4. Sampel Darah

Setiap kali Cyra kembali sadar akal sehatnya, di saat yang sama, dokter Hendro selalu meminta dua suster kepercayaannya untuk memberi narkoba pada Cyra sehingga gadis ini hanya menerima siksaan demi siksaan agar dirinya terkesan gila oleh orang lain.

Hampir satu bulan ia berada di rumah sakit jiwa. Di saat dirinya menerima siksaan dari obat narkoba yang membunuh akalnya tersebut, di saat yang sama suaminya Fauzan dan Elsa sedang melakukan bulan madu usai melakukan pernikahan keduanya.

"Sekarang kita hanya menikmati apa yang sudah disediakan oleh ayah mertuaku atau mendiang ayah tirimu, sayang..ha...ha...!"

Tawa Fauzan menggema di resort yang ada di Bali tersebut.

"Kamu tidak salah sayang, karena Cyra sendiri yang telah mendatangi petaka untuk dirinya sendiri.

Dia terlalu terobsesi dengan kenangannya bersama sang ayah hingga melupakan tugasnya sebagai istrimu."

Ujar Elsa memuji kecerdasan suaminya Fauzan.

"Tapi, kita belum bisa sepenuhnya menikmati harta kekayaannya apa lagi mengusai perusahaannya jika di belum di nyatakan meninggal."

Wajah Fauzan terlihat sedih kala impiannya belum seratus persen terwujud.

"Apakah kamu ingin Cyra segera menemui ayahnya agar mereka bisa bersama lagi, sayang, hmm?"

Tanya Elsa membuat Fauzan bingung dengan ucapan istri keduanya ini.

"Apa maksudmu sayang..?"

"Kenapa kamu tidak menyuruh orang lain untuk membakar rumah sakit itu dan membiarkan gadis itu terpanggang di sana dalam keadaan hidup-hidup.

Dengan begitu, kamu tidak membunuhnya secara langsung, melainkan ia terbunuh dengan cara yang wajar."

Jelas Elsa memberi solusi untuk bisa menjadi jutawan dalam semalam.

"Itu terlalu beresiko Elsa. Kita sudah melakukan tindakan kriminal yang akan menjerat kita sebagai seorang pembunuh."

Timpal Fauzan yang tidak ingin terlibat lebih jauh untuk menghabisi nyawa Cyra.

"Jika ingin mengusai segalanya kau juga harus tega dan tegas pada Cyra. Jika dengan narkoba saja tidak cukup membuatnya cepat mati.

Kenapa tidak sekalian ambil hal yang besar untuk mendapatkan semuanya tanpa ada rasa kuatir."

Bujuk Elsa makin memprovokasi suaminya bertindak di luar batas.

"Bagaimana dengan rumah sakit dan pasien lainnya, Elsa jika kita hanya berniat membunuh satu orang saja.

Kasihan yang lainnya, dan itu akan menjadi suatu masalah besar jika kita ketahuan sebagai dalang kebakaran di rumah sakit itu?"

Fauzan terlihat ragu dengan langkahnya. Bukan masalah pembunuhan itu yang dia takutkan tapi ini lebih kepada resiko dari sebuah kenekatan demi mendapatkan harta sang istri.

"Jika ingin membunuh satu ekor ikan di dalam kolam, ikan yang lainnya akan kena imbasnya jika di taburi racun di atasnya."

Senyum Elsa menyeringai licik. Kumpulan dua iblis yang ingin mendapatkan keuntungan besar tanpa harus bekerja keras.

Bujuk rayunya Elsa yang merupakan iblis yang sudah bersemayam di hatinya merasakan bahwa suaminya mampu melakukan apapun yang ia pinta.

Fauzan akhirnya mengalah dan mau menerima ide gila dari Elsa yang sedang mabuk harta.

"Terimakasih sayang! Aku sangat beruntung memiliki kamu yang mempunyai banyak ide berlian." Tandas Fauzan.

Keduanya saling berciuman sambil mengecap bibir satu sama lain.

Di rumah sakit, dokter Panji ingin sekali mengunjungi kamar pasien milik Cyra. Sudah lama ia tidak diijinkan untuk mengunjungi gadis malang itu.

Pagi itu, udara cukup cerah namun masih berselimut awan sehingga menutupi sebagian tubuh matahari menyinari bumi.

Angin sejuk tampak lembut meniup setiap ranting pohon yang mulai bergoyang merasakan terpaannya hingga memberi kesejukan bagi manusia-manusia depresi yang duduk di bawah pohon rindang itu.

Pagi itu, dokter Panji nekat membawa keluar Cyra untuk menghirup udara segar. Awalnya dua suster kepercayaan dokter Handoko melarang dokter Panji untuk tidak memperlakukan Cyra lebih istimewa dari pada pasien lainnya.

"Dokter Panji!"

"Hmm!"

"Apa yang anda lakukan pada pasien Cyra?"

"Aku ingin membawanya jalan-jalan. Dia tidak pernah terkena paparan sinar matahari l6 selama berada di sini." Ujar dokter Panji sambil mendorong kursi roda Cyra.

"Tapi dokter, sekarang tidak ada cahaya matahari, kenapa harus membawa gadis ini keluar dari kamarnya?" Protes dokter Susy.

"Setidaknya dia bisa menghirup udara segar. Lagi pula aku adalah dokter di sini, kenapa tiba-tiba kamu protes. Apakah ada yang sedang kalian sembunyikan dariku?"

Selidik dokter Panji yang mulai curiga pada dua suster yang ada di hadapannya ini.

Deggggg..

"Tidak ada dokter! Kami hanya ditugasi untuk membantu dokter Hendro mengawasi gadis ini."

"Apakah kalian tidak tahu kalau aku adalah putra dari pemilik rumah sakit ini." Ujar dokter Panji yang akhirnya membuka jati dirinya yang selama ini ia rahasiakan kepada karyawan rumah sakit tersebut.

"Hahhh..?"

Kedua suster itu hanya tercengang sambil melempar pandangan mendengar pengakuan dokter Panji.

"Bukankah dokter Hendro adalah...?"

"Dia adalah pamanku adik dari ibuku. Pemilik rumah sakit ini adalah ayahku dan dia, si bajingan tidak tahu malu itu selalu saja menebar sensasi di rumah sakit ini seakan dia adalah pemiliknya.

Rahasiakan jati diriku pada yang lain atau kalian akan aku pecat!"

Ancam dokter Panji dengan menatap tajam wajah dua suster culas itu yang menunduk ketakutan.

"Baik dokter. Kalau begitu kami permisi." Ujar dua suster itu buru-buru meninggalkan dokter Panji dan Cyra yang duduk di kursi rodanya seperti orang bodoh.

Dokter Panji melanjutkan langkahnya sambil mendorong kursi roda Cyra menuju taman.

"Kamu senang sekarang kamu bisa keluar dari kamar dan berjalan-jalan di taman ini?"

Dokter Panji menatap wajah cantik Cyra. Rambut Cyra digulung ke atas, hingga memperlihatkan leher jenjangnya yang begitu putih mulus.

"Cyra! Aku ingin melihatmu sembuh tapi aku harus mengambil darahmu agar aku bisa mengetahui obat apa saja yang mereka suntik kepadamu."

Dokter Panji mengeluarkan jarum suntik dan alat lainnya untuk mengambil darahnya untuk di jadikan sampel penelitiannya.

Sayang sekali, apa yang saat ini dokter Panji lakukan dan mengajak Cyra bicara, namun gadis itu masih di bawah pengaruh obat hingga ia tidak begitu menyadari keadaan sekitarnya.

Dokter Panji juga mengambil darah Cyra di balik pohon besar agar tidak terlihat oleh yang lainnya apa lagi terekaman CCTV.

"Aku tidak percaya kalau kamu gila Cyra. Aku merasa ada kamu di sini adalah sebuah konspirasi antara keluargamu dan pamanku.

Tenang saja Cyra, aku akan menyelamatkan hidupmu agar kamu bisa sembuh dan bebas dari tempat ini. Di sini bukan tempatmu, kamu harus bisa bangkit dan menolong dirimu sendiri."

Dokter Panji menyimpan sampel darah milik Cyra di kantong jaketnya. Untuk tidak mengundang curiga pada yang lain, dokter Panji membantu Cyra berdiri dan belajar jalan agar tubuh gadis ini tetap kelihatan bugar.

"CYRA! Apakah kamu mau jalan-jalan denganku?"

Dokter Panji menarik kedua tangan Cyra untuk berdiri. Seperti sapi di cocok hidungnya, Cyra bangkit berdiri dan mulai jalan perlahan dengan ekspresi wajah terlihat datar.

Dokter Panji mengaitkan tangan mereka berdua lalu berjalan perlahan mengitari taman.

Cyra terlihat menikmati keindahan taman yang terbentang luas dengan aneka warna bunga dengan beberapa jenis bunga yang mudah tumbuh dan di situ juga terdapat beberapa pohon buah jeruk, melon, jambu, semangka, mangga dan beberapa buah lainnya yang memancing Cyra ingin memetik buah jeruk sunkist.

"Apakah kamu mau makan jeruk Cyra?"

"Hmm!"

"Baiklah! Aku akan memetik untukmu."

Dokter Panji mencari jeruk yang sudah matang yang sudah bisa dipanen.

Cyra menunggu jeruk kesukaannya yang sedang dikupas oleh dokter Panji.

Dengan telaten dokter Panji menyuap setiap potong jeruk pada Cyra yang sedang menikmati manisnya jeruk itu.

"Cyra! Apakah kamu bisa mengingat siapa dirimu saat ini?" Tanya dokter Panji.

Cyra tidak ingin menjawab pertanyaan dokter Panji, ia lebih sibuk melihat jeruk yang ada di tangan dokter Panji.

Cyra mengambil jeruk yang telah dikupas itu lalu memakannya dengan cepat.

"Cyra! kalau kamu suka buah, di ruang praktek aku banyak buah. Kalau kamu mau aku akan memberikannya padamu untuk bisa kamu makan di kamarmu, apakah kamu mau?"

Cyra hanya mengangguk namun wajah cantik itu tetap terlihat datar.

"Cyra! Jika kamu sudah sembuh, aku ingin kamu bercerai dengan suamimu dengan begitu aku akan menikahi kamu Cyra."

Imbuh dokter Panji yang sudah jatuh cinta pada Cyra saat pertama kali bertemu dengan gadis ini.

Cyra terlihat tidak begitu respect dengan ocehan dokter Panji karena masih dibawah pengaruh narkoba.

Keduanya terus saja berjalan menyusuri lorong di taman itu. Dokter Panji harus menggandeng tangan Cyra agar gadis itu tidak mudah kabur. Cyra juga merasakan kebaikan dokter Panji padanya. Hanya saja pikirannya masih saja belum terbuka.

"Cyra! kamu sangat cantik dan kelihatan sangat terpelajar. Aku sudah menyelidiki seluk beluk Keluargamu. Rupanya kematian ayahmu di jadikan sebab kamu mengalami depresi. Tapi aku merasa bukan itu alasannya kamu berada di sini.

Jika saja kamu tahu kalau saat ini, suamimu sudah menikah lagi dengan adik tirimu, mungkin kamu akan membuat perhitungan dengan suamimu yang bajingan itu." Ungkap dokter Panji.

Cyra yang mendengar ucapan dokter Panji, lama-lama ia merasakan bahwa saat ini, ia sedang dihadapkan dengan kebenaran tapi ia masih masuk di dunia ilusi yang membuatnya sulit untuk berpikir apa lagi untuk membedakan antara ilusi dan kenyataan.

Cyra memegang kepalanya yang tiba-tiba mulai terasa sangat sakit.

"Auhhght! Kepalaku.. Kenapa sangat sakit?"

Keluh Cyra sambil menarik tangan satunya dari yang digenggam oleh tangan dokter Panji.

"Cyra! Apa yang terjadi? Apakah kamu ingat sesuatu?" Tanya dokter Panji panik.

"Tolong aku! Kepalaku rasanya mau pecah!" Pekik Cyra dengan wajah terlihat pucat hingga keringat dingin sudah membanjiri wajahnya.

"Cyra! Ayo kita ke klinik ku tidak jauh dari sini!"

Cyra tidak bisa menjawab dokter Panji. Gadis ini hampir saja jatuh, dan beruntung dokter Panji menahan tubuh Cyra dan menggendong gadis itu membawa ke klinik miliknya.

"Cyra! Bertahanlah! Aku harap kamu tetap sadar supaya aku bisa menolong mu." Ujar dokter Panji panik.

Terpopuler

Comments

Osie

Osie

perjalanan masih panjang..ku tunggu bbrp bab baru no gol lagi dimari ya thor..cemunguuutt

2022-11-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!