Semua orang di ruang meeting bernafas lega, ahirnya setelah beberapa hari merasa tegang karena sebuah masalah kini telah terselesaikan.
Tidak jauh beda dengan ruangan di bagian staf, para karyawan juga merasa sangat bahagia, sangking bahagianya bahkan ada yang berlompat-lompat saat mendapat pemberitahuan statik saham perusahaan mulai naik, yang bertanda perusahaan selamat dari masalah besar.
Asisten Him sebagai Asisten yang bisa diandalkan ia langsung menghapus gosip-gosip miring mengenai Jain Group, dan mulai hari ini Jain Group kembali beroperasi.
Di ruang Meeting, satu per satu semua orang pergi meninggalkan ruang tersebut, kini tinggallah Seketaris Rahella dan Tuan Firnando sekaligus Asisten Him.
Setelah kepergian semua orang, Rahella kembali menunduk, ia belum berani mengangkat kepalanya di hadapan Firnando.
Karena kesalahannya waktu itu membuat ia di posisi sekarang, posisi tidak mendapat gaji sebagai konsekwensinya selama satu bulan.
Bahkan Rahella bisa melihat tatapan tajam ke arahnya walau hanya dengan satu lirikan matanya.
Rahella sudah seperti murid di sidang guru, dengan dua orang pria yang saat ini menatap tajam ke arahnya.
Apa sih salahku, bukannya masalah sudah selesai, mengapa mereka menatap aku seperti itu? hati Rahella penuh tanya.
Sebenarnya itu bukan tatapan tajam seperti yang Rahella pikirkan, Fir dan Asisten Him hanya menatap dalam ke arah Rahella, yang tidak keduanya duga Rahella memiliki ide yang mampu menyelamatkan perusahaannya.
Bahkan Fir tidak sempat berpikir ke arah situ atau pun sekedar mengingat menwarkan kerja sama dengan perusahaan skincare luar negeri milik Mr Bean.
"Kau sudah bekerja keras hari ini."
Rahella mengangkat kepalanya, lalu menatap dua pria tampan di depannya, namun pikirannya oleng karena terlalu banyak melamun, hingga tadi tidak begitu jelas suara siapa.
Asisten Him terkekeh melihat wajah bingung Rahella, namun hanya sesat karena setelahnya kembali datar.
"Siapa yang memintamu senyum-senyum," suara dingin Firnando langsung membuat suhu ruangan semakin terasa dingin.
"Dan kamu kenapa cuma diam saja." Saat ini pandangannya beralih ke Sekertaris Rahella.
"Maaf, Tuan."
Fir mendesah kasar saat mendapati Rahella kembali loading .
"Kamu saya kasih libur dua hari, sebagai hadiah kerja kerasmu hari ini."
Mendengar penuturan Tuan Firnando, Rahella langsung tersenyum, dan senyum itu langsung hilang tanpa bekas, saat mendengar kalimat mengancam.
"Konsekuensi masih berlaku, dan akan bertambah bila pekerjaanmu setelah ini buruk." Fir pergi meninggalkan ruang tersebut seraya tersenyum kecil di bibirnya, sangat kecil hingga tak terlihat.
Asisten Him berjalan di belakang Firnando mengikuti langkah pria itu, meninggalkan Rahella yang masih kesal dengan kalimat terakhir yang ia dengar.
"Selalu kerja benar, kerja benar, kerja benar!" Bibir Rahella mengerucut.
"Giliran salah langsung konsekuensi tidak dapat gaji!" Rahella mesin terus ngedumel sambil membereskan barang-barangnya yang tadi buat meeting, kemudian ia kembali ke ruangannya.
Sore hari sebelum Rahella meninggalkan kantor, ia menemui Tuan Firnando untuk menyerahkan beberapa file, karena besok ia akan libur.
Namun saat ia membuka pintu ia mendengar suara Fir yang sedang berbicara di telfon dengan adiknya.
"Bli, tolong sabar, tunggu kakak pulang."
Sambungan telepon terputus, Fir membalikan badan yang sudah ada Rahella yang berdiri dekat meja kerjanya.
Rahella menjelaskan kedatangannya untuk menyerahkan file, Fir menatap file di atas mejanya lalu mengijinkan Rahella untuk pergi.
Langkah kaki Rahella terhenti saat mendengar sebuah suara.
"Liburannya jangan jauh-jauh."
Hah, memang saya mau liburan di mana, Tuan. Luar Negeri gitu, batin Rahella.
Rahella membalikkan badan dan mengangguk kecil.
"Jika mau bermain, jangan bermain yang membahayakan dirimu."
Hah, entahlah tiba-tiba rasanya Fir ingin sekali banyak memberi nasehat buat Rahella, yang akhir-akhir ini ada perasaan khawatir di hatinya untuk Rahella, yang ia sendiri tidak tahu mengapa.
Iya iya bawel, gue udah besar udah tahu mana yang bahaya dan mana yang gak, batin Rahella menggerutu kesal.
Tatapan Firnando masih mengarah ke pintu, meski Rahella sudah menutup pintu tersebut.
Sejauh ini Kamelia masih menghubungi Firnando, seperti sore ini handphone milik Firnando bergetar namun pria itu tidak mau mengangkat setelah tahu siapa yang menelpon.
Dua hari Rahella berlibur, satu harinya ia gunakan hanya bersantai di kost, merasa bosan karena hanya di kamar saja, malam ini Rahella putuskan untuk berjalan-jalan ke mall.
Rahella sudah bersiap kini ia berdiri di depan cermin, tiba-tiba pandangan matanya teralihkan saat mendapat pesan masuk.
"Tuan Fir," gumamnya.
"Buat kamu jajan." Isi pesan masuk Firnando.
Rahella menatap sebuah screenshoot pengiriman uang ke rekeningnya senilai satu juta.
Hahahaha.
Rumayan bisa buat beli steak sosis, bakso bakar, dan aneka makanan jalanan lainnya, batinnya Rahella sangat semangat.
Perjalanan malam ini cukup padat, bibir Rahella terus tersenyum di sepanjang jalan hingga kini ia tiba di mall.
Seperti yang ia ingin kan, Rahella membeli bakso bakar, setelah mendapat yang ia beli wanita berparas manis itu duduk di kursi, posisinya di luar jadi ia bisa melihat bintang-bintang.
Malam ini langit begitu cerah, walaupun Rahella hanya sendiri tetapi hatinya merasa happy.
Tiba-tiba Firnando melakukan panggilan video call lalu bertanya saat ini yang Rahella makan.
Dan saat tahu Rahella makan bakso bakar, Fir di sebrang sana tiba-tiba merasa pengen, padahal dapat di pastikan bahwa pria itu belum pernah makan.
Ahirnya Rahella mengirim bakso bakar ke rumah Firnando menggunakan jasa kirim Grab. Setelah pria itu meminta-minta ingin tahu rasanya.
"Hati-hati ya, Pak." Rahella bicara dengan tukang Grab.
Aneh sekali Tuan Fir. Batin Rahella.
Rahella kembali duduk, kini ia menyantap sosis bakar yang sambal sausnya banyak, entah mengapa saat hamil ia suka sambal.
Saat asyik menyantap tiba-tiba tangannya ada yang memegang, Rahella melirik tangan itu, dan sepertinya ia mengenal.
Rahella langsung menatap wajah orang tersebut, dan benar saja ia sangat mengenal orang itu bahkan dulu lebih dari sekedar kenal.
" Rahella, tolong maafkan aku."
Rahella langsung menepis tangan Dimitri, entah mengapa ia sangat muak dengan mantan kekasihnya itu.
Meskipun Rahella juga salah tetapi ia saat ini tidak ingin bertemu dengan Dimitri.
Rahella mau melangkah berlalu dari tempat itu, namun tangannya kembali di cekal oleh Dimitri.
"Aku sudah berkorban banyak untuk kamu, Rahella. Dan sekarang kau minta putus begitu saja, aku tidak akan biarkan, aku mencari kamu tapi kamu selalu menghindar!"
Ahirnya terjadi saling dorong mendorong antara Rahella dan Dimitri, Rahella yang ingin melepaskan tangannya namun Dimitri tidak mau melepas tangan Rahella.
Ahh ....
Dimitri yang kesal melepas tangan Rahella begitu saja, hingga membuat Rahella terhuyung ke belakang dan hampir jatuh bila tidak di tolong seorang pria.
Pria itu menangkap tubuh Rahella, kini posisi keduanya sangat dekat karena pria itu memeluk tubuh Rahella.
Sesaat pria itu terpesona dengan wajah cantik alami Rahella, yang saat ini terlihat ketakutan dan gemetar tubuhnya, pria itu mengusap punggung Rahella untuk menenangkan.
Pria itu lalu menoleh ke arah Dimitri, seraya membuka kaca mata hitam, matanya yang tajam seolah mampu menguliti tubuh Dimitri yang juga menatap ke arah pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments