat melihat Firnando mau melangkah pergi.
Rahella berlari dan memeluk kakinya Firnando dengan erat, biarlah hari ini harga dirinya terlihat rendah di mata Tuanya, asalkan ia masih memiliki penghasilan untuk beberapa bulan ke depan, itu pikirnya.
"Tuan, saya mohon, Tuan, hiks hiks."
"Satu kali kesempatan, saya janji saya akan berusaha keras, Tuan." Rahella menengadahkan kepalanya ke atas untuk menatap Firnando.
Firnando tidak bergeming, bahkan laki-laki itu membuang muka tapi sedetik kemudian entah apa yang sedang pria itu pikirkan, tiba-tiba bibirnya menyeringai menyeramkan.
Ah, mengapa aku jadi takut melihat senyumnya, batin Rahella gelisah.
"Kau memang harus di minta membayar semua kesalahanmu, benar ... sangat bodoh bila kau di pecat begitu saja, akan aku buat otakmu menyelesaikan masalah ini!"
Deg!
Bersamaan dengan mengendurnya pelukan tangannya di kaki Firnando, Rahella menatap pria itu berjalan menuju ruangannya dengan hati yang masih terkejut.
Pedas sekali omongannya, apa dulu Ibunya ngidam cabe rawit, batin Rahella bermonolog.
Rahella ahirnya bisa bernafas lega, ia berdiri lalu merapikan pakaiannya hingga rambut yang rumayan berantakan.
Rahella masuk ke ruangannya, lalu mulai menyiapkan meeting yang akan di mulai satu jam lagi.
Di ruang lain.
Monika tertawa puas, dirinya merasa tidak sia-sia mencuri proposal tersebut, karena ia berhasil membuat Rahella di marahi oleh Firnando.
Dan tawanya semakin kencang saat ia mengingat Firnando memecat Rahella.
Hahaha.
Monika melihat bagaimana Firnando tadi berlaku kasar terhadap Rahella, tapi ia tidak tahu kalo pada akhirnya keputusan Firnando tidak jadi memecat Rahella.
Monika yang saat ini sudah duduk di ruang meeting, wanita itu langsung membelalakkan matanya saat melihat siapa yang berjalan di belakang Firnando.
"Bagaimana bisa, Rahella, masih di perusahaan, bukannya tadi ia di pecat," gumam pelan Monika.
Saat ini semua wajah orang tampak serius, Firnando mengumpulkan semua petinggi perusahaan untuk membahas masalah besar yang terjadi saat ini.
Dari info yang di sampaikan salah satu petinggi perusahaan, bahwa ada perusahan lain yang menjual sahamnya dengan harga murah dan menawarkan keuntungan yang besar, hingga banyak membuat para Investor Jain Group beralih.
Petinggi perusahaan juga menjelaskan bahwa produk dari Jain Group kurang di terima di pasaran karena banyaknya produk lain yang meniru dan menggunakan harga murah.
Firnando masih terus menyimak penjelasan dari salah satu petinggi perusahaan tersebut.
Semua orang di ruang meeting tersebut, terlihat sekali sangat berusaha untuk menyelesaikan masalah besar ini.
Semua orang langsung tercengang saat menatap layar laptopnya ada sebuah pemberitahuan bahwa saat ini saham Jain Group turun drastis.
"Tuan, bagaimana ini?"
Firnando membuang nafas kasar, ia mengepalkan tangannya di atas meja, ia yang melihat sendiri pemberitahuan itu di layar laptopnya benar-benar marah terhadap orang lain yang sudah berani menghancurkan perusahaannya.
"Hubungi perusahaan besar mana pun yang bisa membantu perusahaan kita!"
Semua orang langsung mengikuti perintah dari Firnando, namun ternyata saat ini jaringan komunikasi antar perusahaan dengan perusahaan Jain Group terputus.
Firnando harus melakukan pengajuan kembali untuk bisa terhubung keseluruhan perusahaan besar.
Brak!
Setelah menggebrak meja, Firnando ke luar ruangan, meeting di anggap selesai.
Saat ini Firnando dan seketaris Rahella berjalan ke luar perusahaan, namun saat berada di halaman Perusahaan seketika keduanya kaget, saat mendapati banyak warga yang demo dan beberapa wartawan yang menyorot kamera ke arahnya.
"Kembalikan uang kami!"
Teriak para warga yang demo.
Rahella melangkah lalu berdiri lebih depan dari Firnando saat wartawan mulai mendekat.
Beberapa pertanyaan dari wartawan tidak ada yang Firnando jawab, ahirnya Firnando dan Rahella memilih kembali masuk ke perusahaan.
Selama beberapa hari Jain Group berhenti beroperasi, semua karyawan disibukkan untuk mencari solusi dari masalah besar Jain Group saat ini, bahkan Firnando tidak pernah pulang, pria itu tidur di perusahaan dan bangun-bangun langsung memegang pekerjaannya yang sampai saat ini belum ada yang mau membantu Jain Group.
Rahella yang masuk ke ruangannya atas permintaan Firnando, wanita itu menaruh bekal sarapan yang tadi pagi ia buat.
"Tuan."
"Duduk!"
Kemauan Firnando tidak ingin di bantah, ahirnya Rahella duduk di sofa sebelah Firnando.
Rahella menundukkan kepalanya, ia merasa canggung duduk bersebelahan sedekat ini hanya berdua, karena biasanya walau sebelahan pasti ada orang lain.
Deg!
Rahella langsung mendapat debaran jantung yang kuat, saat tiba-tiba Firnando menjatuhkan kepalanya di pangkuannya.
Dari jarak sedekat ini, Rahella bisa melihat guratan lelah di wajah tampan itu.
Sementara Firnando yang entah mengapa tiba-tiba memliki keinginan untuk tiduran di pangkuan Rahella, seolah ada daya tarik yang entah itu apa.
Setelah dua jam membiarkan Firnando tidur di pangkuannya, Rahella lalu berijin untuk kembali ke ruangannya setelah Firnando bangun tidur.
Sampai tiba di ruangannya, Rahella masih memegangi dadanya, demi menjaga kewarasan jantungnya Rahella milih segera pergi dari ruangan itu.
"Hah, apa yang dilakukan, Tuan Fir." Rahella bergumam seraya meraih air minum di botol Aqua lalu meneguk hingga tandas.
Rahella kembali bekerja, kembali mencari solusi untuk masalah Jain Group yang belum terselesaikan.
Mata itu terus fokus menatap layar laptop di depannya, seolah tidak kenal lelah dan menyerah hingga tiba jam makan siang Rahella masih saja sibuk.
Kriuk.
Sebuah suara yang berasal dari dalam perutnya bertanda minta diisi, Rahella menyengir kuda saat mendapat kode dari sang Anak di dalam sana yang juga lapar.
"Ok, kita cari makan." Rahella berjalan menuju lantai bawah, tepat ke luar lift di lantai dasar ada sebuah minimarket kecil, Rahella membeli beberapa makanan ringan, tiba-tiba matanya menangkap sebuah deretan kosmetik.
"Produk skincare," gumamnya seraya mengingat-ingat sesuatu.
Rahella langsung berlari kembali naik ke lantai atas setelah menemukan yang dia pikirkan.
Ternyata Rahella mengingat seseorang yang pernah menawarkan diri akan membantu Jain Group bila sedang ada kesulitan.
Rahella langsung menghubungi orang tersebut dan melakukan meeting online bersamanya, setelah semua orang petinggi perusahaan kini berkumpul di ruang meeting.
Semua orang menatap ke arah Rahella, dengan perasaan khawatir apakah pengajuan yang Rahella berikan bisa berhasil atau malah berganti hinaan seperti yang sudah-sudah.
Karena mendengar persentase Rahella tadi yang mengatakan untuk memanfaatkan produk skincare dengan harga terjangkau.
Hingga sebuah suara seseorang berbahasa Inggris itu terdengar.
"Baiklah, Nona Rahella ... karena saya menyukai cara kerja Anda, maka perusahaan produk skincare kami menerima tawaran kerja sama dengan perusahaan Jain Group."
Penjelasan Mr Bean benar-benar membuat semua orang tidak percaya, dan ahirnya bisa bernafas lega.
Meeting selesai ditutup dengan perasaan bahagia, dan tidak lama dari itu statistik saham perusahaan sudah mulai stabil, suntikan dana sudah masuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments