2. Mulai Berubah

Cyra tidak ingin lagi melanjutkan bulan madunya di hotel ataupun di negara yang menjadi tujuannya yaitu Paris Perancis yang sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari untuk bulan madu.

Kesan dingin yang didapatkan Fauzan pada istrinya yang tidak memikirkan perasaannya sebagai suami yang belum merasakan surga duniawi bersama dirinya.

Cyra lebih banyak menghabiskan waktunya dengan melamun sambil memutar kembali video kenangannya bersama sang ayah.

Hampir sepekan, Cyra tetap pada kesedihannya hingga membuat Fauzan merasakan kejenuhan pada sang istri. Kali ini ia ingin membujuk lagi sang istri yang sedang menatap foto sang ayah tanpa berkedip sambil tengkurap di tempat tidur.

"Cyra!"

Apakah kamu tidak ingin bercinta denganku? Aku juga butuh perhatianmu sayang. Mengapa kamu terus mengabaikan aku selama satu Minggu ini, hmm?"

Tanya Fauzan sambil mengusap punggung istrinya lembut.

"Maafkan aku Fauzan! Hatiku masih belum bisa move on dari kepergian ayahku yang begitu mendadak." Lirih Cyra sambil berkaca-kaca.

"Tapi, mau sampai kapan kamu seperti ini..?"

"Entahlah! Aku harap kamu bersabar. Jangan terlalu memaksaku, walaupun aku adalah istrimu."

"Baiklah. Silahkan menikmati kesedihanmu! Sampai dunia ini runtuh, ayahmu tidak akan pernah hidup lagi." Sindir Fauzan sinis.

Mata Cyra langsung melebar dengan wajah murka yang tidak terima mendengar perkataan sang suami yang begitu kasar kepadanya.

"Apakah kamu sedang menghina perasaanku? apakah kamu mengira kesedihan seseorang bisa di hibur dengan bercinta?"

"Jelas saja bisa terhibur, andai saja kamu sedikit punya hati untuk memikirkan perasaanku juga." Ujar Fauzan terlihat egois.

"Aku tahu statusku sebagai istrimu, tapi aku tidak bisa membujuk hatiku saat ini agar bisa melayani dirimu karena tuntutan hakmu sebagai suami, tapi aku hanya meminta padamu untuk bersabar sesaat saja tanpa melibatkan keegohanmu."

"Egois katamu..hah! yang benar saja Cyra. Satu pekan menunggu sudah membuatku bosan apa lagi menunggu hingga kamu sendiri move on."

"Baiklah kalau begitu mari kita bercerai!"

Acuh CYRA muak.

Deggggg...

Wajah Fauzan tercengang tak percaya dengan ucapan ringan kata cerai dari mulut sang istri.

"Tidak..! Jangan katakan itu, kata yang sangat menakutkan itu sayang, di saat hatimu sedang galau! Maafkan aku karena terlalu memaksamu."

Imbuh Fauzan melunak.

"Itu terserah kepadamu! Aku tidak ingin dipaksakan oleh siapapun di saat hatiku sedang sedih, sekalipun kau adalah suamiku!"

Cyra segera keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kolam renang tempat kesukaannya untuk menyendiri di sana.

Fauzan mengepalkan kedua tangannya erat karena saat ini ia sedang mengumpulkan banyak kesabaran untuk bisa mencapai tujuannya.

"Jika bukan karena hartamu, mungkin aku sudah angkat kaki dari sini," Geram Fauzan memilih tidur daripada menyusul istrinya ke kolam renang.

Cyra masih menatap wajah sang ayah di wallpaper layar ponselnya. Ia juga memikirkan lagi pernikahannya yang terlihat tidak sesuai dengan ekspektasinya.

"Sepertinya, aku salah memilih lelaki itu menjadi suamiku. Saat ayah belum meninggal, Fauzan pintar mengambil hati ayahku dengan bersikap sopan dan selalu mengalah padaku. Tapi mengapa sikapnya berubah sinis dan cenderung egois saat aku masih dirundung duka yang mendalam, adakah niatnya yang terselubung dari pernikahan ini?"

CYRA mulai curiga dengan perubahan suaminya.

Melihat perubahan sikap Fauzan padanya membuat Cyra ingin menguji Fauzan ketulusan cinta lelaki itu kepadanya.

Cyra sengaja membuat Fauzan makin membenci dirinya dengan memblokir kredit card milik Fauzan yang diberikan Cyra saat mereka masih pacaran dulu.

Benar saja ketika Fauzan menemui Cyra yang sedang menyendiri di kamarnya dengan teriakan yang membuat Cyra menahan dirinya untuk tetap mengamati sikap sang suami kepadanya.

"Cyra! apa-apaan kamu, hah? mengapa kartu kreditku tiba-tiba terblokir?" Tanya Fauzan dengan amarah yang membuncah.

"Memang kenapa kalau aku harus blokir? Bukankah yang suamiku itu adalah kamu? harusnya kamu yang memberiku nafkah bukan aku yang harus menjamin hidupmu." Ujar Cyra menantang Fauzan.

"Tapi kamu tahu sendiri aku belum punya pekerjaan. Bagaimana mungkin aku bisa menghasilkan uang?"

"Di perusahaan ku banyak pekerjaan. Kamu bisa tanyakan kepada pak Handi jika kamu ingin menjadi suami berguna untukku.

Tapi ingat perusahaan itu milikku dan jangan coba-coba mengambil alih dengan mendapatkan jabatan eksekutif perusahaan itu, kamu mengerti?"

Ujar Cyra penuh penekanan pada kata-katanya membuat Fauzan menelan salivanya dengan kasar.

"Sialan! Kamu kira aku babu mu, apa? seenaknya saja mengatur kehidupanku?"

"Terserah! kalau ingin menikmati fasilitas dan kekayaan keluargaku, bekerjalah dari bawah seperti karyawan lainnya. Posisimu di rumah ini sebagai suamiku bukan sebagai pemilik perusahaan." Sungut Cyra lalu meninggalkan kamarnya.

Deggggg...

...----------------...

Waktu terus berjalan, namun Cyra masih enggan untuk beraktivitas kembali ke perusahaannya. Hampir satu bulan berada di mansionnya dan hidup dalam kenangan bersama sang ayah.

Tidak ada yang lebih menarik baginya selain merindukan sang ayah sambil mengunjungi makam dan duduk di atas pusara berjam-jam di sana.

Sementara di perusahaannya, Fauzan dengan congkaknya duduk di kursi kebesaran di ruang kerja sang mertua. Asisten pribadi tuan Atala tidak terima dengan dengan perlakuan sang menantu bosnya itu.

Ia menegur suami dari Cyra ini yang bertindak lancang di perusahaan itu tanpa melalui prosedur struktur manajemen

perusahaan.

Pintu itu dibuka dengan kasar oleh asisten Pak Handi. Ia melihat Fauzan duduk dengan menaikkan kedua ujung kakinya di atas meja sambil membuka ponselnya.

"Tuan Fauzan! saya harap jaga sopan santun anda di perusahaan ini dan tinggalkan ruang kerja ini karena anda tidak punya hak untuk tetap duduk di ruang kerja ini." Ucap pak Handi garang.

"Kamu kira kamu siapa datang-datang mengatur aku seperti itu? bukankah aku menantu pemilik perusahaan ini?"

"Kamu hanya menantu bukan pemilik perusahaan ini. Kamu bisa duduk di sini kecuali dengan izin istrimu Cyra karena dia pemilik yang sah." Timpal pak Handi.

"Apapun milik istriku, itu adalah milikku juga. Lagi pula istriku sedang tidak sehat, otomatis aku yang akan mewakilinya untuk memimpin perusahaan ini."

"Kau itu tidak tahu diri. Apakah ini salah satu tujuanmu menikahi nona Cyra karena harta?" Sindir pak Handi menohok.

Fauzan menurunkan kakinya lalu berdiri menghampiri asisten mertuanya.

"Kalau aku bisa, kamu orang pertama yang aku tendang dari perusahaan ini. Tunggu saja permainan ini akan segera mulai. Dan nonamu itu lebih sibuk dengan dunia kenangannya daripada memikirkan perusahaannya. Lebih baik kau keluar dari sini, brengsek!"

Fauzan mendorong tubuh pak Handi agar meninggalkannya sendirian.

"Kita lihat saja nanti, tuan muda! siapa yang akan di depak dari sini, kau atau aku?" Ujar pak Handi sambil merapikan jasnya.

"Tunggu saja nanti dan riwayatmu akan segera berakhir Pak Handi! Senyum licik tergambar jelas di wajah suami CYRA.

Ia menutup pintu itu dengan keras hingga mengagetkan karyawan yang ada di depan ruang kerjanya.

"Astaghfirullah!"

Seru beberapa karyawan sambil memegang dada mereka karena kaget.

"Dasar monster! aku akan mengadukan sikapmu ini kepada nona CYRA."

Pak Handi kembali ke ruangannya. Beruntunglah ia merekam semua pembicaraannya dengan Fauzan untuk membuktikan keserakahan laki-laki laknat itu pada putri majikannya.

"Cyra! Jika kamu masih tenggelam dalam kesedihanmu, maka perusahaan ini bisa jadi diambil alih oleh suamimu yang terkutuk itu." Lirih pak Handi.

Tidak lama pertengkarannya dengan pak Handi, datang lagi seorang wanita cantik yang sangat seksy dengan penampilannya yang terkesan seronok.

Karyawan yang sudah mengenal gadis itu yang bernama Elsa, terlihat cuek sambil melirik satu sama lain. Dia adalah putri tirinya tuan Atala.

"Selamat pagi nona! Sapa sekertarisnya pak Handi pada Elsa yang sedang menghampirinya.

"Apakah saya bisa bertemu dengan Cyra?"

Tanya Elsa pura-pura tidak tahu kalau istri Fauzan itu masih ada di mansion.

"Maaf nona! Sampai saat ini nona Cyra belum datang ke perusahaan." Ujar Sekertaris Lita.

"Tapi kenapa di ruang kerja ayahku ada cahaya? Apa kamu sedang membohongiku."

Ujar Elsa sambil berjalan menuju ruang kerja tuan Atala.

"Maaf nona Elsa! Di dalam sana hanya ada tuan Fauzan."

Elsa menyeringai." Dasar bodoh! Aku memang ingin bertemu dengan si tampan itu."

Batin Elsa.

Pintu itu di buka dengan perlahan. Fauzan menatap wajah cantik Elsa dengan tatapan dingin

"Mau apa kamu kemari?"

"Tentunya ingin menawarkan kerjasama denganmu, tampan!"

Langkahnya makin mendekati Fauzan sambil mengelus pipi lembut itu dengan punggung tangannya sambil mengedipkan sebelah matanya dengan ekspresi wajah terkesan nakal.

Diperlakukan seperti itu, Fauzan mulai luluh sambil melihat belahan dada sekang milik Elsa yang setengah menyembul keluar dari area bera yang dipakainya.

Elsa memang sengaja memancing Fauzan dengan aset berharganya walaupun hanya sedikit yang ia perlihatkan.

Fauzan meneguk air liurnya melihat pemandangan indah itu.

"Cepat katakan! Apa yang kamu inginkan, sayang!"

Tangan Fauzan sambil menyusup punggung Elsa dengan membilas bibirnya dengan lidahnya, seakan dia sangat ngiler dengan dua benda kenyal milik Elsa.

"Perusahaan ini dan kamu sayang..! Muaacch!"..

Deggggg...

Terpopuler

Comments

Osie

Osie

bersyukur cyra blm di un boxing ai bastard fauzan..walau nanti cyra teraingkirkan..ku harap cyra bs balas dendam n merebut kembali hartanya..sesuai sinopsis yg kubaca...msh awal ngt sih ya ceritanya..tp gpp tetap ku ikuti sp end dan moga happy ending utk cyra dan kekalahan utk fauzan n elsa

2022-11-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!