Kini Rendi sedang duduk di kursi kebesarannya, wajahnya mengarah ke langit-langit ruangan, pandangannya terlihat kosong.
Sedari tadi Feri memperhatikan tingkah bosnya itu dari ambang pintu, awalnya dia ingin menemui bosnya itu namun niatnya dia urungkan karena melihat Rendi sedang melamun.
"Ehemm!" Feri berdeham untuk mengisyaratkan bahwa dirinya ada keperluan dengan bosnya.
Suara deheman Feri membuat lamunan Rendi seketika buyar. Rendi menatap ke arah pintu dan langsung mendapati sosok Feri sedang berdiri diambang pintu.
"Fer. Dari kapan lu disitu?" tanya Rendi.
"Dari tadi, bos. Lu ngelamunin apa sih bos?"
"Ahh ... kepo, lu," balas Rendi.
"Kalau ada masalah, ceritain biar plong, daripada elu gila, nanti," ucap Feri.
"Gue heran Fer, gue gak kenal sama itu cewek, tapi bayangannya terus ada di otak gue. Apalagi pas dia senyum ... aduh, bikin gue pengen lu**t tu bibirnya," ucap Rendi sembari menatap ke atas dengan senyuman di bibirnya seolah sedang membayangkan sesuatu yang indah.
Feri memukul pipi bosnya pelan! "Otak lu. Arahnya kesitu mulu,"
"Awh! ... dasar karyawan lucnut!" ucap Rendi, "becanda, gue," sambungnya.
"Haha!" Feri tertawa kecil.
"maaf bos. Emang namanya siapa sih?" tanya Feri dengan penuh rasa penasaran.
"Indah. Namanya Indah. Indah seperti wajahnya," ucap Rendi sembari tersenyum.
Deg!
"Jangan-jangan, Indah?" lirih Feri dalam hati. "Ah gak mungkin, yang namanya Indah kan banyak," sambung Feri lagi.
"Woi! ... malah bengong,"
"Sory-sory! bos. Gue ke ruangan gue dulu ya!" ucap Feri.
"Hei, terus lo gak mau ngapa-ngapain gitu ke ruangan gue?"
"Nggak, gak jadi. Gue lupa mau ngapain tadi."
Feri segera keluar dari ruangan pribadi bosnya itu!
______ _____
Sore hari.
Rendi baru tiba di rumahnya setelah seharian sibuk dengan pekerjaan di kantornya.
"Hai Pa, selamat sore," ucap Rendi kepada Papanya yang sedang duduk di kursi ruang keluarga.
"Surya, Papa mau bicara," ucap Firman kepada putranya.
Firman memang selalu memanggil Rendi dengan nama , laki-laki paruh baya itu lebih suka memanggil Rendi dengan nama itu.
Rendi duduk di samping Firman lalu berkata.
"Mau bicara apa?"
"Besok kita ke Bogor untuk menemui calon istrimu."
"Terserah, Papa aku ikut saja apa kata Papa yang penting Papa bahagia."
"Loh, kamu kok ngomongnya gitu?"
"Terus harus bagaimana? Toh mau nolak juga pasti Papa memaksa. Aku mau mandi dulu Pa, gerah nih, nanti kita lanjut lagi."
Rendi beranjak dari duduknya lalu mulai melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
*******
Di rumah Feri.
"Indah, kamu yakin kamu gak mau pulang?" tanya Feri.
"Yakin atuh. Kalau Aa Feri keberatan Indah tinggal di sini, Indah mau cari kontrakan saja."
"Tidak, Indah aku sama-sekali tidak keberatan, aku hanya bertanya saja siapa tahu kamu kangen sama orang tertentu di kampung."
"Tidak. Indah tidak mau pulang, 'A tolong carikan Indah pekerjaan ya."
"Kerja apa, Ndah?"
"Siapa tahu di kantor tempat Aa bekerja ada lowongan pekerjaan."
"Kalau pun ada, kamu mau melamar pekerjaan pakai apa? Memangnya ijazah kamu ada?"
Indah terdiam, dia lupa kalau ternyata ijazah nya berada di rumahnya sementara dirinya tidak mungkin pulang karena dia tidak ingin bertemu dengan ibu tirinya.
"Kamu benar."
"Udah malam, kamu istirahat sana!"
Indah menganggukkan kepalanya lalu segera beranjak dari duduknya lalu pergi memasuki kamarnya.
*******
Pagi telah tiba, matahari mulai menampakan sinarnya menyinari dunia.
"Surya, kamu sudah siap?" tanya Firman.
"Sudah Pa, ayo kita berangkat!" sahut Rendi sembari berjalan menuju ke luar rumahnya.
Rendi langsung masuk ke dalam mobilnya, dia sedikit merasa malas untuk pergi ke Bogor, entah kenapa dirinya tak memiliki rasa penasaran sedikitpun kepada wanita pilihan Papanya itu.
"Urusan kantor gimana?" tanya Rendi setelah Firman masuk ke dalam mobilnya.
"Sudah Papa serahkan kepada Feri, biar dia yang meng_handle kantor hari ini," sahut Firman.
Rendi tak berucap lagi, dia mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang!
Saat ini Rendi dan papanya sedang dalam perjalanan menuju Bogor! mereka akan menemui Tiara, calon istrinya Rendi.
Selama di perjalanan tidak ada sedikit pun obrolan diantara mereka.
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah Ridwan sanjaya, ayahnya Tiara.
"Ini kan rumah ibu tirinya Indah," ucap Rendi didalam hatinya.
Rendi hanya diam sembari mengikuti pergerakan Papanya.
Tok!
Tok!
Tok!
Papanya Rendi mengetuk pintu rumah sahabatnya itu.
Cklek!
Tak perlu menunggu lama, pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita.
"Mas, Firman. Apa kabar? mari masuk!" ucap wanita itu.
Rendi dan papanya pun masuk kedalam rumah itu! mereka duduk di ruang tamu namun setelah mengobrol beberapa lama, Firman seperti mencari seseorang.
"Ridwan nya mana, Vin? dari tadi aku nggak melihat dia," tanya Firman pada Vina.
Vina langsung memasang wajah sedih dengan air mata yang mulai keluar dari pelupuk nya.
"Mas Ridwan sudah nggak ada," lirih Vina.
"Gak ada gimana?"
"Mas Ridwan sudah meninggal, Mas."
"Innalilahiwainailahirozi'un. Kok kalian gak ada yang kabarin aku?" ucap Firman dengan wajah yang terkejut.
"Maaf, mas. Waktu itu kami sangat berduka, jadi kami lupa untuk mengabari kamu," ucap Vina.
"Eh, rupanya ada tamu?" ucap Vira.
"Vira," ucap Firman, "cantik sekali kamu nak, lama kita nggak ketemu ternyata kamu sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik," sambung Firman.
"Om, bisa saja. O, ya, ini siapa Om?" tanya Vira sembari menoleh kearah Rendi.
"Oh, ini surya, anak om," sahut Firman.
Vira tersenyum lalu duduk disebelah Rendi!
"Vin, dimana Tiara? ko nggak ada?" ucap Firman.
"T_tiara ... Tiara, dia ...." Vina kebingungan mencari alasan, tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya kepada Firman.
"Tiara lagi liburan ke luar kota Om. Maklum diakan orangnya gak betah di rumah, bahkan semenjak Ayah meninggal, Tiara jarang pulang," ucap Vina berbohong.
Untuk menutupi kejahatan mereka Vina dan Vira memfitnah Indah seperti itu.
Nama panjang Indah adalah Indah Mutiarani Sanjaya, biasa dipanggil Indah namun Ayahnya suka memanggil namanya dengan nama Tiara.
Firman menatap Vira dengan tatapan aneh, dirinya tak percaya dengan setiap perkataan yang Vira ucapkan.
"Tadinya aku ingin mempertemukan Surya dengan Tiara tapi karena Tiara nya gak ada, jadi kami pamit saja," ucap Firman.
"Kenapa buru-buru? Istirahatlah dulu sebentar, Mas karena Tiara jarang pulang bahkan aku tidak tahu dia akan pulang lagi atau tidak. Gimana kalau Surya nikah sama Vira saja?" ucap Vina.
"Vina, bukannya aku tidak suka dengan Vira tapi Ridwan dan aku sudah sama-sama sepakat kalau Surya akan menikah dengan Tiara."
Vina tersenyum kecut.
"Iya sih, Mas tapi kan gak ada salahnya juga menggantikan Tiara dengan Vira, toh Tiara nya juga gak ada kan."
"Maaf tante, saya dan Papa harus segera pulang karena ada urusan penting di kantor."
Rendi yang awalnya hanya diam, kini angkat bicara karena risih dengan Vira yang terus menatapnya dan juga meraba-raba tangannya.
Tanpa berlama-lama lagi, Firman dan Rendi pun pergi meninggalkan rumah itu!
*******
Kini Firman dan Rendi sudah kembali ke jakarta. Seperti biasa Rendi selalu sibuk dengan urusan kantornya, pemuda itu kini sedang berkutat dengan berkas dan laptopnya!
Tok!
Tok!
Tok!
Seseorang mengetuk pintu ruangan Rendi dari luar.
"Masuk!" ucap Rendi dari dalam ruangannya.
"Surya," ucap papanya Rendi.
Rendi menoleh ke arah suara itu!
"Papa. Ngapain papa kesini?" ucap Rendi.
"Surya, kamu ikut papa ke surabaya! untuk menemui Tiara," ucap Firman.
"Udahlah, pa. Tiara bukan gadis baik-baik," ucap Rendi.
"Papa, nggak percaya. Buk Vina itu ibu tirinya Tiara dan Vira juga cuma kakak tirinya. Bisa aja kan mereka mengada-ngada?"
"Pa. Aku bisa cari calon istri sendiri, gak, harus di jodohin kaya gini," timpal Rendi.
"Ini permintaan Papa yang terakhir, kamu tahukan kalau Papa ini udah tua, udah tinggal nunggu ajal menjemput."
Rendi menghela nafas kasar. "Iya-iya. Oke. Tapi jangan sekarang karna aku lagi sibuk. Sekarang Papa pulang ya!" ucap Rendi mengusir papanya.
Firman tersenyum, lalu pergi meninggalkan Rendi!
Tak lama setelah Firman pergi. Feri masuk ke ruangan Rendi.
"Bos, ngapain Om Firman kesini?" tanya Feri.
"Kepo lu."
"Bos, gue mau tanya."
"Tanya apa? jangan bikin gue tambah pusing ya," ucap Rendi.
Feri mengeluarkan ponselnya, lalu memperlihatkan sebuah foto pada Rendi!
"Cewek yang elu suka, yang namanya Indah. Ini bukan orangnya?" tanya Feri.
Rendi merampas ponsel Feri lalu melihat foto seorang gadis yang ada pada layar ponselnya Feri.
"Iya, ini orangnya. Lu ketemu dia dimana? ayo antar gue ke tempat dia!" ucap Rendi semringah.
"Sekarang masih jam kerja bos, kalo gue ngelayap entar lu potong gaji gue lagi," ucap Feri.
"Lu tenang aja. Gue gak akan potong gaji lu,"
Rendi dan Feri pun pergi untuk menemui gadis itu! Setelah setengah perjalanan.
"Stop-stop!" seru Rendi.
*Inikan arah ke rumah elu?" ucap Rendi lagi
"Iya, emang kita mau kerumah gue," timpal Feri.
"Heh, semprul. Gue pengen ketemu Indah, bukan kerumah elu," ucap Rendi.
"Bos, si Indah yang kata elu manis itu-tu ya, sekarang ada di rumah gue. Ni lu denger ya, di dunia ini cuma Indah yang gue miliki. Jadi awas aja kalo lu nyakitin dia!" jelas Feri.
"Whats! maksud elo?"
"Diam, bos. Kita udah nyampe di rumah gue,"
"Dasar, karyawan lucnut. Berani-beraninya memerintah bos," ucap Rendi.
Feri segera turun dari mobil disusul dengan Rendi setelahnya.
Mereka berjalan bersamaan menuju rumah Feri!
"Assalamualaikum!" ucap Feri setelah tiba di depan pintu rumahnya.
"Waalaikumsallam!" ucap Indah dari dalam rumah.
Ckek!
Indah membuka pintu! seraya melempar senyuman pada dua pemuda di depannya.
"Aa udah pulang? oh ada tamu juga," ucap Indah.
Dari awal Rendi terus memandangi Indah matanya tak berkedip sekalipun saat menatap wajah gadis yang dia cari-cari itu.
"Cantik," lirih Rendi dalam hatinya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
ZidniNeve IG : @irmayanti_816
hei semprull lanjut hehe.... semangat Thor
2022-11-03
1