12. Ingatan Yang Samar

Tuan Nadim terperanjat mendengar pertanyaan Cyra.

"Aku suamimu? Apakah kamu sudah ingat siapa dirimu?"

"Suami..? Sejak kapan kita menikah?"

"Sekitar dua bulan lalu..?"

"Aku memang menikah, tapi bukan denganmu. Sepertinya aku menikah dengan Fauzan. Iya, dia suamiku."

Ujar Cyra mulai mengingat potongan masalalu tapi bagian yang lain.

Tuan Nadim merasa sangat cemburu pada mantan suaminya Cyra. Wajahnya tiba-tiba kelam sambil mengepalkan kedua tangannya menahan geram.

"Apakah kamu sudah ingat mantan suamimu yang bajingan itu?"

"Dia mantanku..? Tidak mungkin!"

"Baiklah. Jika kamu sudah mengingat bajingan itu, berarti kamu sudah mengenali siapa dirimu. Siapa kamu?"

"Namaku Cyra."

Degggg...

"Ini di mana?" Tanya Cyra yang bingung melihat di sekitar jalan yang pernah ia lalui.

"Ini di Canada."

"Kanada? kapan aku ke sini? dan kamu, bagaimana kamu bisa membawaku ke sini dan mengapa kamu memangku tubuhku."

Cyra pindah duduk menjauh dari Tuan Nadim.

"Dengar CYRA! Aku dan kamu sudah menikah. Saat ini kamu sedang mengalami hilang ingatan dan bahkan menjadi gila karena mantan suamimu Fauzan telah mengirim kamu ke rumah sakit jiwa. Dan sekarang ini, kamu berada di negara

Toronto Kanada. Aku yang membawamu ke negara ini." Jelas Tuan Nadim meyakinkan Cyra.

Cyra memegang kepalanya dengan dua tangannya. Seakan ia baru bertemu dengan Tuan Nadim.

"Cyra, jangan diingat kalau itu menyiksa pikiranmu." Cegah Tuan Nadim.

"Bagaimana aku berada di sini dan menjadi istrimu? Aku bahkan tidak mengenalmu."

Cyra menggeser posisi duduknya menjauhi Tuan Nadim membuat pria tampan ini makin kesal.

"Cyra. Jangan menjauhiku. Aku suamimu. Baiklah. Aku akan tunjukkan sesuatu kepadamu. Aku punya rekaman videonya saat kita menikah dan saat kita pertama kali bertemu."

Ujar Tuan Nadim seraya membuka rekaman video saat pertama kali bertemu dengan Cyra yang sengaja ia rekam sebagai bukti yang akan dibutuhkan oleh pengadilan jika suatu saat nanti Cyra menuntut mantan suaminya Fauzan.

Cyra menyimak video itu dan terlihat sangat syok karena di dalam video itu dia benar-benar seperti orang gila bahkan gila beneran.

"Apakah ini aku? Mengapa aku kelihatan sangat mengerikan seperti itu?" Tanya Cyra.

Tuan Nadim menceritakan semuanya kepada Cyra tanpa membuka jati dirinya sebagai detektif yang disewa ibunya untuk menyelidiki Kematiannya karena ingatan Cyra belum sempurna.

"Aku tidak ingat sama sekali tentang diriku yang gila tapi aku tidak bisa menerima kamu sebagai suamiku juga karena pernikahan kita dilakukan saat aku tidak waras. Maafkan aku Nadim!"

"Tidak apa Cyra! Aku tahu ini akan terjadi, kamu pasti menolakku di saat kamu mulai ingat siapa dirimu." Ujar Tuan Nadim agak kecewa kepada Cyra.

"Aku butuh waktu untuk merenungi semua ini dan aku ingin kembali ke Indonesia."

Deggggg.....

"Apakah kamu ingin menemui mantan suamimu yang sudah menganggap kamu mati?"

"Aku ingin memastikan sendiri kalau Fauzan mengkhianati aku."

"Apakah kamu tidak mau menyelidiki mereka diam-diam tanpa langsung melabrak mereka?"

Cyra mempertimbangkan saran Tuan Nadim yang cukup masuk akal.

"Baiklah. Kita akan menyelidiki sepak terjang mantan suamiku. Terimakasih banyak atas saranmu. Aku berutang banyak padamu, aku akan menggantikan kebaikanmu padaku." Ujar Cyra tegas.

"Aku tidak butuh ganti rugi darimu. Aku melakukannya dengan senang hati." Ujar Tuan Nadim.

Tidak terasa mobil mereka sudah memasuki villa Tuan Nadim dan Cyra merasa baru mendatangi tempat itu.

Cyra turun dari mobil dan mematung di depan mobil itu tanpa ingin masuk.

"Ayo Cyra masuk! di luar sangat dingin." Ajak Tuan Nadim yang melihat Cyra hanya bengong menatap bangunan Viktoria di hadapannya ini.

"Villa ini terlihat keren dan nyaman. Apakah aku tinggal di sini?"

"Iya sayang!"

Deggggg...

"Dia memanggil aku sayang? Apakah dia sangat menyayangi aku?"

Tuan Nadim menggandeng tangan Cyra dan gadis ini melangkah dengan anggun memasuki bangunan yang terlihat menyerupai kastil tersebut.

"Apakah selama ini kita tidur bersama?"

"Iya sayang."

"Apakah kita sudah melakukan hubungan suami istri?"

"Aku tidak ingin melakukannya saat kamu masih belum ingat dirimu. Tapi,...?"

Tuan Nadim menjedah perkataannya.

"Tapi apa?"

"Aku sudah melihat dan memegang apa yang ada pada dirimu. Dan kita selalu berciuman mesra setiap kali kamu menginginkannya."

Cyra melebarkan pupil matanya dengan kupingnya terasa sangat panas. Rasa malu kini merayap dihatinya mendengar penuturan Tuan Nadim yang begitu frontal.

"Apakah karena itu, kamu menikahi aku?"

"Iya sayang. Kita sama-sama muslim jadi tidak baik hidup seatap tanpa pernikahan. Terlepas kamu waras atau tidak aku tidak mau mengambil resiko untuk berzina dengan wanita yang bukan hakku untuk aku sentuh."

"Ya Allah! Kenapa aku sangat memalukan sekali." Gerutu Cyra.

"Kamu tidak sadar Cyra, jadi wajar kalau kamu melakukannya berdasarkan insting kamu."

"Apakah kita harus tidur bersama lagi? saat aku sudah ingat siapa diriku?"

"Kenapa tidak?" Suka atau tidak suka kamu adalah istriku."

Deggggg...

"Apakah kamu ingin menuntut hakmu sebagai suami?"

"Terserah kamu sayang! karena kamu yang pemilik tubuhmu."

Keduanya sudah berdiri di depan kamar mereka. Tuan Nadim membuka pintu kamarnya dan meminta Cyra untuk masuk ke kamar mereka.

Karena sudah larut malam, Cyra langsung menghempaskan tubuhnya di kasur empuk itu. Dan Tuan Nadim berbaring di sebelah Cyra dengan sedikit menjauhkan tubuhnya dari istrinya..

Sedari tadi Cyra tidak bisa memejamkan matanya karena merasa ada sesuatu yang hilang.

Tidurnya menjadi gelisah dan itu menjadi perhatian Tuan Nadim yang sudah mengetahui kebiasaan Cyra yang selalu berciuman dulu dengannya dan tidur dalam dekapannya.

"Mengapa aku jadi sulit tidur seperti ini? Apakah aku sangat sulit tidur dan menyusahkan kamu setiap malam?"

"Tidak juga! Kamu gampang tidur kalau sudah berciuman denganku?"

"What..?"

Jantung Cyra berdebar kencang mengetahui obat tidurnya adalah berciuman dengan Tuan Nadim yang baru ia kenal usai bagian ingatannya kembali walaupun masih samar.

"Apakah tidak ada cara lain? Mungkin aku bisa tidur kalau minum obat tidur." Ucap Cyra dengan memudahkan masalah.

"Apakah selama ini kamu sering melakukannya?"

Tanya Tuan Nadim.

"Sesekali, kalau aku mengalami insomnia."

"Jangan minum obat itu lagi dan di rumah ini tidak ada obat itu." Ujar Tuan Nadim lalu menarik selimut dan memejamkan matanya.

"Cih! Dia malah tinggal tidur dan memunggungi aku." Batin Cyra kesal.

Cyra terus membolak balik tubuhnya membuat Tuan Nadim sudah tidak sabar lagi.

Ia menarik tubuh istrinya itu dan langsung memagut bibir Cyra dengan cepat. Cyra melebarkan matanya merasa mendapatkan serangan ciuman panas itu secara mendadak.

Cyra merasa ciuman suaminya begitu merangsang tubuhnya hingga ia tidak bisa menghindari lagi.

"Mengapa ciuman ini sangat nikmat? Apakah tiap malam aku menjadi candu dengan bibirnya? Nadim...oh! kamu benar-benar sangat jantan hanya dengan ciuman saja." Puji CYRA dalam hati.

Hisapan dan gigitan seakan menyatukan hasrat keduanya. Cyra makin lemah dan tampak pasrah menerima ciuman panas sang suami yang makin menggetarkan jiwanya.

Tuan Nadim makin memperdalam hisapan lidah yang tak kalah erotis dari pada sebelumnya. Tubuh Cyra menggelinjang hebat kala suaminya sudah berada di atas tubuhnya.

Aroma tubuh Tuan Nadim yang selama ini menjadi obat penenang nya nampak menyeruak pada Indra penciumannya.

Erangan Cyra makin menggila menghantarkan keduanya terbang ke alam nirwana. Tubuhnya makin menggelinjang kala tangan suaminya mulai merayap ingin mendapatkan dua bongkahan sekang di dada Cyra.

Namun tangannya dicegah oleh Cyra karena gadis ini mulai mengingat kembali adegan yang sama namun samar dalam benaknya.

Lama keduanya bergumul dalam ciuman panas hingga akhirnya ciuman itu berhenti kala Cyra merasa kehabisan oksigen.

"Apakah kamu suka sayang?"

"Apakah tiap malam aku membutuhkan ciuman ini?"

"Kita melakukannya setiap saat bukan hanya saat kamu ingin tidur saja."

"Apakah aku terlihat agresif?"

"Memang seperti itu dirimu dan aku sangat menyukai caramu melakukannya dan itu sangat menggairahkan."

"Aku seperti wanita murahan."

"Jika seorang istri terlihat murahan bersama suaminya, itu akan membawamu ke surga tertinggi."

"Bagaimana bisa seperti itu?"

"Karena kamu sedang menyenangkan suamimu."

Cyra tersipu malu. Dan itu membuat Tuan Nadim makin gemas dengan istrinya. Ia kembali mencium istrinya dan keduanya kembali bergumul dengan permainan lidah yang mengasyikkan.

...----------------...

Hari-hari kehidupan pasangan ini makin kelihatan romantis. Walaupun begitu Cyra tidak mau memberikan kesempatan kepada Tuan Nadim untuk menunaikan tugasnya sebagai seorang suami.

Cyra hanya mempelajari sendiri informasi yang ia dapatkan dari suaminya tentang perusahaannya yang saat ini di kuasai oleh Fauzan dan istri barunya Elsa.

"Sekalinya dibesarkan di dalam keluarga maling, selamanya akan menjadi maling." Gumam Cyra.

Walaupun ingatan Cyra sudah kembali, namun ia sering mengalami sakau dan itu membuat Tuan Nadim harus menangani Cyra dengan berbagai cara.

Rupanya saat Cyra sakau itu tidak begitu merasa sakit di tubuhnya. Beda halnya saat Cyra sudah mengingat siapa dirinya sendiri, itu makin membuat sakitnya lebih parah hingga ia pingsan.

Tuan Nadim harus mengikat tubuhnya dan mengguyurkan air dingin dari pancuran shower.

Jika tidak di ikat tubuhnya Cyra selalu menyakiti dirinya sendiri.

Kalau Cyra sudah merasakan kedinginan, Tuan Nadim baru berani menghentikan air dingin dan menggantikan dengan air hangat.

Tubuh Cyra kembali di keringkan dan dipakaikan baju hangat.

Di saat sudah sadar Cyra meminta makanan yang sangat banyak dan ia dengan cepat melahapnya dengan rakus.

Saat malam tiba. Cyra duduk di pangkuan suaminya ia ingin berjalan di luar menatap bintang.

"Aku ingin berjalan di taman."

"Tapi ini sudah malam dan di luar sangat dingin." Cegah Tuan Nadim.

"Baiklah kalau begitu aku keluar sendiri saja."

"Tidak! Jangan...! Baiklah kalau begitu aku akan menemani kamu."

"Apakah kamu tidak ingin makan sesuatu?"

"Tidak aku ingin menikmati udara malam."

Cyra berhenti dan duduk di atas hamparan rumput halus yang sangat lembut. Bukan hanya duduk, ia kini berbaring sambil melihat kumpulan rasi bintang yang sangat indah di atas sana.

"Mereka sangat cantik Nadim."

"Mereka tidak cantik Cyra."

"lihatlah bintang itu sedang mengeluarkan cahayanya itulah mengapa mereka menjadi sangat cantik Nadim."

"Yang paling cantik saat ini adalah istriku sendiri. Dia by adalah Cyra ku." Ucap Tuan Nadim membuat Cyra tersipu malu.

Keduanya saling berciuman menikmati momen romantis saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!