Tiba di apartemennya, tuan Nadim segera memeriksa keadaan Cyra. Banyak sekali luka lebam yang terdapat di tubuh Cyra. Di tambah banyak sekali bekas suntikan di tubuh gadis itu.
"Astaga! Apa yang telah terjadi padamu nona? siapa yang melakukan ini kepadamu?"
Wajah tuan Nadim terlihat kelam menahan amarahnya usai memeriksa keadaan Cyra.
"Aku harus membawamu ke luar negeri, tapi aku juga tidak bisa mengembalikan kamu ke ibumu saat ini dengan keadaan kamu seperti ini.
Tidak masalah aku dianggap gagal oleh ibumu, yang jelas kamu harus berada dalam pengawasanku." Ucap tuan Nadim tegas.
Pria blasteran Turki Canada ini, menanggalkan profesi detektifnya dan kembali lagi pada kehidupan sebenarnya yaitu seorang mafia.
Ia meminta asisten pribadinya Chiko untuk mengurus berkas dokumen pribadi Cyra dengan memalsukan data gadis ini agar bisa dibawa ke luar negeri dengan pesawat jet pribadi miliknya.
"Mulai sekarang, nama kamu diganti menjadi Nadin. Tapi aku akan memanggil namamu aslimu Cyra kalau kita sedang berdua. Kamu bisa menggunakan nama aslimu saat kamu ingat siapa diri mu."
Ujar tuan Nadim pada Cyra yang masih belum sadarkan diri.
Pria tampan ini tidak bisa melibatkan orang lain entah itu dokter maupun orang yang membantunya untuk mengurus CYRA.
Tuan Nadim tidur di sofa yang terdapat di tempat tidurnya sementara itu, Cyra tidur di kasur milik tuan Nadim.
Pagi itu udara terlihat sangat cerah setelah semalaman Jakarta diguyur hujan deras. Burung-burung gereja terbang menghinggapi balkon kamar tuan Nadim sambil berkicau untuk menyampaikan kepada penghuni kamar itu bahwa pagi sudah datang menyapa.
CYRA mulai mengerjapkan matanya sambil mengerang kesakitan saat merasakan tubuhnya terasa sakit semua.
Manik indahnya menangkap sesosok tubuh kekar yang sedang tertidur pulas tidak jauh dari tempat tidurnya.
Merasa dirinya terancam, tiba-tiba Cyra berteriak histeris karena merasa ia kembali disekap. Sontak saja teriakannya langsung membangunkan tuan Nadim yang baru merasakan mimpi indahnya.
"Akhhhhkkk!"
"CYRA!"
"Jangan berteriak! Kamu aman di sini, aku orang baik dan aku yang telah menyelamatkan kamu dari orang jahat."
Ucap tuan Nadim menenangkan Cyra.
Alih-alih mengerti perkataan tuan Nadim, Gadis ini malah menjauhinya karena trauma mendalam yang dirasakannya karena berada dibawah kendali dokter Hendro dan anak buahnya yang sering menyiksanya.
Beruntunglah insting kemanusiaannya berfungsi saat anak buahnya dokter Hendro ingin melecehkannya sehingga menyebabkan ia kabur dari cengkraman anak buahnya dokter Hendro.
Teriakannya tidak berhenti sampai di situ. CYRA melempar apa saja ke arah tuan Nadim sehingga pria tampan ini nekat memeluknya walaupun ia harus di cakar oleh Cyra.
"Cyra! Aku orang baik. Aku mengenalmu dan aku teman ibumu, nyonya Cecilia."
Ujar tuan Nadim sambil memeluk erat tubuh Cyra agar gadis ini tidak berontak.
Cyra masih saja tidak mau mengerti. Ia mengigit bahu tuan Nadim sekuat mungkin untuk bisa melepaskan diri dari pelukan tuan Nadim.
"Gigit lah sepuas mu dan aku tidak akan melepaskan kamu Cyra!" Ujar tuan Nadim sambil menahan sakit pada bahunya.
Karena tidak dilepaskan juga tubuhnya, Cyra makin menguatkan gigitannya dan tuan Nadim tetap bertahan memeluk Cyra.
Karena tidak ada respon juga dari tuan Nadim, Cyra akhirnya melepaskan gigitannya. Ia merasa bahwa pria yang memeluknya ini adalah orang baik karena tuan Nadim tidak berlaku kasar padanya walaupun dia sudah menyakiti laki-laki ini berkali-kali.
Cyra mulai merasakan kenyamanan dalam pelukan hangat seorang Nadim. Tuan Nadim mengurai pelukannya pada Cyra secara perlahan.
Ia melihat wajah cantik Cyra yang tidak ingin menatap wajahnya. Cyra memalingkan wajahnya dengan tatapan nanar melihat ke arah jendela yang masih tertutup tirai nya.
"Apakah kamu ingin melihat matahari pagi, hmm?"
Cyra tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya menatap kosong ke arah jendela.
"Ya Tuhan! Kenapa kamu seperti ini CYRA? Apakah kamu benar-benar gila atau dibuat gila sehingga kamu terdampar di rumah sakit gila?"
Tuan Nadim sibuk bicara sendiri dengan Cyra yang tidak mengerti dengan perkataan tuan Nadim padanya.
"Baiklah. Kalau begitu kamu boleh melihat matahari dan merasakan udara segar di luar sana."
Ujar tuan Nadim sambil menggiring Cyra keluar menuju balkon kamarnya.
Cyra memejamkan matanya dan menghirup udara segar seperti yang pernah diajarkan oleh dokter Panji saat mengajaknya jalan-jalan di taman rumah sakit.
"Kamu bisa melakukannya? Siapa yang mengajarkan kamu Cyra?"
Tanya tuan Nadim namun Cyra tidak merespon pertanyaannya.
Tuan Nadim hanya menarik nafas gusar. Ia membiarkan Cyra melakukan apapun yang ia suka. Tuan Nadim mengambil ponselnya untuk memesan sarapan untuk mereka berdua melalui go food.
Tidak lama kemudian, pesanan mereka sudah datang. Tuan Nadim kebingungan sendiri saat ingin menerima pesanan mereka.
Ia meminta Cyra untuk masuk lagi ke kamar. Jika dibiarkan sendirian di balkon, gadis ini akan melompat dari balkon.
"Cyra mau makan? Kita ke kamar ambil makanan dan duduk lagi di sini." Ujar tuan Nadim.
CYRA hanya mengikuti langkah kaki tuan Nadim. Gadis ini di minta untuk duduk di tempat tidur agar ia bisa mengambil makanan.
Tapi Cyra tidak ingin melepaskan tuan Nadim dan terus memeluk lengan kekarnya.
"Baiklah. Kalau kamu tidak mau ditinggal, kamu boleh ikut aku."
Keduanya berjalan menuju pintu utama untuk menemui Abang go food. Setelah memberikan tip untuk Abang go food, tuan Nadim mengajak Cyra makan di balkon kamarnya.
Ia harus mengurus bayi besarnya terlebih dahulu baru dirinya. Cyra menerima setiap suap demi suapan dari tangan tuan Nadim dengan tertib.
Usai menghabiskan sarapannya, Cyra terlihat tenang sambil melakukan kegiatannya seperti semula yaitu mengirup udara segar sebanyak mungkin dan menghembusnya dengan lembut.
Walaupun masih terdapat banyak luka lebam diwajahnya namun tidak mengurangi kecantikan alami gadis indo Canada ini.
Tuan Nadim menatap wajah cantik Cyra sambil menikmati sarapan paginya.
Tapi sayang, kesenangan tuan Nadim tidak berlangsung lama karena Cyra tiba-tiba merasa gelisah dengan tubuh yang tiba-tiba menggigil dengan peluh bercucuran membasahi wajah dan keningnya.
Tuan Nadim terhenyak melihat reaksi tubuh Cyra seperti orang sakau.
"Astaga! Gadis ini ternyata sakau. Berarti selama ini mereka telah menyiksanya dengan obat terlarang." lirih tuan Nadim.
Ia harus meninggalkan sarapannya dan menggendong tubuh CYRA membawa masuk ke kamar. Tuan Nadim segera mengisi air hangat ke dalam botol untuk diletakkan ke perut Cyra yang sedang sakit.
Baju Cyra segera ditanggalkan oleh tuan Nadim karena penderita sakau selalu merasa kegerahan. AC di kamarnya ditingkatkan suhunya agar Cyra terlihat tenang dan adem.
Sebagai lelaki normal, tuan Nadim berusaha menekan perasaannya saat melihat aset milik Cyra yang terekspos dihadapannya.
Ia hanya ingin bekerja secara profesional untuk menolong Cyra agar bisa menenangkan Cyra yang saat ini sedang dalam keadaan sakau.
Pengalamannya sebagai seorang detektif yang membuatnya banyak mengetahui seluk beluk menghadapi target nya. Salah satunya Cyra yang saat ini sedang mengalami dua hal yaitu kejiwaannya yang terganggu dan juga harus bergantungan dengan narkoba.
"Cyra! Aku berjanji akan merawatmu sampai kamu sembuh." Ujar Tuan Nadim melihat kondisi Cyra yang sangat menyedihkan dirinya.
Cyra terlihat tenang saat perutnya tidak sakit lagi. Tuan Nadim memeluk Cyra penuh kasih sayang.
Tuan Nadim hanya bisa memberikan Cyra obat tidur agar gadis tetap tenang.
"Cyra! aku harus menikahi dirimu karena kita berdua bukan muhrim."
Tuan Nadim membelai lembut rambut panjang Cyra. Setiap kali memandang wajah cantik Cyra membuatnya merasakan kedamaian tersendiri.
"Astaga! Apakah aku sudah jatuh cinta padanya atau hanya terbawa suasana saat ini?"
Gumam Tuan Nadim lirih.
Tuan Nadim mencari tahu tempat yang bisa ia menikah secara agama dengan Cyra.
Setelah menghubungi beberapa orang kyai yang bersedia menikahkan dirinya dengan Cyra, Tuan Nadim membuat janji dengan kyai tersebut.
Mudah bagi Tuan Nadim menikahi Cyra dengan wali hakim karena ayah Cyra sudah meninggal dan Cyra tidak punya saudara laki-laki atau kerabat lainnya.
Andaipun ada ia tidak pedulikan itu karena urusannya akan panjang sementara kondisi gadis ini tidak memungkinkan dirinya harus memproklamirkan pernikahannya dengan Cyra.
Ia hanya ingin merawat Cyra sampai sembuh. Jika nanti Cyra sadar dan mengajukan cerai padanya, ia tidak peduli. Yang jelas saat ini ia lebih mengutamakan sifat kemanusiaan saja.
Keesokan malamnya, Tuan Nadim membawa Cyra ke sebuah mesjid di mana penghulu dan saksi sudah di siapkan oleh panitia untuk menikahkan mereka.
Tuan Nadim menjelaskan dulu niatnya menikahi Cyra yang saat ini terganggu mentalnya agar penghulu dan saksi mengerti keadaannya.
Penghulu itu akhirnya menikahkan Tuan Nadim dengan Cyra. Rasa bahagia yang dirasakan oleh Tuan Nadim bisa menikahi targetnya yang belum pernah ia lakukan pada gadis lain. Tapi dengan Cyra ia begitu obsesi pada gadis ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments