The Boss Arogan
Bug.
Pria tampan wajahnya dipenuhi amarah, tangannya tidak mau berhenti terus memukuli lawannya, tak peduli tubuh lawannya yang sudah lemah terkapar bersimbah darah di lantai. Pria itu menarik lagi kerah baju lawannya untuk berdiri dan memberikan bogem mentah lagi.
Bug. "ahhww."
Suara pukulan hingga terdengar suara rintihan yang menyedihkan.
"Beraninya kau, memanfaatkan adikku untuk mengalahkan aku dalam bisnis, benar-benar cara busuk!"
Bug.
Pria tampan itu berkata dengan suara berat dan kembali memberi pukulan pada perut pria dihadapannya.
Bug. "ahhww."
suara pukulan terus berkali-kali bersamaan suara rintihan. Hingga sebuah suara mampu menghentikan kegiatan gila kedua pria tampan yang berada di ruangan itu.
"Cukup, kak, aku mohon huhuhu."
Suaranya terisak, wanita cantik itu mencoba mendekat seraya tangannya ingin meraih tangan sang kakak, supaya berhenti.
"Diam di situ bli!" suaranya bagai petir, tatapan membunuh masih tertuju pada pria yang kini sudah tidak berdaya.
Blibli semakin terisak, ucapannya tercekat hanya mampu di tenggorokan.
Blibli terus memohon-mohon kepada Firnando untuk berhenti melukai kekasihnya. Blibli tubuhnya meluruh ke bawah saat ini bersimpuh di kakinya Fir.
"Him."
Fir menghentikan kegiatannya setelah mendorong dan menendang tubuh pria tampan bernama Yuda Abraham Wijaya itu ke lantai dengan keras.
Hingga membuat sang pemilik tubuh meringis kesakitan, nafasnya tersengal-sengal dengan kedua mata yang terus terpejam dan tubuhnya perlahan meringkuk seraya meletakkan tangannya di depan perut seolah menahan sakit yang luar biasa.
"Siap Tuan."
"Urus bajingan ini!"
Fir lalu pergi meninggalkan ruang tersebut seraya menarik tangan adiknya.
"Pulang!" suaranya tegas dan dingin tanpa mau di bantah.
Mau tidak mau Blibli ahirnya mengikuti langkah kakaknya, meski hatinya ingin sekali membantu kekasihnya itu untuk dibawa ke rumah sakit, tapi dalam situasi ini ia juga tidak berdaya tidak bisa melakukan apa pun selain mengikuti perintah kakaknya.
Wajah cantiknya yang terlihat pias dan khawatir langkah kakinya terlihat berat untuk meninggalkan kekasihnya dalam keadaan mengenaskan.
Blibli berjalan namun terus menengok ke belakang terlihat enggan untuk pergi dari tempat itu namun Fir terus menarik tangannya.
"Aku sangat mencintaimu, maaf aku harus pergi bersama kakakku." Blibli menatap gedung apartemen milik Yuda sebelum akhirnya ia masuk ke dalam mobil.
Setelah kepergian bosnya, asisten Him langsung membawa pergi pria yang tubuhnya terkulai lemas tidak berdaya akibat ulah tuannya.
Dan setelah sesampainya di rumah sakit, Asisten Him langsung meninggalkan Yuda, namun sebelum itu ia menyerahkan ke dokter.
Kemudian dokter masuk untuk memberi penanganan pertama untuk Yuda.
Perusahaan Jain grup. sebuah bangunan tinggi pencakar langit.
Him berjalan langkah lebar dan segera menekan tombol lift menekan nomor lantai paling atas.
"Tuan." sapaannya seraya menunduk setelah membuka pintu ruang presdir.
Fir menjentikkan jarinya.
Asisten Him yang sudah paham dengan yang diinginkan tuannya, ia langsung mendekat lalu duduk di hadapan tuannya dengan meja sebagai pembatas.
"Buka, dan kau buat pengumuman, Jain grup butuh seketaris baru." Fir menghadapkan laptopnya ke arah asisten Him.
"Cari yang pintar, cerdas, serta bisa diandalkan dalam segala hal."
Asisten Him baru mau mengetik, namun di urungkan.
"Ingat sesuai kriteria saya, seratus persen harus sempurna!" Firnando berkata tegas.
Asisten Him mulai mengetik di halaman web khusus milik Jain grup. "Berjenis laki-laki atau perempuan tuan?" Asisten Him masih fokus dengan laptop di hadapannya.
Fir tidak begitu mendengarkan pertanyaan asisten Him, ia saat ini sibuk berbalas chat dengan kekasihnya.
Karena tuannya hanya diam, ahirnya asisten Him mencoba melirik tuannya, ia langsung tepuk jidat setelah mendapati tuannya bermain handphone seraya senyum-senyum sendiri.
Asisten Him menghela nafas panjang, karena tuannya tidak menjawab ahirnya ia menggunakan instingnya sendiri, pasti yang dibutuhkan tuannya seketaris perempuan karena laki-laki udah ada dirinya pikir asisten Him. dalam hati ia tersenyum geli. "Sok percaya diri amat."
Kos putri Bu Sri.
Gadis cantik berkacamata bulat, rambut hitam panjang menggelombang. dirinya sedang bermalas-malasan seraya menidurkan kepalanya di atas meja sambil duduk di depan meja belajar, sudah satu bulan ia mencari kerja ke sana dan ke sini, mengirim email di berbagai perusahaan namun nasibnya belum beruntung.
"Hemmm ayo Rahella semangat." Setelah menyemangati dirinya sendiri, gadis itu mulai fokus lagi pada laptopnya yang sedari tadi menyala namun dirinya cuekin.
matanya mulai fokus dan jemarinya menggerakkan mouse, ia menscrol lagi dari atas ke bawah.
Kini pandangannya terhenti pada sebuah kalimat nama judul perusahaan yang sangat besar dan terkenal di negeri ini.
"Perusahaan Jain grup sedang membutuhkan pekerja baru untuk bagian seketaris CEO."
Dengan penuh semangat Rahella langsung mengirim surat lamaran kerja melalui email.
Malam hari.
Di mansion keluarga Angkasa.
Di tempat mewah itu tepatnya di kamar Blibli, keributan masih terus berlanjut antara gadis cantik dan pemuda tampan.
Keduanya saling menatap tajam tidak ada yang mau mengalah, keduanya ingin dimengerti.
Blibli terus membela kekasihnya dan tidak ingin putus dari Yuda, bahkan Blibli sampai meninggikan suaranya.
"Sampai kapan pun, aku tidak akan putusin, Yuda!"
Firnando marah mendengar ucapan Blibli.
Firnando membanting vas bunga di bufet kecil samping ia berdiri.
Pyaarrrrr.
Seketika Blibli menutup kupingnya dan menangis.
"Arghhhh."
Braak.
Firnando pergi seraya menutup pintu dengan keras. ia lebih baik keluar dari kamar adiknya, Fir hanya takut bila Blibli adiknya akan terluka dikemudian hari.
Arghhhh.
Fir mengepalkan tangannya, ia sekarang berdiri di balkon kamarnya, sejuknya angin malam seolah tidak mampu meredakan bara api di dalam hatinya.
Fir kemudian mengambil benda pipih lalu menelpon orang kepercayaannya. "Him tugasmu sekarang dapat atau tidak dapat besok harus ada sekertaris baru buat saya!"
Tut.
Sambungan telepon dimatikan sepihak.
Keesokan harinya.
Gadis cantik bermata warna hitam pekat, terlihat tampak meremas tangannya yang terasa dingin, selain suhu ruangan yang memang terasa sangat dingin, gadis itu juga merasakan gugup yang luar biasa.
Baru melangkahkan kakinya di pintu utama masuk perusahaan saja ia sudah gemetar.
Rahella melirik beberapa orang yang duduk di sampingnya, dari beberapa orang-orang ini akan di panggil untuk menghadap seseorang yang katanya ia adalah asisten pribadi CEO.
Setelah menunggu beberapa saat, ahirnya giliran Rahella namanya di panggil.
Rahella terus menyemangati dalam dirinya seraya terus melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangan, yang di dalam nya sudah ada seseorang yang sudah menunggunya.
Rahella menunduk memberi hormat terhadap pria yang duduk di kursi. Ia tidak berani menatap wajah pria itu.
Dan setelah beberapa pertanyaan yang di berikan asisten Him kepada Rahella, kini Rahella sudah keluar ruangan tersebut untuk menunggu hasil yang akan di umumkan.
Setelah menunggu satu jam ahirnya calon sekretaris baru akan diumumkan.
Asisten Him sudah berdiri di depan kelima para gadis calon sekretaris baru itu.
Detak jantung mereka semakin kencang seperti habis ikut lomba lari. Saat menunggu hasil yang akan diumumkan.
"Rahella ...."
Deg!
"Aku," ucap dua gadis yang namanya sama.
Dua gadis bernama Rahella menyebut dirinya, kini keduanya saling pandang, lalu Rahella siapa ini yang dimaksud pikir keduanya.
Asisten Him menghela nafas panjang, setelah menyadari ada dua nama Rahella. Lalu ia kembali masuk ke dalam ruangannya.
"Ok kali ini benar," ucap asisten Him setelah nama belakang wanita itu beda hanya nama depan yang sama.
"Rahella Cleopatra," ucapnya setelah berada di depan dua gadis itu lagi, yang tiga gadis sudah pergi.
Mata Rahella langsung berkaca-kaca, merasa tidak percaya bisa diterima kerja di perusahaan besar milik Jain grup.
"Mari ikut saya, Anda harus bertemu tuan saya sekarang."
Saat sudah sampai di depan ruang presdir, asisten Him menghentikan langkahnya sejenak seraya balik badan mengarah ke Rahella.
"Ketika nanti tuan saya berkata dengan Anda, cukup jawab iya." Asisten Him menekan kata iya.
"Baik Tuan," jawabnya patuh.
Asisten Him menghela nafas."Panggil aku Asisten Him."
"Baik tuan ... em asisten Him." Rahella buru-buru menutup mulutnya dan semakin menunduk karena salah menyebut.
Asisten Him langsung memutar handel pintu lalu masuk kedalam.
Pintu ruang presdir hanya di khususkan untuk Asisten Him, yang boleh keluar masuk tanpa harus ketuk pintu.
"Tuan." Asisten Him menyapa serta melihat tuannya yang sedang duduk memunggungi mereka.
Perlahan Firnando memutar kursi kebesarannya kearah asisten Him, lalu ia melihat wanita yang berdiri sedikit di belakang asisten Him, dengan aura dingin tanpa senyum.
Firnando masih diam.
"Cepat kau perkenalkan dirimu." Asisten Him berucap tepat di telinga Rahella.
Rahella melangkah dua langkah ke depan kini ia berdiri lebih depan dari pada asisten Him.
"Tuan, nama saya Rahella Cleopatra, saya ...."
"Cukup." Firnando langsung memotong perkataan Rahella. "Him antarkan dia ke ruang kerjanya, aku mau melihat hasil pekerjaan dia itu seperti apa."
"Baik Tuan," jawabnya patuh seraya menundukkan kepalanya. Lalu keluar ruangan yang diikuti Rahella di belakangnya.
Asisten Him menunjukan setelah kini keduanya berada di ruang sekertaris.
Rahella mengangguk mengerti.
Mengambil nafas dan membuangnya perlahan.
"Dan tolong bekerjalah dengan hati-hati, anda adalah orang beruntung. Saya pamit."
Asisten Him keluar ruangan meninggalkan Rahella sendiri di ruang tersebut.
"Mengapa aku jadi merinding mendengar ucapannya." Rahella bergidik ngeri.
Rahella menghela nafas. "Aku seperti memikul tanggung jawab besar di perusahaan ini." Menatap keseluruhan ruangan lalu duduk di kursinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments