Dua hari Feri dirawat di rumah sakit, kini keadaannya sudah mulai membaik.
Feri duduk sambil menyandarkan punggungnya di kepala ranjang! sementara Indah, duduk di sebelah Feri dengan air mata yang tak hentinya mengalir di pipi mulus Indah.
"Jangan nangis terus, atuh, Ndah," ucap Feri.
Indah terus menangis, ia tak menghiraukan ucapan Feri.
"Ndah, sini peluk aku! anggap aja aku ini kakak kamu sendiri," ucap Feri, sambil merentangkan kedua tangannya!
Indah menatap laki-laki yang selalu baik padanya itu lalu memeluk Feri dan membenamkan kepalanya di dada Feri. Smenjak kepergian ayahnya, Indah memang tak pernah lagi merasakan hangatnya pelukan keluarga.
"Terimakasih, Aa sangat baik sama Indah," lirih Indah.
Indah memeluk Feri sangat lama, ia menemukan kenyamanan seperti saat ia dipeluk ayahnya.
"Udah, kali pelukannya. Kan gue jadi iri," ucap Rendi yang ternyata dari tadi memerhatikan Feri dan Indah dari ambang pintu.
Indah melepaskan pelukannya! lalu ia duduk di kursi!
"Apaan sih lo, Ren," ketus Feri.
Rendi cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal!
"Eh Fer, elo punya pacar, kok gak bilang-bilang ke gue sih," ucap Rendi.
"Iya. Aa kok gak ngenalin pacar Aa ke Indah?" sambung Indah.
"Pacar? pacar yang mana?" tanya Feri kebingungan.
"Lah itu, yang kemarin bantuin nolongin Indah," jawab Rendi.
"Ah, kenal juga kaga. Gue ma tu cewek baru pertama ketemu, bahkan gue gak tau siapa namanya. Oh iya sekarang dia dimana? gue belum berterimakasih," cerocos Feri.
Indah dan Rendi melongo saat mendengar ucapan Feri barusan.
"Ih, Aa teh kumaha. Masa gak kenal, terus gimana caranya kita berterimakasih? kalau kalian belum saling kenal," ucap Indh.
"Udahlah, biar nanti aku cari dia," ucap Feri. "Ndah, kamu pulang gih terus istirahat di rumah, jangan lupa kunci pintunya, jangan buka pintu kalau ada tamu tak di kenal," jelas Feri.
"Tapi, A. Indah takut dan lagi memangnya tukang itu sudah selesai membetulkan pintu yang rusak?"
"Udah, tadi tukangnya telpon kalau pekerjaan mereka sudah selesai dan rumah dalam keadaan rapi," sahut Feri.
"Jangan takut Indah, aku udah nyuruh orang buat jagain kamu di rumah," jelas Rendi.
"Maksud lo?" tanya Feri.
"Gue tugasin 3 orang buat jaga rumah elo Fer, biar Indah aman," jelas Rendi.
Akhirnya Indah pulang dan akan di antar oleh supirnya Rendi.
Saat Indah hendak keluar dari area rumah sakit, tiba-tiba ada yang memanggilnya.
"Tiara!"
Indah menengok kearah suara itu! "Om Firman," Indah segera menghampiri Firman lalu menyalaminya!
"Tiara, kamu sedang apa, di sini?" tanya Firman.
"Saudara aku kecelakaan dan di rawat disini Om," jelas Indah. "Om sendiri, ngapain disini?"
"Om mau jenguk, karyawan Om yang di rawat disini juga."
"Oh, kalo gitu, Tiara, pamit ya Om."
"Tunggu, biar om antar. Sekalian ada yang mau Om bicarakan," ucap Firman lalu berjalan cepat memasuki rumah sakit itu!
Indah mengangguk kepalanya yang tak gatal. "Katanya mau jenguk seseorang, kenapa mau nganterin aku?" gumam Indah.
Indah hanya bisa diam menunggu Firman di halaman rumah sakit itu.
*******
"Gimana, Fer, udah mendingan?" tanya Firman.
"Alhamdulillah, Om udah mendingan. Besok saya udah boleh pulang," jelas Feri.
"Syukurlah kalau begitu. Fer, Om ga bisa lama-lama, Om masih ada urusan,"
"Iya Om Feri ngerti kok. Terimakasih udah jenguk saya," sahut Feri.
Firman berpamitan pada Feri. Dia berlari kecil karena takut Indah keburu pergi! Hari itu adalah kesempatan pertamanya untuk berbicara dengan Indah, dia tidak ingin men_sia-siakan kesempatan itu.
"Maaf ya, Om kelamaan," ucap Firman pada Indah.
"Gak apa-apa, Om," sahut Indah.
"Kalau gitu, ayo masuk mobil Om."
Firman berjalan menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka semula, lalu membukakan pintu mobilnya untuk Indah!
"Silahkan masuk!" ucap Firman lagi.
Indah tersenyum lebar kearah Firman. "Terimakasih Om," ucap Indah lalu segera masuk ke dalam mobil itu.
Firman melajukan mobilnya menuju rumah tempat Indah tinggal sekarang ini.
********
Di ruang rawat.
"Dari mana lo, Bos?" tanya Feri.
"Beli makan," sahut Rendi.
"Banyak banget lo beli makanan?"
"Ini buat Indah juga. Indahnya mana?"
"Pulang lah, tadi kan Indah udah pamitan sama kita."
Rendi menepuk jidatnya dengan tangannya!
"Astaga, aku lupa," ucap Rendi.
"Pikun lo, tua aja belum udah pikun aja."
Feri tertawa kecil menertawakan Rendi yang mulai bersikap aneh.
"Gara-gara terlalu cinta nih sama Indah," ucap Rendi sembari nyengir.
"Awas lo, jangan pernah lo ungkapin perasaan lo ke Indah sebelum lo benar-benar batal dijodohkan."
"Memangnya kenapa? Lo gak berani hak ngatur-ngatur hidup gue."
"Kalau Indah terima cinta lo dia akan sakit hati kalau sewaktu-waktu lo ketemu sama calon istri lo yang dipilihkan oleh bokap lo. Gimana sih, pikir dong gimana perasaan Indah nantinya."
Rendi terdiam, dia tak berucap lagi.
*******
Sesampainya di depan rumah Feri, Indah meminta Firman menghentikan mobilnya.
"Kamu tinggal di sini?" tanya Firman.
"Iya, Om. Ayo, Om mampir dulu!"
Indah segera turun dari mobil itu lalu berdiri didepan mobil untuk menunggu Firman.
Mereka pun berjalan beriringan memasuki rumah tempat Indah tinggal.
"Silahkan duduk, Om," ucap Indah.
"Terimakasih, Nak."
Firman duduk di kursi ruang tamu sedangkan Indah pergi ke dapur untuk mengambilkan air minum untuk Firman!
Tak butuh waktu lama, Indah kembali ke ruangan itu dengan membawa dua gelas teh!
Diletakkannya gelas yang ia bawa diri atas meja lalu dia duduk di kursi yang berhadapan dengan Firman!
"Tiara, beberapa bulan lalu Om ke ke rumah Papamu tapi Om gak lihat kamu, katanya kamu lagi liburan ke luar kota, dan Om juga baru tau kalo ayahmu sudah tiada. Om turut berdukacita ya,"
Indah hanya diam ia tak tau harus berkata apa, mungkin ibu tirinya sudah mengatakan sesuatu yang tidak-tidak tentangnya lebih dari yang ia bayangkan.
"Minum dulu Om," ucap Indah.
"Tiara, om mau tanya. Apa benar selama ini kamu kabur dari rumah?" tanya Firman.
"Iya, Om," sahut Indah.
Firman tak membuka suaranya lagi, dia tetap diam menunggu perkataan Indah selanjutnya.
"Sebenarnya bukan kabur dari rumah tapi dari ...." Indah menggantung ucapannya.
"Kenapa, Nak?"
"Tidak, Om tidak apa-apa. Om pasti sudah dengar semua tentangku dari Ibu dan kak Vira."
"Om ingin mendengar dari kamu, kenapa kamu pergi dari rumah."
"Biar waktu yang menjawab, Om. Aku takut salah bicara."
"Ceritakan saja semuanya sama Om. Kamu anggap saja, Om sebagai Papamu."
Indah tersenyum lebar. "Terimakasih, Om tapi untuk saat ini biar aku saja yang tahu dengan apa yang terjadi kepadaku. Aku pikir Ibu adalah wanita yang sangat berjasa padaku apapun yang dia katakan itu benar adanya."
"Tiara, dulu Om dan Ayah mu sudah berjanji untuk menikahkan kamu dengan Surya, anak Om," jelas Firman.
Indah terdiam lalu ia mengambil secarik kertas yang di beri ayahnya sebelum meninggal!
"Sebelum meninggal ayah memberikan ini pada Tiara. Dan belum sempat Tiara memutuskan permintaan Ayah, Ayah sudah pergi meninggalkan Tiara untuk selamanya," ucap Tiara, sambil meneteskan air matanya.
"Besok Om akan ajak Surya, ke sini. Setelah bertemu kalian putuskan akan menikah atau tidak. Om gak akan memaksa kalian, karena kalian yang akan menjalani semuanya," jelas Firman.
Indah hanya mengangguk pelan dengan senyuman tipis di bibirnya.
"Kalau gitu, Om permisi dulu. Kamu jangan terlalu memikirkan ucapan Om barusan ya."
Firman bangkit dari duduknya lalu segera melangkah pergi meninggalkan rumah Indah!
Setelah Firman pergi, Indah membaca lagi surat yang ditulis Ayahnya untuk dirinya. Dia duduk di kursi ruang tamu lalu mulai membacanya, air matanya mulai mengalir saat dirinya mulai membacanya.
"Ayah, aku rindu," gumam Indah.
Indah kembali melipat kertas itu lalu menyimpannya lagi!
"Jika dengan menikah dengan anaknya Om Firman dapat membuat Ayah bahagia, aku akan terima pernikahan itu," gumam Indah Lagi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments