Siang ini matahari sangat terik. Tampak pria tampan segera keluar dari dalam mobil lalu berjalan cepat mengitari mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Tuanya.
Firnando langsung melangkah cepat keluar dari dalam mobil, dua kancing jasnya ia biarkan tetap terbuka, panas terik matahari terlihat membuat pria tampan itu tidak nyaman.
Berjalan masuk ke dalam perusahaan diikuti Sekertaris Rahella di belakangnya.
Tidak jauh dari keduanya yang masih berjalan , terlihat sosok cantik yang sedikit berlari menuju ke arah mereka.
"Ih, awas!"
Bruk.
Bersamaan suara wanita cantik yang meminta Rahella untuk minggir, tubuh Rahella membentur dinding karena dorongan wanita itu yang cukup kuat.
"Ahhww." Rahella meringis kesakitan.
Fir mau mencoba melihat keadaan Rahella yang terlihat merasakan kesakitan, namun niatnya dihalangi oleh wanita cantik yang melingkarkan tangannya di lengan kokoh Firnando.
"Sayang, sudahlah lagian wanita ini tidak penting." Menunjuk wajah Rahella dengan aura sengit.
"Melia, dia adalah Sekertaris aku!"
Seketika Kamelia mendesah kasar mendengar nada bicara Firnando yang terdengar dingin dan terlihat tidak suka.
Ahirnya Firnando tidak jadi memeriksa keadaan Rahella, Fir lalu membawa Kamelia ke ruang kerjanya namun sebelum itu Fir sudah mengatakan bahwa Rahella untuk mengobati sakitnya bila ada yang terluka.
Suara-suara keributan keduanya masih bisa Rahella tangkap di telinganya hingga keduanya masuk ke dalam lift.
"Mengapa kamu begitu terlihat perhatian pada Sekertaris kmu!"
Bayang-bayang ucapan Kamelia masih teringat jelas di pikiran Rahella yang saat ini sedang berjalan menuju kantin Perusahaan Jain Group.
Rahella berjalan seraya memegangi punggungnya yang terasa sakit.
Hah, apa wanita cantik itu pikir aku akan merebut si Bos, hahaha jangankan merebut hati si bos, berhayal untuk sekedar jadi kekasihnya satu malam saja aku tidak berani, hihihihi. Umpatan batin Rahella.
Rahella mendudukkan dirinya setelah sampai di kantin Perusahaan. Lalu memesan makanan dan minuman untuk mengembalikan tenaganya yang hilang.
Di ruang Presdir.
Kamelia duduk di pangkuan Firnando, jemari lentiknya menyusuri wajah Fir dari kening lalu turun ke hidung mancungnya dan turun lagi ke bibir.
Sesaat keduanya saling berciuman, namun tiba-tiba Fir menghentikan kegiatannya lalu menatap wajah cantik Kamelia seraya merapikan rambut Kamelia yang sedikit berantakan karena ulahnya.
"Kenapa berhenti?" Kamelia kesal.
"Pulanglah, aku lagi banyak kerjaan." Fir tersenyum kecil.
"Tapi aku masih kangen," bersuara manja seraya memeluk Firnando kembali.
Firnando enggan untuk bicara lagi saat ini ia hanya mengusap punggung Kamelia yang memeluknya dengan pandangan mata yang tidak terbaca.
Saat ini Firnando sedang duduk di kursi kebesarannya dan melakukan panggilan telepon, setelah kepergian kekasihnya beberapa menit lalu.
Tidak lama setelah itu tampak Rahella masuk ke ruangannya serta membawa berkas yang harus Fir tandatangani.
Dan disaat Rahella mau berbalik badan namun namanya disebut. Hingga ia mengurungkan dan kembali menatap bosnya.
"Apa punggungmu sudah membaik?" Firnando berdiri memberikan rasa perhatian.
"Punggung saya tidak apa-apa, Tuan." Rahella tersenyum lalu menunduk hormat sebelum ahirnya pergi meninggalkan ruang Presdir.
Dan setelah jam kerja kantor selesai, Firnando meminta Rahella untuk menemani dirinya pergi ke pusat perbelanjaan.
Kini keduanya sedang berjalan berdua di pusat perbelanjaan terbesar di kota tersebut, kakinya terus berjalan hingga langkahnya terhenti di salah satu toko perhiasan.
Pelayan toko menyambut ramah kehadiran keduanya, yang sudah di kenal sebagai orang hebat serta paras tampan yang sangat mudah dikenali.
Fir tampak serius memilih perhiasan yang cocok buat Kamelia, tentu bukan tanpa alasan Firnando mendatangi toko perhiasan tersebut, karena permintaan Kamelia yang ingin dilamar olehnya.
Berbeda dengan Rahella, wanita berparas manis itu hanya bisa terkagum-kagum melihat perhiasan mahal yang berada di hadapannya.
Ah, si bos mengapa harus mengajak aku sih, kan jadinya aku pengen, trus kalo udah pengen dan gak bisa beli mau jadi apa nasibku, aaaaa nasib karyawan biasa, jeritan Rahella dalam hati.
Pandangan Firnando terhenti pada sebuah cincin yang terlihat bagus di matanya.
Dan setelah pelayan toko tersebut memberikan cincin yang Firnando inginkan, Fir tampak membolak-balikkan cincin tersebut seraya berfikir.
"Pas tidak ya cincin ini di jari manis, Kamelia," gumam pelan Firnando, namun sesaat kemudian ia menatap tangan Rahella dan meraihnya.
"Tuan, mau apa?" Rahella menarik tangannya kembali.
Fir membuang nafas kasar. "Hanya uji coba!" suaranya datar dan dingin, Fir meraih tangan Rahella kembali dan tanpa menunggu waktu lama ia sematkan cincin tersebut ke jari manis Rahella.
Mata Rahella langsung berbinar saat melihat cincin melingkar cantik di jari manisnya. "Wuaahh, Tuan ... apakah anda memberikannya kepada saya."
Bersamaan Rahella berhenti berbicara ia merasakan sakit di keningnya yang terkena sentilan tangan Firnando.
"Jangan bermimpi!" Tersenyum sinis.
Ya, tidak usah jujur juga kali Tuan, saya juga tahu mana mungkin anda membelikan cincin untuk saya, hahaha mengenaskan jadi pengen dilamar. umpatan dalam hati Rahella.
Rahella memanyunkan bibirnya seraya mengusap-usap keningnya yang terasa panas.
Fir meraih tangan Rahella untuk melepas cincin itu kembali. Dan beberapa kali ia berusaha melepaskan cincin tersebut namun juga tidak terlepas dari jari manis Rahella.
"Aaaa, Tuan." Refleks Rahella memukul tangan Firnando saat merasakan sakit di jari manisnya.
Firnando menghela nafas kasar, ahirnya ia meminta tolong karyawan toko perhiasan tersebut untuk melepaskan cincin tetapi juga tidak berhasil.
Melihat itu semua Firnando menjadi kesal, Fir mengusap wajahnya dengan kasar sebelum ahirnya membawa Rahella ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi yang berada di Mall, Fir masih berusaha untuk melepaskan cincin dengan mengunakan sabun mandi, pikirnya akan berhasil namun hasilnya nihil.
Arghhhh. Fir melepaskan tangan Rahella, kemudian ia membasuh wajahnya dengan air, hatinya sudah bergemuruh menahan kesal dan marah.
Kepala Rahella menunduk dalam tidak berani hanya sekedar mengangkat kepalanya.
"Kamu tahu, satu minggu lagi adalah acara pertunangan aku dan Kamelia."
"Aku tidak mau tahu, cincin ini harus terlepas dari jari manismu ... bila perlu kau harus diet!"
Deg ....
Seketika Rahella mendongakkan kepalanya kini ia bisa melihat mata tajam milik bos-nya itu yang seolah langsung mampu membelah dirinya saat ini juga.
Bagaimana aku bisa diet, sedangkan hobiku adalah makan, aaaaaaa takdir buruk apa lagi ini, jeritan batin Rahella.
Rahella tidak berani membantah, dengan perlahan ia menganggukkan kepalanya lalu berjalan ke luar dari kamar mandi.
Di dalam perjalanan pulang hingga saat ini sampai di Kos tempat ia tinggal sambil berbaring di atas ranjangnya, Rahella masih terus teringat permintaan aneh dari bosnya.
"Tuan Fir ... bagaimana ini ..." Rahella menutup wajahnya dengan bantal dan menggigit bantal tersebut dengan gemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments