Kedua lelaki tampan itu sedang menunggu Cyra yang masih tenang dalam pengaruh obat penenang. Di saat itu, Tuan Nadim menyampaikan hal penting pada dokter Panji bahwa dia adalah detektif yang disewa ibu kandungnya Cyra untuk menyelidiki kematian Cyra
Namun, sebelum penyelidikan di mulai, ia sudah dipertemukan dengan Cyra secara kebetulan.Tuan Nadim harus bekerjasama dengan dokter Panji untuk mengembalikan ingatannya Cyra.
Di samping itu, ia ingin menjebloskan dokter Hendro dan anak buahnya yang telah membuat Cyra lupa ingatan dan menjadi gila karena mendapatkan penyiksaan. Walaupun dokter Hendro saat ini sudah dipenjara.
"Dokter Panji! Apakah saya bisa bertemu dengan dokter Hendro?"
"Maaf Tuan Nadim! Saat ini, dokter Hendro tidak lagi bekerja di sini setelah di pecat oleh ayah saya."
"Apakah ada kejahatannya yang sudah diketahui oleh ayah anda, dokter?"
"Lebih tepatnya, dia berusaha membunuh saya saat saya dirawat di rumah sakit karena kebakaran itu."
"Membunuhmu...?"
"Iya Tuan Nadim!"
"Apakah anda bisa menjelaskan kepadaku secara rinci, motif dari niatnya itu?"
"Saat itu, aku mengalami luka bakar hampir tiga puluh persen. Dia datang menjengukku ingin mengetahui keberadaan Cyra.
Saat kebakaran itu akulah yang telah menyelamatkan Cyra. Tapi aku tidak tahu keadaannya selanjutnya setelah aku sudah berada di rumah sakit."
"Terus..?"
"Karena niatnya untuk menemukan Cyra karena takut kejahatannya terbongkar jika Cyra sembuh. Aku pun mengancamnya akan melaporkannya ke pihak berwajib karena selama ini, ia sudah menyalahgunakan profesinya sebagai dokter untuk melakukan konspirasi dengan keluarga pasien.
Di saat itu dia ingin membenamkan wajahku dengan bantal tapi ketahuan oleh ibuku yang datang tepat waktu melihat aksinya. Akhirnya dia diamankan oleh sekuriti rumah sakit dan diserahkan ke polisi."
"Jika itu benar, mengapa dia bisa menemukan Cyra dan kembali menyekap gadis itu?"
"Sepertinya setelah ia tidak menemukan Cyra, baru dia mendatangiku ke rumah sakit. Saat ini dia masih di penjara."
"Apakah dia menemukan Cyra pasca kebakaran itu, lantas menyekapnya lagi dan Cyra bisa berhasil kabur dan dia mendatangi anda karena ingin mengetahui keberadaan Cyra?"
"Sepertinya begitu."
"Lantas mengapa Cyra di klaim meninggal di peristiwa kebakaran itu?"
"Itu hanya sebuah konspirasi antara dokter Hendro dan tuan Fauzan yang merekayasa kematian Cyra hanya untuk mendapatkan kembali hak kepemilikan perusahaan milik Cyra.
Kita hanya menunggu ingatan Cyra bisa kembali supaya bisa memberatkan hukuman dokter Hendro dan
anak buahnya."
"Apakah Cyra sudah menemui suaminya? maksudku, mantan suaminya tuan Fauzan yang sekarang ini sudah menikah lagi dengan saudara tirinya, Elsa."
"Mereka sudah kabur dan Cyra belum berinisiatif untuk menjebloskan mereka ke penjara karena ingatannya belum seutuhnya pulih."
"Mengapa bukan anda saja yang bertindak, Tuan Nadim ? Toh sudah banyak bukti yang sudah anda dapatkan untuk menjebloskan mereka ke penjara?"
"Saya mengerti keresahan anda dokter Panji, tapi jangan lupa Cyra adalah saksi kunci dan sekaligus korban dari konspirasi kejahatan mantan suaminya Fauzan." Ujar Tuan Nadim yang masih mengulur waktu dalam penangkapan Fauzan dan istrinya Elsa."
"Ehmm!"
Cyra mulai siuman sambil mengerjapkan matanya. Ia melihat suaminya dan dokter Panji sudah berdiri di dekatnya dengan wajah kuatir.
"Cyra, sayang!"
Panggil Tuan Nadim mesra.
"Nadim! aku ada di mana?"
"Kamu masih berada di ruang prakteknya dokter Panji."
"Aku ingin kita pulang. Aku sangat takut dengan tempat ini. Dalam mimpi pun mereka masih mengejar aku."
"Itu karena kamu masih trauma, Cyra." Ujar dokter Panji.
"Sebaiknya kami pulang dulu dokter!"
"Silahkan Tuan Nadim!"
Ujar dokter Panji dengan berat hati.
Dokter Panji mengantar tamunya hingga ke mobil. Ketika pintu mobil itu di buka oleh Cyra, gadis itu kembali menatap wajah tampan dokter Panji yang juga menatapnya.
"Terimakasih banyak dokter Panji atas pengorbananmu yang telah membebaskan aku dari kobaran api hingga kamu menjadi korban dari si jago merah itu."
"Itu adalah bagian dari kewajiban kita sebagai manusia Cyra, saling tolong menolong dan melindungi satu sama lain. Jika aku menjadi korban, itu adalah bagian dari resiko sebuah pengorbanan.
Yang jelas aku bahagia melihat kamu masih hidup dalam keadaan sehat dan makin cantik. Semoga pernikahanmu dengan Tuan Nadim bahagia." Ucap dokter Panji tulus."
Cyra menyalami tangan dokter Panji sebagai salam perpisahan. Mobil mewah itu segera meninggalkan rumah sakit jiwa yang penuh kenangan menyakitkan untuk Cyra.
"Cyra! Jika suatu saat Tuan Nadim ingin menyingkirkan mu juga, datanglah kepadaku sayang, karena aku masih berharap bisa memilikimu seutuhnya." Batin dokter Panji.
...----------------...
Waktu berjalan begitu cepat hingga tidak terasa, Cyra dan Tuan Nadim sudah berada di Indonesia selama tiga bulan.
Cyra kembali memimpin perusahaannya, sementara Tuan Nadim harus bekerja melalui virtual dengan para anak buahnya.
Rupanya ada masalah besar pada perusahaan milik Tuan Nadim di mana ia harus segera menyelesaikannya.
Tapi ia merasa bimbang untuk meninggalkan istrinya sendirian di Indonesia sementara musuh masih bergentayangan untuk mengincar nyawa Cyra.
Rasanya serba salah saat ini karena keduanya sangat penting dalam hidupnya.
Tuan Nadim yang awalnya masih menjaga jarak dengan Cyra untuk tidak masuk begitu jauh dalam urusan hatinya pada Cyra, namun ia sudah terperosok duluan sebelum keluar dari zona iba pada gadis itu.
"Cyra!"
"Hmm!"
"Apakah aku bisa bicara denganmu sebentar?"
Cyra meletakkan ponselnya dan menatap wajah tampan suaminya.
"Silahkan!"
"Cyra! Aku harus membahas hubungan antara kita selama ini yang terlihat seperti suami istri tapi pada hakikatnya, aku tidak merasakan bahwa kamu mencintaiku apalagi menerimaku sebagai suamimu.
Sedangkan aku sangat membutuhkan kepastian darimu, apakah hubungan ini harus diteruskan atau tidak, bagaimana menurutmu?"
Glekkkk...
Cyra terdiam mendapatkan pertanyaan seperti itu. Ia sendiri juga tidak bisa menyatakan perasaannya pada Tuan Nadim karena ia begitu takut membedakan antara butuh dan cinta.
Jika ia menyatakannya saat ini, sementara ia tidak yakin dengan hatinya membuatnya dilema.
"Aku tidak bisa menjawabnya Nadim."
"Baiklah. Tidak apa sayang. Apapun keputusanmu aku akan menghargainya. Kalau begitu aku mau pamit kembali ke Canada untuk mengurus masalah perusahaan ku. Apakah kamu mau ikut?"
"Tidak Nadim, aku juga punya banyak pekerjaan yang kamu sendiri mengetahuinya."
Cyra memberikan alasannya.
"Berarti aku bisa meninggalkan kamu sendirian di sini?"
"Iya, tidak apa, aku bisa menjaga diriku sendiri. Pergilah!" Ucap Cyra.
"Baiklah. Kalau begitu nanti malam aku berangkat dan aku harap kamu harus memberitahuku jika ada sesuatu yang tidak bisa kamu atasi sendiri." Ujar Tuan Nadim.
"Siap!"
Saat malam tiba, Tuan Nadim sudah siap berangkat ke bandara sementara itu, Cyra tidak mau mengantar suaminya sampai ke bandara.
Tuan Nadim memeluk tubuh istrinya seakan ia begitu takut jika ia pergi, bahaya akan menyapa lagi Cyra.
Tuan Nadim menguraikan pelukannya dan melangkah ke pintu kamar hendak membuka pintu itu.
Hati Cyra langsung merasa kosong saat itu juga ketika suaminya tidak memberikan ciuman terakhir kali untuknya.
Cyra menahan bulir bening yang sudah membuat matanya terasa sangat panas saat ini.
Pintu kamar ditutupi Tuan Nadim dan Cyra langsung lemas di tempatnya.
"Perasaan apa ini? Apakah aku mencintaimu Nadim?" Ujar Cyra lirih.
"Apakah aku terlalu egois? Apa yang harus aku lakukan agar aku merasa Nadim adalah laki-laki yang tepat untuk ku."
Tuan Nadim berharap istrinya menghubunginya sekali saja agar perasaannya tidak hambar seperti ini.
"Mengapa aku merasakan sangat hampa? Apakah kamu berdua sama-sama saling mencintai tapi terlalu egois untuk menyatakan perasaan masing-masing?"
Tuan Nadim bingung menghadapi penyakit cinta dan rindu yang datang bersamaan.
"Dari dulu obatnya rindu itu adalah selalu bersama. Obatnya cinta itu ya cinta itu sendiri. Tapi kalau yang dirasakan hanya satu orang, itu tidak bisa di sebut cinta.
Apakah aku pasrah saja menerima nasib cintaku? tapi bagaimana orang datang dalam hidup Cyra dan mengambil milikku.
Aku tidak mau itu terjadi. Dia milikku aku tidak akan membiarkan orang lain mengambilnya dari ku." Batin Tuan Nadim.
Setibanya di Bandara, Tuan Nadim menaiki pesawatnya sambil berharap Cyra datang menyusulnya dan berangkat bersamanya ke Toronto Kanada.
Tuan Nadim juga tidak berinisiatif untuk menghubungi Cyra duluan.
"Mengapa gadis ini keras kepala sekali? Masa suaminya mau berangkat ia tidak mau menghubungi aku sebentar saja."
Keluh Tuan Nadim ingin melempar ponselnya di landasan berlapis kan aspal itu.
"Tuan Nadim! Apakah kita siap berangkat sekarang?" Tanya ko-pilot pada Tuan Nadim yang masih berdiri di atas tangga pesawat.
"Baiklah. Kita berangkat sekarang. Sepertinya dia tidak akan datang menemui ku." Ucap Tuan Nadim.
Tangga pesawat ditarik oleh petugas bandara. Pintu pesawat ditutup oleh pramugari.
Pesawat siap mundur dan berjalan menuju landasan pacu. Saat pesawat itu mulai melakukan take-off, Cyra datang dengan mobilnya dan melihat pesawat jet pribadi milik suaminya itu terbang.
Dari dalam pesawat Tuan Nadim melihat kedatangan istrinya membuat hatinya sangat bahagia.
"Astaga! ternyata Cyra datang menemui ku. sayang sekali kenapa kamu begitu terlambat Cyra?" Kesal Tuan Nadim walaupun hatinya sedikit terobati dengan hadirnya Cyra di saat-saat terakhir keberangkatannya.
"Coba tadi aku menunggunya sebentar saja, mungkin kamu bisa berpelukan dan saling berciuman satu sama lain." Batin Tuan Nadim yang merasa menyesal saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Anonymous
.
2022-12-02
1
Osie
makanya cyra jgn gantung perasaan nadim..jgn sp nyesal krn mengabaik suami sendiri
2022-11-12
1