3. SETUJU..!

Tidak butuh pertimbangan yang cukup rumit untuk memutuskan penawaran Elsa yang ingin menyingkirkan Cyra, Fauzan menyetujui tawaran itu karena harta dan kekuasaan adalah misinya untuk menikahi Cyra.

"Aku tidak bisa menyerahkan tubuhku begitu saja padamu, Fauzan karena aku butuh bukti bahwa kamu bisa mengklaim istrimu gila dan perlu perawatan medis.

Dengan begitu, harta miliknya menjadi milik kita, tapi kamu harus menikahi aku dulu." Pinta Elsa.

"Tidak masalah sayang! Adanya dirimu bisa menjadi sekutu aku untuk bisa menyingkirkannya dengan begitu kita akan menikmati jerih payah mendiang ayah mertuaku. Muaacch! Kau datang di saat yang tepat sayang."

Rasa puas mendapatkan ide cemerlang dari saudara tiri istrinya, membuat Fauzan harus lebih cepat melancarkan rencana mereka berdua di saat Cyra sedang terpuruk saat ini.

Elsa keluar dari ruang kerja ayah tirinya usai berciuman mesra dengan sang kakak ipar.

Sepanjang perjalanan ia terus mengulum senyumnya karena merasa rencananya untuk menemui suami CYRA tidak bertepuk sebelah tangan.

Ia melakukan itu karena mendengar cerita ibunya bahwa hubungan antara Cyra dan suaminya terlihat kurang akur.

Saat ini, Elsa masih duduk di bangku kuliah semester lima. Ia harus tinggal di kost di kota Bandung karena menempuh pendidikan di kota itu melalui seleksi masuk perguruan tinggi negeri yang sangat terkenal di kota tersebut.

Dua pekan kemudian, makanan milik Cyra di taburi dengan bubuk ganja dan gadis ini mulai fly dan tertawa sendirian.

Malam itu, Cyra terlihat murung sambil duduk di balkon kamarnya. Ia memandangi bulan yang terlihat kesepian di atas sana seperti dirinya.

Sudah hampir pukul delapan malam Cyra belum mau menyentuh makan malamnya.

Fauzan datang dengan segala kelicikannya membawa makanan kesukaan istrinya berupa pizza.

"Sayang! Mungkin kamu memang tidak ingin makan nasi saat ini, tapi mau ya makan pizza yang sengaja aku pesan untukmu." Ucap Fauzan sambil mengambil sepotong pizza untuk Cyra.

Merasa tidak enak menolak kebaikan suaminya, Cyra akhirnya memakan juga pizza yang sudah ditaburi narkoba.

Fauzan merasa sangat girang saat Cyra berhasil mengigit tiap potong pizza itu sampai habis.

"Sekarang kena kau gadis manja!"

Senyum licik Fauzan menghiasi wajah tampannya yang sudah memiliki sejibun rencana untuk membuat Cyra menjadi gila.

Minggu berikutnya, narkoba jenis lainnya berupa pil ekstasi yang ditaburkan ke makanannya. Semua itu atas permintaan Nyonya Widia pada pelayannya dengan sogokan yang lumayan besar.

"Cyra!" Ada kue sus Gedebage kesukaanmu. Apakah kamu mau makan sayang?"

Lagi-lagi Fauzan mampu memancing istrinya dengan makanan kesukaan Cyra.

Cyra yang memang tidak pernah menolak dengan makanan itu, memakan begitu saja tanpa ada rasa curiga sama sekali. Gadis ini dengan cuek melahap habis makanannya tanpa ingin bicara banyak dengan sang suami.

"Apakah kamu suka dengan perhatianku Cyra?"

"Hmm!"

"Apakah kamu tidak merindukan aku?"

"Aku belum siap Fauzan maafkan aku..!"

Brukkkk..

Cyra akhirnya pingsan.

"Ternyata begitu gampang membuat gadis ini masuk dalam jebakan ku."

Fauzan merasa puas dengan rencananya yang sudah berhasil menjebak istrinya.

Akhirnya, dalam sebulan gadis itu tidak lagi mengusai dirinya. Untuk lebih cepat proses untuk menyingkirkan Cyra, ketiganya kompak membawa Cyra ke rumah sakit jiwa dan itupun harus mengeluarkan uang cukup besar sebagai penutup mulut para dokter yang menangani Cyra.

Betapa kagetnya asisten pak Handi saat mengetahui kalau Cyra sudah berada di rumah sakit jiwa. Sebagai suami CYRA, Fauzan mulai menggunakan haknya untuk mengendalikan perusahaan termasuk memecat asisten pribadi tuan Atala.

"Sekarang istriku sudah di nyatakan gila oleh dokter spesialis psikiater yang menanganinya saat ini.

Itu berarti aku adalah orang yang tepat yang akan meneruskan kepemimpinan istriku di perusahaan ini. Untuk memudahkan pekerjaanku, aku harap kamu sebaiknya mengajukan surat pengunduran diri dari perusahaan ini." Ucap Fauzan setengah meledek.

"Tanpa kamu minta pun, aku dengan senang hati pergi dari perusahaan ini karena aku tidak sudi menjadi siapapun di perusahaan ini dibawah kepemimpinan mu." Ujar pak Handi serius.

"Bagus! rupanya kamu cepat tanggap dengan permintaanku. Sekarang tunggu apa lagi? Cepat pergi dari hadapanku karena aku sudah cukup muak melihat wajah sok suci mu itu!" Titah Fauzan sambil memainkan tangannya untuk mengusir pak Handy dari ruang kerjanya.

"Setiap kejahatan pasti tidak akan pernah bertahan lama anak muda karena yang kamu nikmati saat ini adalah hasil curian dengan penuh tipu daya.

Aku pastikan kau akan menerima hukumanmu atas hasil perbuatan burukmu. Jangan lupa, nona Cyra masih memiliki seorang ibu yang punya kuasa dan orang berpengaruh di Canada.

Dia tidak akan tinggal diam melihat putrinya di perlakukan begitu hina oleh dirimu." Ujar pak Handi.

Ia segera keluar menuju ruang kerjanya untuk mengambil barang-barang miliknya.

"Aku bersumpah untuk membuatmu menyesal Fauzan! Karena kau telah menipu wanita yang telah mengangkat derajatmu, dari lelaki miskin yang hanya bermodalkan tampang doang." Gumam pak Handi.

...----------------...

Di rumah sakit jiwa, Cyra sudah berada di dalam kamarnya sendirian. Ia mengenakan pakaian pasien rumah sakit jiwa dengan nomor punggung.

Tubuhnya terlihat lemah dengan wajah pucat pasi. Saat ia di bawa ke rumah sakit itu, ia sedang tidak sadarkan diri di bawah pengaruh obat.

Saat kesadarannya mulai pulih, Cyra mengerjapkan matanya dan melihat ke sekelilingnya dengan perasaan bingung.

"Ya Allah! Apa yang terjadi denganku?"

CYRA berusaha berpikir cerdas untuk bisa menjawab pertanyaannya sendiri mengapa dirinya bisa berakhir di tempat mengerikan itu.

Ia menatap di di sekelilingnya dan ternyata ada dua CCTV yang mengarah ke arahnya.

"Apa yang terjadi? Apakah ini perbuatan ibu tiriku? atau suamiku, Fauzan?"

Cyra terus mengembalikan ingatannya, di mana terakhir kalinya ia berada di mansionnya. dan masih dalam keadaan sadar.

"Bukankah saat itu aku sedang makan malam bersama suamiku dan setelah itu aku tidak sadarkan diri. Apakah makanan itu sudah ditaburi sesuatu? Ya Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya? Jika ini perbuatan suamiku, aku tidak akan pernah memaafkan dirinya." Batin Cyra lalu berpura-pura bersikap seperti orang gila.

Ia duduk sambil memeluk kakinya dengan memangku wajahnya. Hatinya makin yakin bahwa adanya dirinya di sini pasti ulah suaminya Fauzan.

"Aku rasa Fauzan memanfaatkan kesedihanku agar ia bisa mengusai perusahaan milik ayahku. Dasar bajingan! Laki-laki terkutuk." Umpat Cyra lalu menangis.

Tiba-tiba terdengar suara pintu di buka. Cyra menggeser tubuhnya ketakutan saat dua orang Suster masuk dengan seorang perawat laki-laki yang sangat tampan dan gagah menggunakan pakaian seragam mereka.

Ada yang membawa makanan untuknya dan juga obat-obatan yang akan disuntikkan kepadanya.

CYRA berpura-pura terlihat seperti orang gila agar dia bisa mengetahui apa sebenarnya yang terjadi, jika ketiga petugas rumah sakit jiwa ini terlibat obrolan satu sama lain.

"Kapan gadis ini masuk?" Tanya perawat cowok.

"Sepertinya semalam, dokter."

Sahut salah satu suster yang sedang menyiapkan obat untuk di minum Cyra dan juga obat suntikan.

"Ternyata si tampan itu adalah dokter. Aku sudah salah menebak." Batin Cyra sambil melihat apa yang dilakukan ketiganya pada dirinya.

"Aku yang akan menyuapkan gadis ini. Kalian keluarlah!" Titah dokter muda itu membuat Cyra merasa senang.

"Maaf dokter Panji! Ini sudah tugas kami menyuapkan pasien makan dan memberinya obat. Anda cukup memeriksanya saja, itu yang disampaikan oleh dokter Hendro pada kami." Ujar suster Susy yang mendapatkan mandat langsung dari atasannya.

Dokter Panji tersenyum kepada Cyra yang menatapnya dengan wajah sendu.

"Permisi nona! Aku harus memeriksa keadaanmu." Pinta dokter Panji sambil mengarahkan stetoskop ke dada Cyra.

Jantung dokter Panji berdegup kencang saat manik Cyra tidak lepas menatap wajahnya. Apa lagi ia di tatap seorang gadis cantik.

Dokter ini mengira Cyra sedang terpesona dengan ketampanannya, padahal Cyra sedang memberikan isyarat melalui matanya untuk meminta tolong pada dirinya.

"Apakah aku sangat tampan nona?" Tanya Dokter Panji sambil mengulum senyum.

"Bagaimana caraku untuk menyampaikan kepadamu bahwa aku bukan orang gila, dokter?" Batin Cyra mulai berkaca-kaca.

Dokter Panji hanya mengelus pipi Cyra dan memintanya supaya cepat sembuh.

Dokter Panji berlalu begitu saja membuat Cyra mulai frustasi. Suster mulai memintanya untuk membuka mulut ketika sendok berisi makanan itu sudah mengarah ke mulutnya.

Karena takut akan diracuni, Cyra menghempaskan makanan itu dari pangkuan suster hingga tertumpah pada roknya.

"Dasar perempuan gila! Kau sudah membuat penampilanku seperti tikus got." Umpat Suster Susy.

"Berikan dia suntikan obat yang di kasih dokter Hendro itu!" Titah suster Susy pada temannya suster Eka.

"Tidakkkk! Jangannnn....! Pekik

Cyra ketakutan. Ia berteriak bukan karena jarum suntik nya tapi obat yang di suntikan pada tubuhnya yang tidak ia mengerti itu adalah obat apa.

Dalam lima menit, Cyra kembali tertidur dan fly.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!