Di kampung tepatnya di kediaman Vina.
Pagi itu, Vira sudah bersiap untuk pergi ke Jakarta untuk menemui, Indah.
"Bu, lihatlah apa aku sudah terlihat sempurna?" tanya Vira kepada Vina.
Vira memutar tubuhnya dihadapan Vina! Meminta pendapat dari Ibunya itu.
"Cantik, mau pakai pakaian seperti apa pun kamu tetap cantik," sahut Vina.
"Ibu bisa aja."
"Kamu ingat dengan tugas kamu di sana kan?" tanya Vina.
"Iya, Bu aku tahu. Aku penasaran deh sama siapa, Indah tinggal di rumah itu," ucap Vina.
"Ibu juga penasaran. Siapa orang yang sudi menampung si Indah, sampai-sampai orang itu rela membayar bodyguard untuk menjaga dia."
"Kita akan tahu setelah aku sampai di rumah itu, Bu. Oh, ya apa aku ke rumah, Om Firman dulu ya, Bu?"
"Kamu ini gimana sih, tugas kamu saja belum dikerjakan malah ingin ke tempat lain segala."
"Bu, aku suka sama anaknya, Om Firman aku ingin ketemu sama siapa itu namanya?" Vira terlihat mengingat sesuatu dengan keras.
"Su_Surya. Iya itu dia namanya Surya," sambung Vira.
Vina menarik nafasnya panjang lalu membuangnya perlahan. "Urusan laki-laki saja gak pernah lupa," ucap Vina.
"Apa salahnya,Bu kan sekalian aku ke Jakarta dan lagi kita bisa sekalian berpura-pura kehilangan, Indah selama ini. Aku bisa berpura-pura mencari, Indah ke sana, dengan begitu aku akan terlihat baik didepan, Om Firman dan juga Rendi dan tentunya, Ibu juga pasti kelihatan Ibu yang baik untuk aku dan juga untuk, Indah tentunya."
Vina tersenyum lebar saat mendengar semua penuturan, Vira.
"Kamu benar, memang pintar anak, Ibu ini."
"Siapa dulu dong, Vira."
"Ya udah kamu cepat berangkat dan hubungi, Ibu setelah kamu berhasil membujuk, Indah."
"Siap, Bu."
Vira pun segera pergi dari rumahnya dengan menggunakan mobil pribadi! Meski, Vira pergi dengan menggunakan mobil pribadi tapi dia tidak pergi sendiri. Dia pergi bersama supirnya.
*******
"Indah, hari ini kamu jangan masak buat kamu makan siang ya," ucap Feri kepada, Indah sebelum dirinya berangkat kerja.
"Kenapa? Kalau gak masak nanti aku makan apa dan para bodyguard itu juga makan apa?" ucap Indah.
"Nanti kita semua makan di luar saja. Rendi yang akan mentraktir kita," jelas Feri.
"Oh, oke deh."
"Cuma itu jawaban kamu?"
"Iya, memangnya harus bagaimana?" Indah bertanya balik.
"Ya, apa kek kan kamu mau ketemu calon suamimu."
'Ish, biasa aja lah. Lagian aku udah gak aneh sama dia."
Feri tersenyum tipis. "Tapi kamu suka kan sama dia?"
"Apa sih, 'A? Cepat berangkat sana udah siang ini."
Tak ingin membahas tentang, Rendi, Indah langsung mengalihkan pembicaraan mereka.
**********
"Surya, gimana nanti siang, Tiara mau kan makan siang bareng kita?" ucap Firman.
"Belum tahu, Pa. Kita tunggu kabar dari Feri," sahut Rendi sembari terus fokus menyetir.
"Kok Feri, kamu kan pacarnya kenapa tidak tanya sendiri saja sama, Tiara?"
"Pacar dari mana, Pa? Orang dianya aja jutek banget sama aku."
"Jutek gimana, bukannya dia udah nerima permohonan antara kamu dengan dia ya?"
"Iya, Pa tapi dia tuh gak mau dekat-dekat sama aku. Katanya sih gak baik laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim berduaan apa lagi dekat-dekatan."
Firman tertawa kecil, dirinya merasa geli saat mendengar perkataan putranya.
"Jadi kamu belum pernah mencium, Tiara?"
"Boro-boro nyium, baru mau megang tangan aja aku langsung ditinggalin."
"Itu tandanya dia gadis baik-baik. Zaman sekarang susah loh cari gadis seperti dia."
"Mungkin itu karena dia dari desa, Pa."
"Dia memang dari desa tapi dia kuliah di Amerika. Seharusnya dia mengikuti gaya orang Amerika dong kalau memang sifat aslinya kurang baik."
"Apa, lulusan Amerika? Berarti dia termasuk gadis gaul dong yang tahu bagaimana gaya anak muda zaman sekarang."
"Bisa jadi, Surya kamu harus tahu, Tiara itu baru lulus kuliah tahun ini, belum genap satu tahun."
Karena asyik mengobrol tak terasa akhirnya mereka tiba di kantornya.
Di tempat parkir sudah ada Feri yang datang lebih dulu dari mereka.
"Pagi, Om. Pagi, Bos," ucap Feri kepada Firman dan Rendi.
"Fer, gimana, Indah mau gak makan siang bareng?" tanya Rendi.
"Gak bisa ya, nanya nya nanti aja gitu?" sahut Feri.
"Gak bisa, Surya udah gak sabar pengen tahu jawabannya," sambung Firman.
"Dia mau tapi siap-siap aja kantong lo jebol dikit."
"Maksud lo apa? Kenapa memangnya?"
"Indah mau ngajak tiga bodyguardnya juga."
"Ah cuma berapa orang doang. Lo tenang aja."
"Sombongnya minta di gosok pakai sikat kawat," ucap Feri dengan tawa kecilnya.
*******
"Neng mau mampir untuk makan dulu gak nih?" tanya supirnya, Vira.
"Kalau, Mamang lapar mampir saja atuh ke restoran. Jangan sampai Mamang kelaparan terus kita kecelakaan deh," ucap Vira.
"Tidak, Mamang belum lapar takutnya, eneng yang lapar."
"Tidak, Mang kita lanjut saja."
Supirnya Vira terus melanjutkan perjalanan mereka, sebelum ke rumah, Indah, Vira menyuruh supirnya untuk menuju ke rumah, Firman.
Vira memang sudah tahu rumahnya, Firman karena dulu dia sering berkunjung bersama Ayahnya, Indah. Itu pun kalau, Firman belum pindah dari rumah itu pasalnya sudah lebih dari sepuluh tahun mereka tidak berkunjung ke rumah, Firman.
"Semoga saja, mereka masih menempati rumah itu," gumam Vira.
"Mang, Mamang masih ingat kan rumahnya, Om Firman?"
"Masih, Neng," sahut supir itu.
*******
"Lo pikir gue lantai kamar mandi yang suka digosok pakai sikat kawat," ucap Rendi.
Firman menggelengkan kepalanya melihat sikap Rendi dan Feri, meski mereka tidak ada ikan saudara tapi mereka sangat dekat dan saling memperdulikan satu sama lain terlebih lagi sebentar lagi, Rendi akan menikah dengan, Indah. Hal itu membuat hubungan mereka semakin erat.
"Kalian ini, selalu seperti ini. Ayo cepat masuk kantor kalau tidak nanti terlambat dan kalau terlambat akan dipotong gaji," ucap Firman.
"Gak bisa ya, di kantor ini kan aku bosnya," ucap Rendi.
"Siapa bilang, perusahaan ini masih milik, Papa," ucap Firman yang tak mau kalah dari Rendi.
"Ya sudahlah, Fer ayo kita masuk kalau gak gaji kita akan dipangkas sama bos besar," ucap Rendi.
Feri tersenyum tipis lalu berjalan dibelakang Rendi!
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments