Dari kejauhan, Tari memperhatikan, Feri yang sedang berbincang dengan seorang gadis didepan rumahnya.
'Siapa dia, Nak, apa dia istrimu? Maafkan, Mama karena tidak bisa selalu ada buat kamu," gumam Tari.
Saat itu, Indah sedang membersihkan daun-daun yang kering yang masih belum jatuh dari pohon bunga yang terdapat di pekarangan rumahnya sedangkan, Feri sedang bersiap untuk berangkat kerja.
Tin!
Tin!
Rendi membunyikan klakson mobilnya dan berhenti tepat di depan rumah, Feri.
Feri dan Indah menatap ke arah mobil Rendi terparkir.
"Rendi," gumam Feri.
"Ngapain dia pagi-pagi kesini?" ucap Indah.
Feri tersenyum ke arah Indah.
"Gak usah bertanya gitu, padahal dihatinya merasa senang karena mau ditemui oleh pacar," ucap Feri.
"Pacar dari mana? Jadian aja gak pernah."
Feri tak berucap lagi, dia berjalan menghampiri, Rendi yang masih berada di dalam mobilnya!
"Bos, ngapain lo pagi-pagi udah kesini?" tanya Feri.
Dari sebrang jalan, Tari terus memperhatikan, Feri dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Sudah lama dirinya tidak datang hanya untuk melihat keadaan Feri dari jarak jauh. Terakhir dia datang ke tempat itu lima bulan yang lalu, saat itu belum ada, Indah di rumah, Feri dan saat dia kembali lagi untuk sekedar melihat putranya itu ternyata sudah ada wanita cantik yang tinggal bersama putranya itu.
"Gue mau ngajak, Indah jalan," sahut Rendi.
"Lo lagi gak sakit kan? Sekarang bukan hari libur loh," ucap Feri.
"Ya nggak lah. Gue sehat," ucap Rendi sembari turun dari mobilnya.
"Lo gak mau ke kantor?"
"Mau tapi nanti setelah gue gangguin, Indah."
Rendi terus berjalan menghampiri, Indah yang sedang asyik memotong daun-daun kering dari batang bunga mawar.
"Ini udah jam berapa, Rendi?" tanya Feri sembari melihat jam ditangannya.
"Lo kalau mau ke kantor. Pergi saja duluan, gue mau ketemu bidadari gue dulu."
Indah menatap, Rendi sekilas lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
"Hai sayang," ucap Rendi.
Feri menggelengkan kepalanya lalu mengambil tasnya yang ditaruh di meja yang ada di teras rumahnya!
"Indah, aku berangkat kerja dulu ya," ucap Feri pada Indah.
Feri melangkahkan kakinya Beber langkah lalu menghentikan gerakan kakinya dan berbalik badan!
"O ya, Indah kalau orang ini bikin kamu kesel, kamu pukul aja pakai sapu atau pakai gunting yang kamu pegang juga lebih bagus kayaknya," sambung Feri.
"Lo pikir gue kucing, dipukul pakai sapu," ucap Rendi.
"Iya, 'A nanti kalau perlu, Indah gampar pakai sandal. Aa hati-hati ya," ucap Indah.
Feri tersenyum mendengar perkataan, Indah sedangkan, Rendi hanya diam dalam posisi berdiri dengan tangan yang memegang pipinya.
Dalam kepalanya, Rendi membayangkan jika, Indah benar-benar menampar nya dengan menggunakan sandal.
"Gue duluan ya, Bos."
Feri pun segera masuk ke dalam mobilnya lalu mulai melajukan mobilnya menuju kantor tempat dirinya bekerja!
"Kenapa, Feri meninggalkan istrinya dengan laki-laki itu? Sebenarnya siapa gadis itu dan siapa laki-laki itu?" tanya Tari kepada dirinya sendiri.
Karena, Tari hanya bisa melihat mereka dan tak dapat mendengar perkataan mereka jadinya, Tari tidak tahu siapa saja orang-orang yang bersama dengan putranya.
Karena yang ingin dilihat sudah pergi, Tari pun pergi dari tempat persembunyiannya karena merasa sudah tidak ada lagi yang ingin ia lihat!
"Indah, aku kangen," ucap Rendi.
Setelah, Feri pergi, Rendi mulai berbicara kepada, Indah.
Indah menatap Rendi yang berdiri di sampingnya.
"Setiap ketemu juga bilangnya kayak gitu. Emang gak ada perkataan lain ya?" ucap Indah.
"Ada, cuma kata pertama ya itu. Aku kangen sama kamu."
Indah tak berucap lagi, dia lebih fokus pada bunga-bunga yang sedang dia bersihkan dari daun yang kering dan mulai menguning.
"Indah, tadinya aku mau ngajak kamu jalan."
"Kapan?" sahut Indah tanpa menatap Rendi.
"Sekarang."
"Sekarang waktunya kamu kerja bukan pergi jalan-jalan. Gimana mau tanggungjawab sama istri kalau sama pekerjaan saja seperti itu."
"Aku tahu aku harus kerja. Habis gimana lagi, kalau weekend kamu suka gak mau aku ajak pergi, dengan alasan ingin menonton film kesukaan kamu yang adanya hanya hari minggu saja."
Indah menatap Rendi, sebuah senyuman terukir di bibirnya.
Yang Rendi katakan memang benar, dirinya selalu menolak untuk pergi bersama, Rendi namun sebenarnya bukan karena ingin menonton televisi, sebenarnya dirinya masih canggung terhadap laki-laki yang akan menjadi suaminya itu.
*******
Vina berjalan mondar-mandir! Dia mulai gelisah karena tak kunjung mendapatkan, Indah sedangkan, Pak Rudy sudah tak memberikannya waktu lagi.
"Aduh, gimana ini?" gumam Vina.
Tok!
Tok!
Tok!
"Permisi!"
Saat Vina sedang memikirkan cara untuk mendapatkan, Indah seseorang mengetuk pintu rumahnya. Hal itu membuat, Vina terperanjat dan mulai ketakutan.
Vina berdiri sembari menatap pintu utama rumahnya.
"Astaga, siapa itu? Jangan-jangan ...."
"Permisi!" Seru tamu dari luar rumah, Vina.
"Bu, itu ada tamu. Kenapa pintunya gak dibuka?" tanya Vira.
"Ibu takut, Vir. Gimana kalau itu adalah orang-orangnya, Pak Rudy.
" Bu, kita masih punya waktu satu hari lagi. Ibu tidak usah takut, aku buka pintunya ya."
Vina mengangguk pelan, ada keraguan dihatinya. Bagaimana jika itu benar orang-orangnya, Pak Rudy? Dirinya takut mereka akan membawa, Vira.
Vira berjalan menghampirimu pintu utama rumahnya lalu membuka pintu itu!
"Neng, Ibumu ada?" tanya Basri kepada Vira.
"Mang Basri, kirain siapa," ucap Vira. "Ada di dalam, silahkan masuk!" sambung Vira.
Vira berjalan memasuki rumahnya lagi dengan diikuti tiga orang laki-laki, anak buahnya, Vina!
"Bu! Ibu! Ini ada, Mang Basri, Mang Deni dan Mang Sukri!"
Vira terus berjalan sembari berteriak memanggil, Vina sedangkan tiga anak buahnya, Vina berhenti di ruang tamu untuk menunggu, Vina datang.
"Oh ternyata mereka, Ibu pikir siapa?" ucap Vina.
"Ibu temui mereka sana, siapa tahu mereka pulang dengan membawa si anak sialan itu."
"Iya, ini juga Ibu mau segera menemui mereka."
Vira masuk ke dalam kamarnya karena tidak ada lagi yang harus dia lakukan.
Vina berjalan menuju ruang tamu rumahnya untuk menemui tiga anak buahnya!
"Kenapa kalian pulang? Saya tahu kalian pulang tanpa, Indah," ucap Vina.
"Bu, kita tidak bisa membawa, Indah pergi dari rumah itu karena rumah itu dijaga ketat," jelas Sukri.
"Lalu menurut kalian, ada gak cara lain untuk kita bisa mendapatkan dia?" ucap Vina.
"Kalau menggunakan cara baik-baik mungkin saja kita bisa membawa dia keluar dari rumah itu tapi kami ini siapa? Indah tidak akan percaya kepada kami."
Vina terdiam sembari memikirkan cara untuk membawa Indah pulang.
"Gini aja deh, biar, Vira yang ke sana. Kalian pulang saja dulu! Saya harus berpikir."
Sukri dan dua temannya mengangguk lalu mereka pergi dari tempat itu!
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments