Wajah Rahella hari ini terlihat positif, sedikit pun tidak menggambarkan kesedihan, ia awali dengan senyum di bibirnya yang tidak memudar, bahkan saat ini ia masih terus tersenyum ramah yang sedang berpapasan dengan Manajer Monika.
Rahella sedikit menunduk, walau ia jelas melihat tatapan tidak suka dari wajah cantik yang angkuh itu, namun Rahella tidak ambil pusing segala sikap yang di berikan Manajer Monika.
Karena hari ini ada hal yang lebih penting yang harus Rahella persiapkan, mulai dari segi mental hingga cara komunikasi yang baik.
Hari di mana telah tiba, yang sudah ditunggu-tunggu Jain Group, siapa sangka pengajuan proposal untuk mengikuti sebuah tender beberapa waktu itu telah diterima dan terpilih, tepat hari ini akan mempresentasikan.
kreekk.
Rahella masuk ke ruangannya, tangannya masih mendekap proposal di dadanya, Rahella tidak akan membiarkan dokumen berharga melebihi nyawanya sendiri itu hilang lagi, Rahella menjaganya dengan baik hingga saat ini masih berada dalam genggaman tangannya.
"Tetaplah bersamaku, jangan menyusahkan aku," gumamnya seraya meletakkan proposal tersebut di atas meja kerjanya.
Rahella melakukan latihan demi latihan untuk penyampaian komunikasi yang baik saat persentase nanti, bahkan dari beberapa hari lalu ia sudah mempersiapkan.
Acara akan dimulai pukul sepuluh pagi, Rahella menatap arlojinya, ia masih memiliki waktu satu jam lagi untuk tiba di PT Gemilang.
Rahella mendatangi Tuan Firnando, setelah memastikan pria itu sudah sampai di Perusahaan.
Beberapa hal keduanya bahas untuk mendapatkan hasil terbaik, setelah membahas hal yang sangat penting itu, keduanya lalu berjalan ke luar gedung menuju tempat lokasi.
Balutan jas bewarna hitam semakin mempertegas aura kepemimpinannya, berjalan tegap dengan satu tangan masuk di saku celana, pandangannya lurus ke depan tidak menghiraukan siapa pun orang yang menyapanya hingga menunduk, bibirnya hanya tersenyum kecil sebagai tanda terimakasih pada pengawal yang saat ini membukakan pintu mobil.
Mobil siap melaju, dengan tiga orang di dalamnya namun berbeda-beda aura, sang sopir fokus mengemudi, Sekertaris Rahella terus berdoa untuk kelancaran kerjanya hari ini, sedangkan pria yang saat ini duduk di samping pengemudi hanya memejamkan matanya seraya menyandarkan punggungnya di sandaran mobil.
Tidak ada satu pun yang bersuara selama dalam perjalanan hingga mobil yang membawa ketiganya kini tengah sampai di tempat tujuan, setelah menempuh waktu kurang lebih tiga puluh lima menit.
PT Gemilang, sebuah gedung yang puncaknya menjulang tinggi. Tuan Firnando langsung melangkahkan kaki jenjangnya untuk masuk ke dalam, yang diikuti sekertaris Rahella yang berjalan lebih cepat mensejajarkan langkah lebar Tuanya.
Langsung masuk ke sebuah ruangan, setelah tadi ada seorang penjaga yang memberitahu ruang untuk meeting.
Deg!
Jantung Rahella seketika berdetak lebih cepat, ketika kakinya melangkah dan semakin masuk ke dalam yang kemudian duduk tepat di sebelah Tuan Firnando.
Rahella bisa melihat banyaknya orang di ruangan ini, bahkan tadi pemimpin PT Gemilang langsung menyambut kedatangan Tuan Firnando dan memberikan hormat begitu pun dengan yang lain.
Rahella mulai merasakan keringat dingin di dahi dan telapak tangannya, tidak bisa di pungkiri bahwa ini adalah pengalaman pertama baginya.
Rasa khawatir akan mengecewakan mulai menghuni perasaannya, bila dirinya nanti kurang baik dalam membawakan penyampaian persentase.
Rahella menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran buruknya, dan entah yang ia rasakan itu nyata atau halusinasi tetapi ini memang jelas nyata saat Rahella merasakan tangannya di bawah meja di genggam erat oleh tangan Tuan Firnando.
Pria itu tidak menatap ke arahnya, masih fokus berbincang dengan kolega bisnis di sebelahnya.
Hingga suasana di ruangan semakin mencengkam dan terasa semakin sedikit pasokan udara untuk di gunakan sekedar bernafas, entah hanya Rahella yang merasakan karena rasa gugupnya yang tinggi, atau yang lain juga merasakan.
Satu per satu orang sudah mulai persentase dan bergantian yang lain, Rahella semakin dirundung khawatir saat waktu mulai gilirnya tiba.
Entah mendapat kekuatan dari mana, saat gilirannya tiba, rasa cemas dan gugup itu hilang seketika, senyumnya menghiasi wajah, bibirnya yang tipis terus berucap kalimat per kalimat dengan jelas, ringkas, dan mudah di mengerti. Hingga semua orang di ruang tersebut seolah terhipnotis dengan cara pembawaan komunikasinya yang begitu baik.
Pemimpin PT Gemilang tersenyum ke arahnya, pancaran matanya menatap kagum bahkan saat Rahella selesai mengucap kalimat terakhir, beliaulah yang langsung memberi tepuk tangan pertama yang diikuti dengan yang lainnya.
Di tengah keramaian tepuk tangan, Tuan Firnando mendekatkan bibirnya lalu berbisik di telinga Rahella, "Kuku panjangmu melukai tanganku."
Deg!
Seketika Rahella melepas cengkraman tangannya yang kuat itu, ia tidak tahu bahwa akan melukai pergelangan tangan Tuan Firnando.
Yang tadi begitu kuat memegangnya dan tidak sadar kuku panjangnya menancap di pergelangan tangan Firnando.
Hahahaha, Rahella tertawa dalam hati, ternyata dibalik persentasenya yang lancar, ada sebuah tangan yang berkorban menahan sakit.
"Maaf, Tuan."
Hahaha, Rahella tertawa lagi dalam hati saat mendapati wajah Tuan Firnando yang terlihat kesal.
Ibumu berani sekali, Nak. Bergumam dalam hati.
Tapi tadi Ayah dan Ibumu romantis sekali kan, Nak. Ibu yang bekerja dan Ayahmu yang menyemangati, hingga rela menahan sakitnya sampai Ibumu selesai melakukan presentasi.
Aaaaa Ayahmu romantis sekali, puji Rahella dalam hati seraya seolah berbicara dengan anaknya.
Pemimpin PT Gemilang pergi meninggalkan ruangan untuk berunding menentukan siapa kali ini yang akan menjadi pemenang tender.
Setelah pemimpin PT Gemilang kembali ke ruang persentase, wajah-wajah semua orang di ruang tersebut terlihat cemas menunggu hasil yang akan diumumkan.
Pria sekitar berumur lima puluh tahun, matanya menelisik tajam menatap satu per satu wajah di ruangan tersebut, menambah hawa mencengkam semakin menjadi ditambah kumis hitam tebal bergerak seiring bibirnya berucap yang mengatakan setiap kalimatnya membuat hati semakin tidak sabaran akan ingin tahu.
Dan sebuah kalimat terakhir yang Rahella dengar langsung membuat tubuhnya membeku, waktu seolah berhenti, bahkan seruan suara tepuk tangan hampir tidak ia dengar, telinganya seolah berubah tuli, namun matanya masih bisa melihat bahwa saat ini semua orang mengucapkan selamat pada Tuan Firnando atas kemenangan perusahaannya.
Saat jiwanya mulai sadar, Rahella menghapus air matanya yang entah sejak kapan menetes di pipinya, hingga ia melihat sebuah tangan pria mengatung di hadapannya seraya mendengar sebuah kalimat ucapan selamat atas keberhasilannya.
Rahella membalas uluran tangan pria tersebut, dan bergantian yang lainnya juga mengucapkan selamat kepada Rahella.
Semua orang yang melihat Rahella menangis menganggap wanita itu mungkin terharu, bahkan ada yang menepuk bahunya memberi semangat lagi.
Ahh, Rahella rasanya ingin benar-benar menangis dan menjerit, rasa campur bahagia dan haru, bahkan kewarasannya ingin menolak bahwa ini bukan kemenangannya, hatinya masih belum percaya, namun tiba-tiba ada tubuh kokoh yang menariknya dalam pelukannya seraya berbisik, "Jangan menangis, terimakasih atas kerja kerasmu."
Ucapan yang lembut serta pelukan yang nyaman itu menyakinkan dirinya, bahwa yang ia dengar dan yang ia lihat semua ini nyata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments