16. Ijinkan Aku Menikmatinya!

Tuan Nadim membawa pulang istrinya yang sudah terpengaruh oleh obat bius. Wajah tampan tuan Nadim seakan membius para karyawan wanita yang menatapnya kagum kala pria tampan itu menggendong istrinya dengan entengnya.

"Wah! Ternyata bos kita mendapatkan suami yang lebih tampan berkali kali lipat daripada si bajingan tuan Fauzan." Ujar Neni.

"Setuju! Tuan Fauzan pantasnya sama nenek sihir itu, Elsa. Apakah kedua maling itu sudah kabur?" Tanya Lisa.

"Sepertinya begitu Reni."

"Aku ingin mereka di kirim ke penjara dan membusuk di sana." Ujar Lala."

"Itu akan terjadi Lala. Bagaimanapun juga bos kita nona Cyra tidak akan membiarkan dua benalu itu kabur begitu saja dari tangannya." Timpal Ariel.

"Ngomong-ngomong, sebenarnya nona Cyra ko bisa hidup lagi dari kematian saat kebakaran rumah sakit jiwa itu ya? bagaimana dia bisa selamat dari kebakaran itu sementara ia sudah dinyatakan meninggal oleh tuan Fauzan saat itu."

"Kematian itu dibuat oleh tuan Fauzan yang menginginkan harta kekayaan istrinya agar jatuh di tangannya.

Jadi semuanya direkayasa atas permintaan Elsa, si nenek sihir itu. Dasar pelakor! Untung nona Cyra cepat sadar,c kalau tidak ia akan menjadi boneka yang bisa dikendalikan oleh mantan suaminya Fauzan."

"Hei! Siapa suruh kalian bergosip, hah? Kerja!" Bentak tuan Handy yang tiba-tiba muncul begitu saja seperti hantu.

"Bapakkk!" Sapa mereka terharu lalu menyalami pak Handy bergantian.

"Kenapa baru muncul pak Handy? Selama ini ke mana saja pak?"

"Maaf, saya baru muncul karena banyak sekali yang saya lalui hingga akhirnya saya bisa bernafas lega karena Fauzan sudah angkat kaki dari perusahaan ini." Ujar pak Handy.

Pria paruh baya ini, memang tidak ingin menjelaskan secara detail, apa yang dia lakukan selama menghilang saat terjadi permasalahan pada putri mendiang bosnya itu.

Sementara itu Tuan Nadim sudah berada di apartemennya menunggu istrinya Cyra sadar.

"Astaga Cyra! Rupanya emosimu belum terlatih olehku hingga kamu tidak mampu mengusai arena pertempuran, di mana musuh yang lama bisa saja menusuk mu dari belakang." Ujar Tuan Nadim kesal dengan dirinya sendiri.

Tuan Nadim hanya menunggu Cyra segera sadar dari obat bius miliknya sendiri yang menjadi senjata makan nyonya.

"Ternyata kamu sangat ceroboh Cyra! Kamu sangat cepat mengusai ilmu lainnya tapi kamu tidak memperhitungkan segala kemungkinan yang ada.

Kamu hanya mengedepankan amarahmu tanpa tahu resiko yang akan mengancam jiwamu." Keluh Tuan Nadim lirih.

"Ehmm!"

Cyra menggumam sambil memegang kepalanya yang terasa berat. Ia ingin membuka matanya, namun tampak masih kabur dan belum sepenuhnya pulih.

Disaat yang sama potongan ingatannya mulai hadir dalam rentetan peristiwa yang ia alami, bagaimana dirinya tiba-tiba pingsan setelah makan malam bersama suami pertamanya Zefran dan ia baru tersadar setelah mengetahui dirinya sudah berada di dalam kamar pasien rumah sakit jiwa.

Cyra meracau memanggil nama ayahnya untuk menolongnya.

"Ayah..ayah..ayah! mereka ingin membunuhku. Tolong aku ayah! Aku tidak gila ayah. Kenapa aku berada di rumah sakit jiwa?"

Cyra mulai menangis histeris dalam keadaan matanya terpejam.

Tuan Nadim menepuk-nepuk pipi istrinya agar segera sadar dari mimpi buruknya.

"Cyra, sayang, bangun!" Kamu sedang mimpi buruk."

Pinta Tuan Nadim sambil membasuh mata Cyra dengan air dingin agar Cyra cepat sadar.

Cyra melebarkan maniknya dan melihat wajah tampan suaminya sudah berada disisinya. Cyra segera bangkit untuk duduk.

"Nadim!"

Cyra memeluk tubuh suaminya lalu dibalas oleh Tuan Nadim untuk memberikan rasa nyaman pada Cyra.

"Kamu tidak apa sayang?"

"Nadim, bukankah tadi aku berada diruang kerja ayahku? kenapa aku sudah berada di sini lagi bersamamu?"

"Kamu sebenarnya sedang menghajar dua bandit itu, hanya saja kamu kurang waspada hingga mereka bisa dengan mudah melumpuhkan mu."

"Begitu kah? Apakah mereka masih ada di perusahaan ayahku?"

Cyra bersandar di pelukan suaminya tanpa rasa canggung.

"Mereka sudah kabur karena tidak mau berurusan dengan hukum."

"Tapi urusanku dengan mereka belum selesai. Aku ingin membereskan semua kekacauan yang mereka buat agar aset perusahaan ayahku kembali utuh menjadi milikku." Ujar Cyra.

"Kita akan pikirkan lagi nanti. Strategi apa yang harus kita gunakan untuk menjerat mereka dengan hukum." Ujar Tuan Nadim.

Tangan kekar itu mengusap kepala istrinya dengan lembut. Cyra yang baru mengingat rumah sakit jiwa tempat ia dijebak di sana untuk membuatnya menjadi orang gila.

"Nadim!"

"Hmm!"

"Aku ingin berkunjung ke rumah sakit jiwa di mana aku pernah disiksa di sana oleh dokter Hendro dan dua Suster itu. Aku ingin melaporkan mereka kepada pihak berwajib karena telah menyalahgunakan wewenang mereka sebagai tim medis rumah sakit jiwa itu."

Ucap Cyra penuh amarah.

"Sayang! Jangan terlalu terburu-buru untuk mencapai sesuatu karena musuh akan cepat kabur apa lagi mereka pasti sudah mengetahui kalau kamu sudah muncul untuk membalaskan dendam."

"Apakah kamu ingin mereka hidup bebas menikmati kejahatan mereka selanjutnya kepada orang lain? mungkin saja aku bukan satu-satunya pasien yang di buat gila oleh mereka." Ujar Cyra kesal.

"Aku tahu sayang, kamu ingin mempercepat proses penangkapan mereka agar cepat diselesaikan, masalahnya kamu tidak punya bukti dan saksi untuk melaporkan mereka sebagai kaki tangannya Fauzan untuk membuat kamu gila di tempat tersebut."

Tuan Nadim menasehati istrinya yang terlalu tergesa-gesa menyelesaikan kasusnya sendiri.

Cyra mengingat wajah seseorang yang pernah menolongnya untuk kabur dari rumah sakit itu. Wajah tampan dokter Panji yang membuatnya semangat untuk bertahan hidup di sana.

"Ah ya, dia! Sepertinya aku sudah menemukan saksi dan bukti yang bisa membantu kasus ku." Ujar Cyra sumringah.

Tuan Nadim mengernyitkan dahinya dan merasa penasaran dengan orang yang dimaksudkan Cyra.

"Siapa Cyra?"

"Kamu akan tahu sendiri kalau kita berkunjung ke rumah sakit itu. Tolong antar aku ke rumah sakit itu!"

"Rumah sakit itu sedang direnovasi pasca kebakaran itu terjadi sayang. Mungkin saat ini mereka tidak beroperasi."

"Aku tidak tinggal di situ Tuan Nadim sayang, aku hanya ingin menemui orang-orang yang terlibat dalam konspirasi itu dan juga saksi ku yang mengetahui kejahatan mereka padaku."

Cyra hendak turun dari tempat tidurnya untuk membersikan diri, Namun dicegah oleh suaminya. Tuan Nadim yang tidak tahan dengan istrinya menarik lagi tubuh Cyra dalam pelukannya untuk merasakan bibir sensual milik Cyra yang sangat di rindukannya.

Ia langsung memagut bibir indah itu lebih dalam dan Cyra membalasnya dengan tidak kalah panasnya. Keduanya saling bergumul untuk urusan ciuman dengan sentuhan-sentuhan yang mampu memuaskan hasrat birahi mereka.

Dan lagi-lagi, Cyra masih mempertahankan mahkota berharga miliknya untuk tidak disentuh oleh suaminya Tuan Nadim.

"Cyra! Aku menginginkan milikmu yang itu sayang, tolonglah! ijinkan aku untuk merasakan kenikmatannya!"

Pinta Tuan Nadim dengan suara berat. Tubuh keduanya sudah sama-sama polos. Sentuhan permainan awal sebagai pemanasan sudah mereka rasakan bersama, namun ketika melakukan penyatuan tubuh, rupanya Cyra belum siap untuk melakukannya.

Tuan Nadim harus menelan kecewa untuk kesekian kalinya. Walaupun begitu, ia tidak ingin memaksakan kehendaknya pada Cyra karena hati Cyra masih terpaut pada masalah yang ingin segera ia tuntaskan.

"Maafkan aku Nadim! Aku tidak bisa memberikan milikku ini sampai aku merasa, apakah aku mencintaimu atau tidak."

Deggggg..

Tuan Nadim segera meninggalkan kamar itu dan mencari udara segar di luar sana. Ia duduk di pinggir kolam renang sambil memasukkan kedua kakinya dan menghisap rokok.

Selama mengenal Cyra, ia tidak pernah lagi mau merokok agar ia bisa menghasilkan keturunannya yang sehat.

Tetapi kekecewaan yang ia rasakan saat ini membuatnya mau tidak mau menikmati kepulan asap itu sekedar mengusir kejenuhannya.

Tanos datang menghampiri bosnya dengan membawa cemilan dan bir untuk mereka. Tuan Nadim terlihat cuek dengan kehadiran Tanos di sampingnya.

"Tuan! Aku bawakan bir untukmu, apakah kamu tidak ingin meminumnya?" Tanya Tanos seraya menyerahkan kaleng bir untuk di minum Tuan Nadim.

"Aku tidak ingin Cyra makin membenciku dengan minuman beralkohol itu."

"Apakah nona Cyra masih tidak mau menerima anda Tuan Nadim?"

"Entahlah Tanos! Padahal aku sangat merindukan istriku saat ini."

"Mengapa tidak melampiaskan saja pada wanita lain? Mungkin dengan cara itu, Tuan Nadim bisa terbebas dari siksaan batin."

"Kau..!"

Hampir saja Tuan Nadim meninju wajah Tanos.

"Apakah kamu ingin aku diceraikan oleh istriku? apakah selama ini kamu melihat aku dengan wanita lain selama aku sudah menikah dengan Cyra?"

"Maafkan saya Tuan! saya hanya ingin membantu tuan untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang saat ini tuan hadapi. Hanya itu Tuan Nadim."

"Tapi itu sama saja kamu menyuruh aku untuk selingkuh. Padahal kamu sangat mengetahui kalau aku sangat mencintai istriku Cyra."

Tuan Nadim mengangkat kakinya dari kolam renang hendak melangkah pergi meninggalkan Tanos sendirian.

"Tuan! Kenapa tidak berenang saja untuk menghilangkan pusing di kepala Tuan Nadim?" Tawar Tanos memberikan solusi yang tepat.

Tuan Nadim ingat kalau merasa pusing dengan memikirkan urusan ranjang ia selalu berendam di kolam renang.

"Astaga! Kenapa dari tadi aku tidak memikirkan hal itu."

Tuan Nadim menanggalkan bajunya dan menyisakan celana kolor nya saja. Ia melompat ke dalam kolam renang di ikuti Tanos. Keduanya saling balapan di dalam kolam renang yang cukup luas itu.

Entah sudah berapa putaran mereka melakukan olahraga renang di malam hari hingga keduanya beristirahat sambil merendam tubuh mereka di dalam air kolam yang di setel hangat oleh Tanos sebelumnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!