17. CEMBURU

Di rumah sakit jiwa, tempat Cyra pernah di asing kan oleh suami pertamanya Fauzan di sana, kini sedang dalam proses renovasi.

Tuan Nadim dan Cyra mendatangi tempat itu walaupun Cyra sendiri masih belum ingat seutuhnya tentang masa lalunya. Tuan Nadim tetap berharap dengan mereka mendatangi rumah sakit itu agar ingatan Cyra cepat pulih.

Tujuan Cyra saat ini adalah mencaritahu keberadaan dokter Hendro dan dua orang Suster yang pernah menyiksanya dengan obat-obatan terlarang.

Dan cerita itu hanya diketahuinya dari penyelidikan suaminya Tuan Nadim dan juga bayangan samar yang datang sekelebat dalam pikirannya.

Para perawat yang mengenal Cyra, begitu terkejut melihat kedatangan Cyra dalam keadaan sehat dan bugar.

"Non..nona Cyra!"

Sapa kepala perawat Meilani dengan gugup.

Cyra tidak membalas sapaan kepala perawat itu, ia terus melangkah dengan anggun mencari ruang kerja dokter Hendro.

Para perawat langsung berkumpul ketika melihat kedatangan Cyra.

"Apakah benar dia nona Cyra yang pernah dirawat di sini?" Tanya Anggi.

"Memang benar itu dia? Tapi bukankah dia sudah dinyatakan meninggal saat jenasahnya hangus dan sulit dikenali?" Tanya Hasuna.

"Iya! Bingung juga, apa itu dia atau bukan, ya?" Ujar Anggi sambil berpikir keras.

Seorang suster masuk ke ruang kerja dokter Panji tanpa permisi, membuat pria tampan ini sangat kaget.

"Ada apa Suster Meta?"

"Dokter! Kau tidak akan percaya jika melihat ini." Ujar suster Meta gugup.

"Nggak percaya gimana? Emangnya ada apa Suster?"

Tanya dokter Panji bingung.

"Itu ..dia...itu dokter! Gadis itu masih hidup." Ujar suster Meta terbata-bata.

"Gadis siapa yang masih hidup?"

Dokter Panji memegang kedua bahu suster Meta sambil menatap wajah suster Meta seperti baru melihat hantu.

"Dia adalah nona Cyra!"

"Apa...? Cyra...?"

Dokter Panji berbinar mendengar nama itu di sebut. Ia langsung berlari keluar mencari sosok yang selama ini membuat hidupnya seakan berada di dalam kegelapan karena merasa bersalah atas kematian Cyra.

Tiba-tiba saja ia mendengar gadis itu datang lagi ke rumah sakit itu, entah benar atau tidak, ia ingin memastikannya sendiri bahwa gadis yang dimaksud suster Meta adalah gadis yang sama yang ia rindukan.

Benar saja, ketika dokter Panji melihat Cyra yang sekarang sudah berubah menjadi gadis yang sangat cantik yang memakai dress hijau mint dan kaca mata hitam bertengger di hidungnya yang mungil.

Bibir sensual Cyra yang selalu kelihatan pucat, kini sudah berpoleskan lipstik warna nude menambah kesan feminim dan dan elegan dalam tampilannya yang mendekati sempurna. Tubuh jenjang itu dengan kulit putih mulus ditambah lekukan tubuh bak model peragawati.

Saat langkah kaki mereka makin mendekat satu sama lain, dokter Panji langsung memeluk Cyra tanpa canggung di depan Tuan Nadim.

"Cyra! Apakah kamu sudah sehat?" Tanya dokter Panji yang masih memeluk erat Cyra.

Cyra merasakan harum parfum milik dokter Panji mengingatkan dirinya pernah dipeluk dengan lelaki yang sama. Memorinya seketika mengembalikan beberapa bulan yang lalu di mana ia menerima perlakuan baik dari lelaki yang selalu ada untuknya disaat ia merasa asing di rumah sakit itu.

"Apakah kamu dokter Panji?"

Tanya Cyra masih berada dalam pelukan hangat dokter Panji.

Tuan Nadim mengepalkan tangannya menahan geram melihat kedua orang didepannya yang sedang bernostalgia, sedang mengacuhkan nya. Ia kemudian berdehem untuk menyadarkan keduanya atas keberadaannya.

Cyra buru-buru mengurai pelukannya mendengar peringatan keras suaminya melalui suara bariton itu.

"Maaf dokter Panji! Kenalkan ini suamiku Tuan Nadim.

Deggggg...

Wajah dokter Panji terkesiap mendengar pengakuan Cyra diluar dugaannya.

"Sayang! Kenalkan ini Dokter Panji yang menolong aku saat malam kebakaran di rumah sakit ini."

Deggggg...

Tuan Nadim tersentak mendengar panggilan sayang dari istrinya karena selama ini kata sayang, hanya ia yang ucapkan untuk Cyra. Seketika hidungnya terlihat kembang kempis menandakan saat ini, dirinya sedang bahagia menerima perlakuan istimewa dari istrinya.

Tuan Nadim dan dokter Panji saling berjabat tangan dan mengucapkan nama mereka masing-masing.

Dokter Panji masih belum percaya dengan ucapan Cyra yang tiba-tiba saja hadir dengan membawa suami baru. Dokter Panji mengajak keduanya keruang kerjanya.

Cyra berhenti di salah satu bangunan yang terasa tidak asing baginya. Ingatannya kembali lagi ke tempat itu di mana dokter Hendro dan dua Suster selalu menyiksanya.

Keringat dingin mulai membasahi leher dan keningnya. Tuan Nadim langsung memegang tangan istrinya yang mundur beberapa langkah karena ketakutan.

Cyra kembali berhalusinasi seakan ada dokter Hendro dan dua Suster ingin mengejarnya. Tubuhnya makin menggigil ketakutan.

"Sayang..! Apakah kamu mengingat sesuatu?"

"Mereka ingin membunuhku Nadim. Bawa aku pergi dari sini Nadim! Dokter Hendro ingin menyuntikkan narkoba itu lagi

di tubuhku." Ujar Cyra langsung memeluk erat suaminya.

"Sayang! Ada aku di sini. Mereka tidak akan mencelakakan dirimu. Jangan takut! Kamu harus melawan rasa takutmu, kalau tidak ingin ditindas oleh mereka."

Tuan Nadim menggendong tubuh Cyra. Dokter Panji meminta Tuan Nadim mengamankan Cyra ke ruang kerjanya. Cyra makin lemah dalam gendongan suaminya. Ingatannya kembali kepada masalalu sangat menekan mentalnya.

Cyra dibaringkan ke tempat tidur pasien yang ada di ruang kerjanya dokter Panji. Dokter Panji segera memberikan suntikan obat penenang pada tubuh Cyra.

"Sebenarnya, apa yang terjadi pada nona Cyra? Bagaimana kalian berdua bisa menikah?" Tanya dokter Panji penasaran.

"Ingatan masa lalunya masih belum benar-benar utuh. Ia hanya mengingat penggalan-penggalan kenangan yang tidak secara runut. Jadi Cyra bisa ingat lagi jika dihadapkan hal-hal yang berkaitan langsung dengan masa lalunya." jelas Tuan Nadim pada dokter Panji.

"Terus bagaimana kalian bisa menikah? Apakah kamu memaksa dirinya untuk menikah dengannya, di saat dia dalam keadaan gila?" Tanya dokter Panji setengah memaksa.

"Bukan memaksa, tapi lebih kepada kasihan dan prihatin pada hidup gadis ini yang aku temukan dia saat ia lari dari kejaran orang yang ingin menyiksanya.

Aku temukan dia di jalanan dan kebetulan aku mengenalnya. Saat itu keadaannya begitu parah dengan ketergantungan pada narkoba begitu tinggi.

Bagaimana aku bisa merawatnya kalau tidak menikahinya. Aku tidak mau melihat tubuh wanita yang bukan hakku." Ujar Tuan Nadim tegas.

"Cih! bilang saja kamu suka padanya. Kenapa bilang iba dengan alasan ingin merawatnya. Alasan klise dipaparkan kepadaku. Tidak masuk akal."

Batin dokter Panji terlihat sangat cemburu pada Tuan Nadim yang sudah merebut gadis impiannya.

"Apakah anda ingin berniat bercerai darinya setelah ingatannya kembali utuh?"

"Tentu saja tidak dokter Panji karena aku sudah jatuh cinta pada gadis ini."

Tuan Nadim mengusap pipi istrinya dengan punggung tangannya.

Dokter Panji mengulum senyumnya merasa dirinya sangat terlambat dan bodoh tidak bisa melakukan hal yang lebih besar untuk menyelamatkan nyawa Cyra saat itu.

"Cyra! Aku menolong mu dengan membebaskan kamu bisa lari dari kebakaran itu hanya untuk orang ini.

Sial! Nasibku sungguh malang, berkorban untuk orang yang kita cintai malah yang dapat adalah orang lain. Bila suatu saat kau lepas tak terikat, kembali lah kau akan ku dekap Cyra!"

Gumam dokter Panji dalam hati.

Dokter Panji menyelesaikan lagi tugasnya dan membuat aturan baru untuk rumah sakit yang saat ini sedang di pimpinnya.

Ia ingin tidak ada lagi kejadian seperti yang dialami oleh Cyra terulang lagi pada pasien lain dengan melakukan konspirasi dengan keluarga pasien.

Saat melakukan meeting bersama para staffnya, dokter Panji menegaskan beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh para staffnya.

"Di tangan kalian sudah ada kertas. Dan saya harap kalian membaca dengan seksama aturan baru di rumah sakit ini.

Jika diantara kalian ada yang berani menentang aturan ini, maka bukan hanya resiko dipecat yang akan kalian terima tapi resiko lainnya adalah kalian akan saya kirim ke penjara jika ada yang membangkang. Apakah kalian mengerti perkataan ku?"

Tanya dokter Panji sambil memperhatikan wajah staffnya satu persatu.

"Sampai di sini, apakah ada yang ingin bertanya?"

Beberapa diantara mereka ada yang ingin bertanya. Dokter Panji menyebutkan nama salah satunya.

"Begini dokter Panji. Jika saya menemukan hal-hal yang mencurigakan entah itu terjadi pada para staff atau pasien selain urusan konspirasi, apakah saya boleh melaporkan kepada anda?":

"Silahkan Suster Dina! Tapi saya tidak mau menerima pengaduan buta begitu saja tanpa ada bukti-bukti yang bisa di jadikan alasan untuk menindaklanjuti laporan anda baik di proses secara hukum maupun aturan yang berlaku di rumah sakit ini dengan sangsi berat." Ujar dokter Panji.

Rupanya banyak sekali permasalahan yang terjadi di dalam rumah sakit jiwa itu.

Beberapa suster mengadukan hal yang lebih gila lagi pada dokter Panji bahwa ada yang berani memperkosa pasien membuat dokter Panji naik pitam.

Ia melihat bukti-bukti yang di sodorkan oleh staffnya.

Ia segera memanggil oknum perawat dan dokter yang tega melakukan pemerkosaan itu pada pasiennya untuk diproses secara hukum.

Mereka yang tidak siap dengan pemanggilan itu tidak bisa melarikan diri karena polisi sudah mengamankan para oknum staff itu.

Polisi membawa mereka ke kantor polisi untuk diproses secara hukum.

"Masalah ini tidak akan terjadi kalau pemimpin rumah sakit ini yang sebelumnya adalah manusia terkutuk yang telah memanfaatkan jabatannya untuk sebuah kepentingan pribadi." Gumam dokter Panji lirih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!