11. PENGOBATAN

Untuk kesekian kalinya Cyra dilatih lebih mandiri dan memahami apa yang dikatakan oleh suaminya.

Tuan Nadim merasa Cyra sudah siap menerima pengobatan dari dokter psikiater yang direkomendasikan oleh anak buahnya yang sudah mencari tahu dokter yang mampu mengembalikan ingatannya Cyra dengan mengikuti terapi darinya.

Sore itu Cyra baru pertama kali keluar dari kediaman Tuan Nadim untuk mengunjungi klinik milik dokter Ivy. Cyra memperhatikan jalanan ibukota Canada yang tidak asing baginya karena pernah mengenyam pendidikan di kota tersebut.

Tuan Nadim melihat wajah cantik istrinya yang nampak serius mengamati setiap detail tata letak kota tersebut.

"Apakah kamu pernah datang ke sini Cyra?"

"Di sini ..?"

"Iya."

Cyra memaksa untuk berpikir namun memorinya seakan eror karena tidak bisa mengingat patahan masa lalunya di tempat itu. Yang ada ia hanya memukul kepalanya sendiri karena tidak berhasil membangkitkan ingatannya.

"Ussst!"

Cegah Tuan Nadim menurunkan tangannya Cyra dari kepalanya.

"Tidak usah memaksakan diri kalau kamu tidak mengingat apapun."

Cyra mendekap tubuh suaminya seakan ada ancaman lagi yang akan menghampirinya.

"Tidak perlu takut! kamu aman bersamaku."

Cyra mendongak wajahnya menatap wajah tampan sang suami yang mengecup bibirnya sekilas.

Mobil hitam mewah itu akhirnya tiba di salah satu klinik yang bersambung dengan banyak gedung lain dengan berbagai usaha yang didirikan di area tersebut.

Tuan Nadim menuntun Cyra masuk klinik tersebut. Dokter Ivy yang sudah buat janji dengan Tuan Nadim sengaja tidak mau menerima pasien hari itu karena keluarga Tuan Nadim adalah orang yang cukup penting di kota itu.

"Selamat malam Tuan Nadim!"

"Malam dokter!"

"Apakah dia kekasih anda?"

"Ini Nadin dan dia adalah istriku."

"Wah, nama kalian sangat mirip hanya beda akhirannya saja. Baiklah. Apa yang bisa saya bantu? saya harap tidak ada rahasia apapun dalam pengobatan ini agar saya bisa membantunya untuk mengingat bagian yang terpotong pada memorinya." Ucap dokter Ivy membuat Tuan Nadim serba salah.

"Baiklah dokter aku akan menceritakan kehidupan istriku sebelum aku menikahinya."

Tuan Nadim menceritakan semuanya tanpa ada yang ia tutupi. Dokter Ivy hanya manggut-manggut dan mencatat beberapa nama yang terlibat dalam kasus penyiksaan Cyra.

"Ok Cyra. Aku lebih baik memanggil namamu Cyra agar kita bisa menjelajah belahan cerita masalalu yang pernah tertinggal di dasar hatimu.

Terapi di mulai dengan ucapan seorang dokter psikiater untuk mengobati pasiennya. Dokter menyebutkan nama ayah Cyra yaitu tuan Atala.

Rupanya potongan kenangan itu sangat membekas pada memori Cyra.

"Ayah...ayah..ayah!"

Panggil Cyra di bawah alam sadarnya tapi Cyra tiba-tiba merasa gelisah saat melihat wajah Fauzan menghampirinya hendak membunuhnya.

Merasa terancam Cyra berusaha lari dan ia tidak bisa menemukan jalan keluar. Tuan Nadim tidak suka melihat Cyra tersiksa seperti itu.

"Dokter! Tolong jangan dilanjutkan! Aku tidak mau istriku makin tertekan."

Cyra segera dibuat kembali sadar agar bisa terbebas dari mimpi buruknya. Nafas Cyra tersengal-sengal dan ia langsung memeluk sang suami yang sudah berdiri di hadapannya.

"Aku akan memberikan beberapa obat untuk merangsang ingatannya. Jika Tuan Nadim ingin istrinya cepat sembuh, ia harus dibawa kembali pada tempat yang mungkin membuatnya ingat lagi pada masa lalunya. Tapi kita tidak tahu hal apa itu, apakah itu cerita yang sangat berkesan atau membuatnya trauma." Ujar dokter Ivy.

"Baik dokter. Terimakasih!"

Tuan Nadim membawa pulang lagi istrinya ke villa miliknya di desa Alberta walaupun ia juga memiliki mansion di kota tersebut.

Tapi di perjalanan saat melewati jalanan ibukota, Cyra sibuk melihat keluar jendela. Tuan Nadim membuka jendela mobilnya agar Cyra bisa menikmati keindahan kota di malam hari.

"Poutine!"

Cyra menyebutkan nama makanan khas Toronto Kanada.

Tuan Nadim meminta sopirnya berhenti di depan restoran yang menyajikan makanan yang disebutkan Cyra.

"Kamu suka makan poutine, sayang?"

Cyra mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya ke restoran tersebut. Kalau di lihat dari luar restoran itu tidak menuliskan menu favorit yang disebutkan Cyra, namun Tuan Nadim tahu kalau di restoran itu menyediakan poutine dan Cyra mengingat makanan itu.

"Ayo kita makan di situ!" Ujar Tuan Nadim sambil merangkul pundak istrinya dan masuk ke dalam restoran tersebut.

Cyra mengamati menu makanan yang tersaji di restoran tersebut. Ia biasa menikmati makanan itu bersama kedua orangtuanya walaupun keduanya sudah bercerai.

"Ayah!"

Panggil Cyra membayangkan ada ayah dan maminya dihadapannya saat ini.

Poutine di sini sangat enak ayah."

"Makanlah sepuas mu sayang!"

"Mami! Poutine terbuat dari apa?"

"Ini adalah hidangan Kanada paling terkenal di dunia adalah Poutine. Kentang goreng renyah, keju yang meleleh dan saus yang kaya akan cita rasa. Semuanya berpadu untuk menciptakan makanan paling menggugah." Ucap nyonya Cecilia.

Sikapnya menjadi seperti gadis normal lainnya karena Cyra menciptakan masa lalunya saat ini.

Tuan Nadim mengamati istrinya yang tidak memperlihatkan bahwa gadis ini sedang tidak waras. Poin pentingnya, sikap Cyra tidak membuatnya malu saat ini karena Cyra tampil menjadi dirinya sendiri membuat Tuan Nadim merasa berada bersama gadis cantik yang anggun dan elegan walaupun Cyra memperlakukan dirinya seperti ayahnya.

"Astaga Cyra! Seperti inikah pribadimu sesungguhnya? Kamu terlihat sangat cantik dan berkelas.

Jika orang lain melihatmu seperti ini, mereka tidak akan percaya aku mengajak makan malam dengan wanita gila yang ada dihadapanku saat ini." Lirih Tuan Nadim.

Keduanya menikmati makan malam kesukaan mereka masing-masing.

Melihat perubahan tingkah istrinya, Tuan Nadim memanfaatkan kesempatan itu untuk menanyakan kepada Cyra sesuatu yang membuat dia bahagia.

"Siapa yang paling kamu cintai Cyra?"

"Ayah!"

"Apakah kamu tidak mencintai mami mu?"

"Dia tidak mau merawat ku dari kecil dan aku tidak begitu menyukainya."

"Apakah kamu menyayanginya?"

"Tentu saja aku sayang padanya walaupun aku selalu berdebat dengannya hanya masalah prinsip."

"Apakah kamu memiliki pacar?"

"Pacar..?"

"Iya, pacar atau kekasih."

Cyra mengingat seseorang yang saat itu sedang dekat dengannya saat masih kuliah.

"Fauzan!"

"Oh, itu pacarmu?"

Cyra mengangguk perlahan sambil mengunyah makanannya dengan teratur.

"Apakah kamu mencintainya?"

"Cinta..?"

"Apakah dia mencintai kamu?"

"Aku...?"

"Apakah dia tidak jahat padamu..?"

"Jahat..?"

Cyra mulai mengingat potongan masalalu nya dengan suami pertamanya itu.

Sikap Cyra yang awalnya terlihat elegan berubah menjadi gelisah sambil mempercepat makan makanannya.

"Kenapa membawaku ke rumah sakit jiwa Fauzan? Aku tidak gila Fauzan." Ucap Cyra sambil menatap tajam wajah Tuan Nadim yang dianggapnya adalah Fauzan.

Degggg...

Tuan Nadim tersentak melihat perubahan Cyra yang kembali lagi kumat.

"Sayang! sebaiknya kita pergi dari sini!"

Tuan Nadim mengajak Cyra keluar dari restoran sebelum gadis ini mengamuk.

Cyra mulai gelisah sambil mengumpat suami pertamanya itu. Tubuhnya kembali bereaksi berlebihan hingga sulit dikendalikan oleh Tuan Nadim.

"Cyra! Maafkan aku sayang! Harusnya aku tidak memancing hal bodoh yang membuatmu trauma.

Apakah kamu mau melupakan laki-laki yang pernah membuat hidupmu hancur, hmm?" Ucap Tuan Nadim membujuk Cyra untuk tenang kembali.

"Aku membenci Fauzan. Kau telah mengambil semua yang aku miliki. Kau bajingan!" Cyra memukuli tubuh Tuan Nadim dengan kasar.

"Sampaikan semua kemarahan mu padaku. Agar aku tahu apa yang membuatmu menderita."

"Tidak! Aku ingin kamu pergi dari hidupku. Aku tahu kamu membuatku gila hanya ingin mengambil hartaku."

Cyra membentur lagi tubuh di jok mobil dengan punggungnya.

"Cyra! jangan sakiti tubuhmu sayang. Aku tahu kamu sedang tersiksa saat ini. Tapi, aku bukan Fauzan, mantan suamimu yang sialan itu."

Cyra makin mengamuk. Sekarang ia menarik rambutnya sendiri. Tuan Nadim mulai kewalahan menangani Cyra.

Mobil tersebut terus berjalan membawa kembali mereka ke pedesaan. Tuan Nadim memeluk kedua lengan istrinya yang ia pangku saat ini agar Cyra bisa lebih tenang.

Cyra menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan suaminya. Tuan Nadim membiarkan apa yang ingin dilakukan Cyra asalkan gadis itu bisa merasa lega.

Setelah puas menangis Cyra benar-benar mulai tenang.Yang tersisa saat ini adalah sesenggukan Cyra.

"Apakah kamu sudah merasa baikan sayang?"

Tuan Nadim memastikan lagi gadis ini agar tidak mengamuk

Karena terlalu kuat pelukan Tuan Nadim membuat tenaga Cyra mulai melemah. Cyra mengangkat tubuhnya saat Tuan Nadim sudah tidak memeluknya kuat.

Cyra melihat wajah Tuan Nadim lebih dalam dan ia baru menyadari wajah Tuan Nadim menjadi asing baginya.

"Siapa kamu..?"

Degggg..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!