CINTA SEORANG WANITA GILA

CINTA SEORANG WANITA GILA

1. Tragedi Malam Pengantin

Usai merayakan pesta pernikahannya, Cyra dan suaminya bergegas ke kamar hotel mereka yang sudah di dekor pihak hotel sesuai yang mereka inginkan.

Kamar presiden suite room itu, terlihat sangat indah dan elegan serta sangat cocok untuk pasangan pengantin baru ini.

Kesan romantis yang di dapatkan di di kamar ini adalah aroma terapi yang mampu membangkitkan gairah percintaan yang akan memabukkan pasangan ini.

Belum lagi hiasan kelopak mawar di atas kasur empuk yang beralaskan seprei putih tersebut.

Fauzan yang sedang menggendong sang kekasih terlihat sumringah karena pada akhirnya ia akan mendapatkan semua apa yang ia impikan pada sosok Cyra yang sangat cantik, kaya, dan cerdas.

Apa lagi Cyra adalah putri tunggal dari seorang pengusaha ternama yaitu Atala Arturo Putra. Ia akan mewariskan semua harta kekayaan putri satu-satunya ini walaupun Cyra sendiri memiliki ibu sambung yang juga memiliki seorang putri bernama Elsa.

Cyra juga memiliki seorang ibu kandung yang bernama Cicilia, namun sayang orangtuanya harus bercerai saat usianya masih lima tahun dan hak perwalian jatuh pada sang ayah.

Sementara ibunya tinggal di luar negeri dan memilih untuk hidup sendiri dengan mengelola perusahaan orangtuanya yang ada di Canada.

Gadis blasteran Indo-Canada ini mengenal suaminya saat ia kuliah di Canada dan ketika kuliahnya selesai, Fauzan melamarnya.

"Sayang!"

"Hmm!"

"Aku mau ke kamar mandi sebentar dan ketika aku keluar, kamu sudah mengenakan lengerie se*sy." Pinta Fauzan lalu masuk ke kamar mandi.

"Siap hubby!" Ujar Cyra manja.

Cyra masuk ke kamar ganti untuk menanggalkan gaun pengantinnya. Baru saja ingin mengenakan lengerie, tiba-tiba ada telepon masuk dari asisten ayahnya.

CYRA menerima panggilan itu dengan wajah gusar." Ada apa sih pak Handi? menganggu saja. Sudah tahu ini adalah malam pengantinku masih saja menghubungi aku...?"

"Hallo nona Cyra!"

"Iya! Ada apa pak Handi..?"

"Itu non...ayah..Ayah nona Cyra meninggal dunia.

Deggggg...

"Jangan bercanda pak Handy!" Bentak Cyra yang menolak untuk percaya kabar kematian ayah tercinta.

"Saya serius nona Cyra. Ayah non kena serangan jantung usai acara pesta pernikahan nona Cyra berakhir. Saya akan kirimkan bukti pada nona Cyra kalau anda meragukan perkataan saya." Ucap pak Handy dengan suara terdengar parau.

Deggggg...

"Tidakkkk...!"

"Ayahhhh....!" Teriak Cyra.

Ia buru-buru membuka gaun pengantinnya lalu mengambil dress-nya dan memakai dengan cepat.

Ia juga tidak lupa mengambil tas dan ponsel miliknya dan langsung keluar dari kamar dengan wajah panik.

"Ya Allah! aku harus bagaimana tanpa ayahku. Aku tidak bisa hidup tanpa ayah yang menjadi tumpuan harapanku, kepercayaan ku dan kekuatan ku."

Ujarnya sambil merapikan lagi riasannya.

"Cyra...!"

Fauzan membuka pintu kamarnya sambil memanggil Cyra yang masih berjalan di koridor kamar hotel itu.

Suami dari Cyra ini hanya mengenakan handuk untuk menemui istrinya yang sedang terburu-buru. Keduanya bicara di koridor itu dengan cuek.

"Cyra! ada apa sayang?" Kenapa kamu terlihat panik seperti itu?"

Fauzan memegangi kedua sisi lengan Cyra sambil menatap wajah gugup dan sangat tertekan saat ini.

Cyra mencoba untuk memenangkan perasaannya saat ini. Rasanya kiamat kecil ini sudah memutuskan sebagian kehidupannya yang sudah menghadirkan dirinya di bumi ini.

"Fauzan! Ayahku meninggal. Aku harus ke rumah sakit." Ujar Cyra membuat Fauzan terkesiap.

" Lho kok bisa? bagaimana mungkin Cyra, bukankah barusan kita pamit kepada ayah saat kita ingin ke kamar?"

"Sudahlah! Jangan terlalu lama menahan ku pergi. Aku ingin berada di samping ayah, walaupun ini sudah terlambat."

Cyra melepaskan diri dari pegangan suaminya. Ia kemudian berjalan cepat dan tidak ingin bicara banyak dengan sang suami.

"Cyra! Apakah kamu bisa menunggu aku di lobi sayang?" Teriak Fauzan dari kejauhan.

"Aku tidak bisa menunggumu Fauza."

ujar Cyra dari jauh sambil melangkah mundur.

"Tunggu Cyra!" pinta suaminya.

Sepertinya Cyra tidak memperdulikan perkataan suaminya karena hatinya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ayahnya walaupun sudah meninggal.

"Sial! Baru saja jadi istriku ia sudah bertindak semaunya. Lagi pula aku naik apa ke rumah sakit kalau dia bawa mobilnya. Dasar gadis kaya manja."

Umpat Fauzan sambil mengganti bajunya. Ia harus memesan taksi online untuk bisa menyusul istrinya yang sudah terlebih dahulu tiba di rumah sakit.

Berita kematian mertuanya tidak begitu berpengaruh pada dirinya. Ia terlihat sangat puas jika orangtua itu sudah meninggal dengan meninggalkan harta warisan yang banyak untuk Cyra.

"Wah, kematiannya sangat memberikan keuntungan besar untukku. Dengan begitu aku bisa menggantikan posisi si tua Bangka itu." Ucap Fauzan dengan perasaan gembira.

...----------------...

Tangis Cyra tidak dapat terbendung melihat ayahnya sudah tertutup dengan selimut putih rumah sakit.

"Ayahhhh...!"

Cyra menangis di atas dada ayahnya begitu memilukan.

"Ayah! Kenapa secepat ini tinggalkan Cyra?"

"Nona muda! Ayah nona sudah mewariskan semua kekayaannya atas nama nona muda." Ujar pak Handy saat Cyra masih meratapi kepergian ayahnya.

"Aku tidak peduli dengan semua itu. Aku ingin ayahku kembali. Ya Allah, kembalikan ayahku!" Pekik Cyra tidak tertahankan.

Asisten pribadi ayahnya menjauhkan Cyra dari tubuh ayahnya karena jenasah sang ayah akan segera di bawah pulang ke kediamannya.

Ibu tirinya, Nyonya Widia menghampiri putri sambungnya itu dengan ekspresi wajah sedih, namun terkesan di buat-buat.

"Cyra! Ayahmu telah meninggalkan kita, nak? hiks..hiks..!"

CYRA menatap wajah culas ibu tirinya dengan wajah sembab.

"Tidak usah bersandiwara Tante! bukankah ini yang kamu inginkan, hmm?"

"Jaga bicaramu gadis nakal! Bagaimana pun juga aku adalah istrinya dan ayahmu adalah suamiku." Tukas nyonya Widia.

"Istri di atas kertas dengan cara menjadi seorang pelakor. Tapi sayang sekali, Tante ingin mendapatkan harta ayahku dengan menikahinya sementara ayahku sendiri sudah mewariskan semua harta kekayaannya hanya untukku tanpa disisakan satupun untuk Tante dan putri Tante itu." ujar Cyra angkuh.

Deggggg...

Wajah munafik itu berubah tercengang mendengar ucapan putri sambungnya, Cyra.

"Hmm! Ketahuan sekali kalau kamu sedang menunggu rejeki nomplok!".

Cyra menarik sudut bibirnya sambil melewati ibu sambungnya dengan sengaja menyenggol bahu nyonya Widia yang hampir limbung karena kecewa.

"Sialan kau Atala! Sudah jadi mayat pun kau masih saja pelit kepadaku." Umpat nyonya Widia dengan wajah mengeras menahan geram yang amat sangat pada mendiang suaminya.

...----------------...

Gundukan tanah merah itu sudah di taburi dengan banyak kelopak bunga mawar. Satu persatu para pengantar jenasah meninggalkan pemakaman hingga tersisa Cyra, suaminya dan asisten pribadi ayahnya, pak Handy.

"Ayah....! apa yang harus aku lakukan tanpamu? Aku saja baru belajar bisnismu tapi minim dengan pengalaman. Bagaimana ini ayah. Kalau ayah tidak ada, siapa yang akan membelaku dan melindungi ku?"

Tangan Cyra mengelus nisan ayahnya yang sudah terpasang di atas gundukan tanah itu.

"Tidak usah sedih sayang! bukankah ada aku yang akan membantumu untuk mengelola perusahaan ayahmu." Ujar Fauzan ingin tampil so pahlawan dihadapan istrinya.

"Tapi aku menginginkan ayahku Fauzan. Aku sangat membutuhkannya." Ujar Cyra kembali menangis pilu.

"Nona Cyra! Aku akan mengabdikan sisa hidupku padamu. Aku sudah berjanji pada ayahmu agar tidak akan pernah meninggalkanmu sendiri."

Pak Handy berusaha menghibur Cyra.

"Aku tahu pak Handy, justru itu yang aku mau. Kau harus tetap disisiku untuk meneruskan mengelola perusahaan ayah." Ujar Cyra tegas.

"Siap non!"

Fauzan begitu geram dengan sikap istrinya yang tidak memberinya kesempatan untuk bisa mengusai perusahaan almarhum mertuanya itu.

"Sialan! Kau masih saja mengandalkan pria tua brengsek ini daripada aku suamimu.

Apakah aku harus menyingkirkannya juga..? dengan begitu tidak ada yang akan menghalangi aku untuk menguasai perusahaan istri ku dan perusahaan itu akan menjadi milikku setelah aku bisa menyingkirkan gadis bodoh ini."

Batin Fauzan sambil memeluk pundak istrinya erat.

"Nona Cyra! sebaiknya kita segera pulang! Tidak baik lama-lama berada di makam karena banyak setannya nona."

Pak Handy masih memperlakukan Cyra seperti anaknya sendiri.

"Apakah kamu ingin pulang, pak Handy? apakah kamu lupa kalau aku adalah suaminya Cyra?"

Fauzan mulai jengah dengan perhatian pak Handy pada istrinya.

"Maafkan saya tuan muda, saya hanya tidak ingin melihat nona Cyra sedih dan berada...?"

"Diammm..!"

Bentak Fauzan geram.

"Baik Tuan muda. saya permisi dulu!"

Pak Handy segera meninggalkan pasutri itu dan itu membuat Cyra tidak suka dengan gaya suaminya yang memperlakukan asisten ayahnya dengan semena-mena.

Cyra menatap suaminya dengan wajah tidak senang.

"Ada apa denganmu Fauzan..? Mengapa kamu membentak asisten ayahku..? Apakah dia sedang mengganggumu..?"

Cyra menepis tangan suaminya dari pundaknya dan berlari mengejar pak Handy.

"Sialan!"

Kalau tidak ingat tujuanku untuk mendapatkan harta kekayaan Ayahmu, aku tidak perlu bersandiwara di hadapanmu, bodoh!" Umpat Fauzan sambil mengikuti langkah istrinya.

Terpopuler

Comments

Osie

Osie

baru awal ya veritanya..ku mampir dan moga sesuai harapanku cyra seorg wanita tangguh yg jago bela diri..smart..g gampang ditindas n plus syantik...i hope

2022-11-03

1

Metaa Tata

Metaa Tata

bakal seru nih

2022-11-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!