14. Kamu Pantas Untukku!

Hampir tiga bulan, Cyra berlatih keras menguasai ilmu beladiri yang dilatih oleh suaminya sendiri. Teknik dasar yang sudah di kuasainya antara lain, teknik memecahkan benda keras, rangkaian jurus, serta pertarungan.

Salah satu jurusnya adalah kuda-kuda, yang begitu penting agar serangan tidak mudah terbaca orang lain.

Rasa bangga yang dirasakan oleh Tuan Nadim pada sang istri makin tak terkira. Rasanya ia ingin mencium gadis itu, namun urung dilakukannya karena Cyra selalu terlihat dingin padanya dan kadang-kadang saja gadis ini memperlihatkan kesan romantisnya pada sang suami di saat-saat tertentu.

"Bagus sayang! Kamu sangat lihai melakukannya. Rasanya kemampuanmu tidak perlu di ragukan lagi dalam menghadapi musuh."

Puji Tuan Nadim saat keduanya sudah duduk santai di di taman itu.

Hari semakin sore dengan menampilkan lembayung hingga menghiasi langit. Kesan hangat tidak bisa mereka rasakan karena dinginnya udara mulai menyergap tubuh mereka.

Pelayan datang membawa mereka minuman hangat dan roti coklat bertaburan keju sebagai teman ngobrol keduanya.

"Kapan aku pulang ke Indonesia?"

"Apakah kamu saat ini sangat merindukan kampung halamanmu?"

"Aku ingin ziarah ke makam ayahku."

"Iya sayang, kita akan sama-sama ziarah ke makam ayahmu."

Cyra terlihat senang karena Tuan Nadim sangat menyayangi ayahnya.

"Cyra! Apakah kamu tidak ingat saat terakhir kalinya kamu berada di rumahmu sebelum kamu di bawa ke rumah sakit jiwa?"

Tuan Nadim sengaja memancing ingatan istrinya yang masih belum sempurna.

Cyra memejamkan matanya berusaha untuk mengingat lagi potongan kenangan di saat ayahnya sudah di makamkan.

"Aku hanya ingat, aku berada di kamarku dan menghabiskan waktuku untuk melihat videoku bersama ayah saat merayakan setiap ulangtahun ku. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi.

"Baiklah. Tidak usah dipaksakan, mungkin nanti saat kita sudah berada di Jakarta, kamu bisa mengingat lagi penggagalan momen menyakitkan yang pernah kamu alami di rumah itu." Jelas Tuan Nadim.

"Nadim!"

"Hmm!"

"Apakah kamu akan mendampingi aku saat aku menemui mantan suamiku?"

"Tidak Cyra! Kamu harus melakukannya sendiri karena ini masalahmu.

Itulah sebabnya aku membekalimu dengan berbagai hal yang kamu butuhkan untuk mendapatkan kembali hakmu sebagai putri dari almarhum tuan Atala."

"Bukankah kamu adalah suamiku?"

"Aku tahu itu sayang. Tapi aku ingin kamu tampil menjadi dirimu sendiri dengan kemampuan barumu dengan menjadi seorang gadis yang terlahir kembali dari kematian yang selama ini mereka inginkan itu darimu."

"Mengapa kamu menjadi tega padaku?"

"Aku tidak tega padamu, Cyra. Aku ingin kamu membalaskan dendam mu dengan mengandalkan kemampuan fisikmu dan juga kecerdasan berpikir yang kamu miliki untuk membuat lawan takut padamu.

Jika aku ikut mendampingimu, mereka akan makin menghinamu karena kamu dianggap seorang pecundang. Kamu hanya mengandalkan orang lain bukan dirimu sendiri. Aku tidak ingin kamu terlihat lemah di hadapan mereka."

"Apakah aku mampu menjatuhkan lawan-lawan ku?"

"Insya Allah, kamu bisa sayang. Aku yakin kamu bisa. Kamu bukan lagi Cyra yang lemah, manja dan naif.

Kamu akan memperlihatkan wajah baru dengan menampilkan kekuatanmu yang sulit untuk ditindas lagi oleh mereka. Aku ingin kamu merebut hakmu dengan kemampuanmu sendiri."

Tuan Nadim menangkup kedua pipi Cyra. Awalnya Cyra masih malu-malu pada Tuan Nadim, namun sang suami memaksanya untuk mencium bibir kenyal itu yang sudah lama ia rindukan.

Tubuh Cyra digendongnya. Cyra berkoala pada tubuh suaminya tanpa melepaskan ciuman mereka.

Setibanya di kamar, Tuan Nadim membawa Cyra ke kamar mandi karena keduanya memang belum mandi.

Entah sudah dikuasai oleh gelora asmara atau perasaan butuh, keduanya saling memberikan kehangatan dalam acara ciuman itu hingga shower pancuran air membasahi tubuh mereka.

Keduanya terkekeh lalu saling menyabuni tubuh mereka masing-masing. Kini Cyra tidak merasa segan lagi saat suaminya melihat tubuhnya secara intens dan memandikannya lagi seperti dulu, disaat gadis ini belum waras.

Cyra baru melihat aset suaminya, secara sadar yang kini makin membengkak dibawah sana. Permainan yang erotis pun di mulai dengan sentuhan-sentuhan yang mampu merangsang birahi keduanya untuk lebih dalam menyentuh dengan tangan dan mulut mereka untuk saling memuaskan.

Erangan dan lenguhan menggema di dalam kamar mandi yang cukup luas itu, diiringi desiran air pancuran yang terus mengguyur tubuh keduanya.

Walaupun tidak melakukan penyatuan tubuh, namun mampu melepaskan dahaga kerinduan mereka sebagai manusia dewasa yang saling membutuhkan satu sama lain.

Tuan Nadim tidak mempersalahkan jika saat ini Cyra belum menyerahkan mahkota miliknya untuk dinikmati oleh suaminya.

Baginya dengan Cyra sudah melakukan percintaan ringan secara sadar itu sudah memuaskan hasratnya sebagai seorang lelaki normal. Cyra pintar melakukan adegan dewasa itu yang membuat Nadim tersenyum puas.

"Kamu pantas untukku sayang." Batin Tuan Nadim.

Keduanya menyelesaikan mandi mereka dan segera keluar dari kamar mandi.

...----------------...

Tuan Nadim dan Cyra sudah berada di pesawat jet pribadi milik Tuan Nadim. Tuan Nadim sengaja mengantar istrinya ke tanah air Cyra, walaupun dia tidak mendampingi gadis ini sampai ke kediaman Cyra maupun ke perusahaan gadis itu.

Walaupun begitu, Tuan Nadim tidak melepaskan begitu saja istrinya untuk menghadapi bandit-bandit yang telah merampas hak Cyra sebagai pemilik sah harta kekayaan almarhum tuan Atala.

Ia tetap mengawasi istrinya dengan menggunakan earphone agar mereka bisa berkomunikasi secara lancar.

Jika Cyra menemukan kesulitan, maka Tuan Nadim akan turun tangan langsung membantu istrinya.

Setibanya di tanah air, Tuan Nadim dan Cyra menginap di apartemen yang sama, di mana Tuan Nadim pernah menyewa apartemen itu, saat ia pernah merawat Cyra kala gadis itu sedang sakit jiwa.

Tuan Nadim sengaja tidak menginap di hotel atau di apartemen lain karena ingin memancing ingatan istrinya akan tempat yang penuh kenangan mereka berdua.

Setibanya di kamar apartemen keduanya beristirahat. Saat tiba di Indonesia, masih pukul satu pagi, jadi mereka masih punya waktu untuk istirahat agar bangun pagi badan mereka lebih fresh.

Cyra tidak berkomentar tentang apartemen yang pernah ia tempati bersama dengan tuan Nadim. Karena terlalu fokus dengan pembalasan dendam gadis ini tidak mau mengingat hal lainnya.

Keesokan paginya, Cyra dan Tuan Nadim hanya memesan sarapan pagi untuk mereka melalui go food.

Keduanya tidak bisa melakukan apapun di dalam kamar itu karena belum belanja sama sekali untuk memenuhi isi kulkas.

Keduanya mulai menikmati sarapan pagi mereka sambil membahas strategi penyerangan yang akan di lakukan oleh Cyra sendiri.

"Apakah kamu benar-benar tidak ingin mendampingi aku menemui mereka, Nadim?"

Cyra memastikan kembali ajakannya pada sang suami.

"Cyra! kita sudah membahas ini sebelumnya. Jadilah dirimu sendiri dan buatlah ayahmu bangga dan juga diriku padamu.

Melepaskanmu sendirian menghadapi mereka bukan suatu bentuk tega padamu, tapi kami ingin kamu bisa berdiri di kakimu sendiri sebagaimana cara mereka memperlakukan hal buruk kepadamu.

Dulu kamu lemah, tapi tidak dengan saat ini. Jatuhkan lawan agar mereka tahu kamu bukan lagi Cyra yang dulu tapi Cyra yang yang sudah terlahir kembali yang memiliki kekuatan."

Ujar Tuan Nadim menyemangati istrinya ini.

"Bagaimana kalau aku gagal dan mudah gugup saat bertemu mereka nanti?"

"Ada aku bersamamu sayang. Jangan lupakan itu! Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian. Aku akan menolong mu dengan caraku sendiri. Lakukan tugasmu dan aku pun akan melakukan tugasku untuk menjagamu tetap aman.

Aku juga akan memakaikan kemera kecil di salah satu kancing bajumu untuk melihat area sekitarnya saat kamu lalui."

Tuan Nadim melakukannya dengan memasang kamera kecil itu di kancing baju sang istri. Walaupun ia sudah memangsanya di bandul kalung, anting dan jam tangan yang dipakai Cyra tanpa sepengetahuan istrinya.

Operasi penyergapan segera di mulai. Cyra menggunakan mobil mewah sport keluaran baru yang dibeli suaminya.

Gadis itu mendatangi perusahaan miliknya dengan percaya diri. Tuan Nadim mengikuti mobil istrinya dari belakang. Ia sendiri menggunakan mobil lainnya yang cukup sederhana agar tidak di curigai oleh orang-orangnya Fauzan.

Bagai disambar petir, para karyawan perusahaan milik tuan Atala, melihat Cyra yang masuk ke pintu lobi itu, melangkah dengan elegan.

Semuanya langsung menghampiri dan menyapa Cyra. Gadis ini hanya menunduk hormat sambil berjalan memasuki lift.

Para karyawan itu sangat lega melihat lagi putri bos mereka yang dianggap sudah mati oleh keluarganya.

petugas resepsionis kompak untuk tidak menghubungi sekertaris tuan Fauzan agar pria brengsek itu terkejut saat melihat kedatangan mantan istrinya.

Semua karyawan yang berada di depan ruang kerjanya Fauzan spontan berdiri dan memberikan hormat pada Cyra.

Sekertaris Fauzan bingung sendiri saat teman-temannya mengancamnya dengan memberikan isyarat dengan tangan di leher yang artinya,

"Jika kamu berani memberi tahukan bos mu Fauzan maka kami semua akan membunuhmu."

Sekertarisnya Fauzan hanya duduk diam tanpa melakukan gerakan berarti agar tidak dimusuhi orang sekantor.

"Kira-kira apa yang dilakukan oleh nona Cyra menghadapi mantan suaminya dan juga perempuan ular itu?"

Bisik-bisik diantara mereka sesama staf yang sedang menunggu perang di mulai.

"Setidaknya nona Cyra mengusir tuan Fauzan yang sok berkuasa itu. Dengan begitu perusahaan ini akan kembali aman dan berjaya lagi seperti dulu." Ujar Yolanda.

"Justru aku ingin nona Cyra melaporkan suami istri itu ke kantor polisi atas konspirasi mereka yang sudah membuat nona Cyra menjadi gila."

"Eh, tapi ngomong-ngomong, nona Cyra selama ini ke mana saja setelah di klaim sudah meninggal dunia oleh pihak rumah sakit jiwa."

"Entahlah! Kita tunggu saja perkembangan cerita selanjutnya dari nona Cyra sendiri setelah ia kembali memimpin perusahaannya." Ucap Mega.

Cek..lek..

Pintu di buka dengan kasar oleh Cyra. Betapa kagetnya Fauzan dan Elsa yang sedang berciuman di kursi kebesaran ayahnya sambil berpangkuan, saat melihat Cyra sudah berdiri di hadapan mereka dengan pandangan sinis.

"Cyra..?"

"Apa kabar Fauzan!"

Deggggg..

Elsa terlihat salah tingkah dan berdiam diri karena bingung harus mengucapkan apa pada saudara tirinya itu.

Terpopuler

Comments

Osie

Osie

pembalasan akan dimulai eng ing eng...cyra jgn ksh celah utk fauzan elsa buat ngebulli dirimu..hempaskan dua manusia sampah itu

2022-11-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!