Setelah sampai di Rumah Sakit, Rahella langsung diperiksa oleh dokter.
Dokter mengatakan hanya kelelahan dan cukup banyk istirahat maka tubuhnya akan lebih baik.
"Asisten Him, saya pulang saja," pinta Rahella setelah dokter wanita yang memeriksanya ke luar dari ruangannya.
"Apa Anda yakin, Sekertaris Rahella?"
Rahella mengangguk mantap, karena ia merasa akan lebih nyaman bila istirahat di kost.
Asisten Him sebenarnya khawatir apa lagi melihat wajah pucat Rahella, namun wanita di depannya itu tetap terus bersikeras meminta pulang, ahirnya ia menuruti apa maunya.
Kini keduanya berjalan menyusuri koridor rumah sakit untuk menuju ke luar, setelah tadi melunasi biaya administrasi.
Dan sebelum Asisten Him masuk ke dalam mobil, ia melapor ke Tuan Firnando lebih dulu tentang keadaan Rahella saat ini dan tentang keinginannya yang saat ini memilih istirahat di kostnya.
Asisten Him terus melajukan mobilnya, setelah selesai dengan tugasnya.
Waktu sudah cukup larut membuat jalanan kini mulai sepi.
Asisten Him melirik Rahella yang duduk di belakang pengemudi melalui kaca mobil.
Wanita itu kini sedang tertidur, wajah alami saat tidur membuat Asisten Him menarik sudut bibirnya sedikit.
Tiba-tiba pikirannya mengingat Tuannya yang ditinggal pergi oleh calon tunangannya.
Sebenarnya ia lebih suka bila Tuanya memiliki hubungan yang lebih dengan Sekertaris Rahella, dari pada harus dengan kekasihnya yang bernama Kamelia.
Karena sedikit banyak, Asisten Him mengetahui siapa Kamelia sebenarnya, hanya ia tidak memberitahu Tuannya, karena Firnando yang sangat mencintai kekasihnya itu. Namun ia tetap melindungi Firnando dengan caranya sendiri supaya wanita itu jangan sampai menyakiti Tuannya.
Sebenarnya Asisten Him sudah sering memperingatkan Kamelia untuk berhati-hati dengan tindakannya, bahwa cukup sekali menggerakkan tangan, rahasia wanita itu akan terbongkar di hadapan Firnando.
Dan sudah dipastikan, apa bila Firnando mengetahui kelakuan yang sebenarnya Kamelia, tidak hanya karir wanita itu saja tetapi juga keluarga Abraham pasti akan hancur.
Lamunan Asisten Him terbuyarkan saat ia menyadari sudah sampai di jalan depan kost tempat Rahella.
Kebetulan saat mobil berhenti, Rahella terbangun sehingga Asisten Him tidak perlu membangunkan.
"Terimakasih, Asisten Him, yang mau mengantar." Rahella menunduk dari depan kaca mobil dekat pengemudi yang di buka setengah oleh Asisten Him.
Asisten Him terus menatap Rahella yang berjalan memasuki kostnya hingga wanita itu hilang dari pandangannya.
Asisten Him kembali melajukan mobilnya, namun sebelum itu ia memberi laporan kepada Firnando bahwa Rahella sudah diantar dengan selamat.
Rahella yang baru sampai, ia langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang, rasa kantuk dan tubuhnya yang lemas membuat ia memilih segera istirahat.
Hujan gerimis yang tiba-tiba turun di malam itu membuat siapapun yang sembunyi di balik selimut tebal akan terasa lebih nyaman, hingga malam terhapus oleh sinar matahari yang menampakkan diri penuh semangat di pagi hari.
Wanita yang tadi malam kurang sehat tubuhnya kini terbangun saat mendengar handphonenya berdering terus sedari tadi.
Rahella meraih handphonenya lalu mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat siapa yang tengah menelpon.
"Rahel, bisa minta tolong pagi ini datang ke kantor, ini sangat penting."
Seketika mata Rahella langsung terbelalak mendengar sebuah suara tersebut.
Benar-benar tidak seperti biasanya, sosok yang selama ini ia kenal sangat arogan kini terlihat memohon untuk dirinya hadir karena sebuah acara meeting dengan klien penting.
Rahella ahirnya berangkat ke kantor meski tubuhnya belum terlalu sehat, karena ia juga masih memiliki tanggung jawab.
Setelah beberapa menit melaju di jalanan kini Rahella sudah sampai di Perusahaan Jain Group. Sebuah gedung tinggi pencakar langit, yang paling tinggi diantara yang lain.
Rahella mulai berjalan memasuki perusahaan, namun saat mau sampai di depan pintu lift, ia melihat Firnando yang ke luar lift bersama Asisten Him.
"Kau, baik-baik saja?" Kedua tangan Firnando memegang pundak Rahella seraya menatap wanita itu penuh intens.
"Saya baik, Tuan." Rahella berusaha tersenyum untuk memberi keceriaannya.
Setelah itu ketiganya berjalan ke luar dan memasuki mobil yang sudah di siapkan.
Saat sudah di perjalanan, Firnando sedikit melirik Rahella yang duduk di sebalnya, kini ia bisa melihat bahwa gadis itu sedang seperti menggigil mungkin kedinginan karena suhu AC.
Firnando yang masih memiliki hati nurani, walau terkenal galak dan kurang peduli, entah mengapa kali ini ada yang menggerakkan hatinya untuk berbaik hati sedikit.
Firnando tidak sekedar mengecilkan suhu AC di mobil tersebut, tetapi langsung ia matikan, sontak saja perbuatannya itu mendapat perhatian langsung dari Rahella.
"Tuan, tidak apa-apa, khawatir nanti, Tuan. Kepanasan." Wajah Rahella sedikit menoleh untuk bisa menatap wajah Firnando.
Dan benar saja tidak perlu hitungan detik, Firnando membalas tatapan Rahella dengan tidak suka, karena Rahella menolak pemberiannya, ya walaupun cuma mematikan AC itu termasuk kategori pemberian di kamus Firnando.
"Jangan menolak pemberianku." Fir menatap tajam dengan suara ketus, ia langsung menjatuhkan tubuhnya lagi bersandar di kursi seraya membuang muka ke arah lain.
Hahaha pemberian, dasar singa, pemarah banget dia, tawa Rahella dalam hati.
Dan benar saja tidak lama setelah Rahella berucap bahwa dia akan kepanasan, seolah perkataan itu Seperi do'a yang langsung diijabah.
Firnando mulai kegerahan, ia membuka dua kancing jas nya, dan untung saja Kini mobil yang membawanya tengah sampai di tempat tujuan.
Firnando berjalan lebih dulu yang diikuti dua orang kepercayaannya di belakang memasuki hotel sebagai tempat pertemuan meeting kali ini.
Meeting langsung di mulai setelah semua anggota meeting terkumpul.
Pembahasan demi pembahasan mengenai kerja sama antar perusahaan kini telah terselesaikan.
Antar perusahaan besar tersebut kini telah sepakat dengan hasil meeting mengenai kerja sama.
Meeting tersebut selesai tepat siang hari jam makan siang.
Kini Rahella dan Firnando beserta Asisten Him sedang berada di dalam lift.
Rahella yang tiba-tiba merasa kepalanya pusing, ia langsung berpegangan dinding lift, dan bertepatan pintu lift terbuka saat Rahella mau melangkah ke luar tiba-tiba tubuhnya ambruk di dalam lift.
Seketika Firnando dan Asisten Him menoleh ke belakang, Fir sangat terkejut namun malah membuat dirinya bingung dan diam saja.
Asisten Him yang sudah tahu bahwa keadaan Rahella kurang sehat, ia langsung berjalan cepat lalu menggendong Rahella ia bawa ke mobil untuk di periksa di Rumah Sakit, kali ini ia melakukan tanpa perintah Tuannya, tetapi hati nuraninya yang meminta.
Fir yang sudah sadar dari keterkejutannya langsung berlari menyusul Asisten Him, namun sayang Asisten Him sudah melajukan mobilnya, ia tidak tahu kalo Firnando belum masuk mobil karena panik.
Setelah sampai di Rumah Sakit, Rahella langsung diperiksa oleh Dokter, dan saat Dokter itu keluar ruangan ingin memberitahu keluarga pasien namun ia mendapati tidak ada siapa-siapa. Yang ternyata Asisten Him sudah pergi menjemput Tuannya yang tertinggal di hotel tempat meeting tadi.
Tiba malam hari saat Rahella terbangun ia langsung disapa oleh suster yang saat ini sedang memeriksa keadaannya.
"Saya sakit apa, Dok?"
"Ibu, tidak sakit cukup istirahat cukup, karena Ibu sedang mengandung."
Deg.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments