"Wah, aromanya enak nih, 'Ndah," ucap Feri sembari mencium makanan yang sudah terhidang di atas meja makan.
Indah tersenyum, lalu meletakkan sayur di samping ayam madu yang, Indah masak.
"Kalau sudah lapar, makan duluan saja, 'A," ucap Indah sembari memberikan segelas air mineral.
Feri mengambil alih gelas berisi air dari tangan, Indah!
"Terimakasih," ucap Feri lalu segera meminum air mineral itu.
Setiap, Feri pulang kerja, Indah menang selalu memberinya minum. Kebiasaan itu sudah dia lakukan kepada Ayahnya sejak beberapa tahun lalu yang kini diteruskan kepada, Feri.
"Aa dari mana, tumben pulang malam?"
"Kerja atuh, 'Ndah masa keluyuran. Tadi tuh aku lembur karena banyak banget kerjaan di kantor."
"Oh, kalau gitu, Aa pasti capek. Cepat mandi dan nanti, Indah pijitin, itu kalau, Aa mau kalau gak mau juga gak apa-apa."
"Mau atuh. Kebetulan, Aa lagi pegal-pegal. Kalau gitu, Aa mandi dulu ya."
Feri pun pergi meninggalkan, Indah yang sedang sibuk di dapur!
Setelah, Feri pergi, Indah berjalan ke luar rumahnya untuk menemui orang-orang yang ditugaskan untuk menjaganya dan menjaga rumah itu!
"Bang, saya sudah masak kalau mau makan makan saja duluan ya. Sudah saya siapkan kok," ucap Indah kepada tiga laki-laki yang selalu ada di depan rumahnya untuk menjaga keamanan dirinya.
"Iya, Mbak. Terimakasih," sahut laki-laki itu.
Indah tersenyum manis lalu masuk lagi ke dalam rumahnya!
*******
Di kediaman Rendi.
"Pa, sebenarnya ada yang mau aku bicarakan sama, Papa," ucap Rendi.
Firman yang kala itu sedang fokus menonton televisi mengalihkan pandangannya kepada, Rendi.
"Mau bicara apa? Duduklah!" ucap Firman.
"Waktu aku pergi ke Bogor untuk yang pertama kalinya, aku melihat seorang gadis yang menangis di tepi kali. Dia duduk di atas batu besar dengan baskom berisi pakaian di sampingnya. Aku terpesona dengan kecantikan gadis itu dan aku pun tidak fokus pada medan jalan yang sedang aku lalui sehingga membuat mobilku menabrak pohon besar dan Papa tahu siapa gadis itu?"
"Siapa?" tanya Firman.
"Gadis itu adalah, Indah ya gadis yang selama ini, Papa sebut dengan nama, Tiara. Waktu itu aku menginap di rumah tetangganya, Indah namanya, Pak Asep dan yang lebih mengejutkan lagi, Pa ternyata, Indah itu sering di siksa oleh Ibu tirinya," jelas Rendi panjang lebar.
"Sok tahu kamu. Yang Papa tahu, Ibu tirinya, Indah itu baik dan sayang pada Indah."
"Aku dengar sendiri, Ibunya berteriak pada, Indah dan aku juga mendengar ringisan, Indah dan stelah beberapa saat dia keluar dari rumahnya dengan air matanya yang mengalir satu lagi ada luka lebam di pipi, Indah itu berarti mereka tidak memperlakukan, Indah dengan baik."
"Rendi, Papa akan mencari tahu kebenarannya karena, Papa juga tidak ingin, Indah mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya."
"Pa, Indah tidak kabur dari rumah tapi dibawa kabur."
"Maksud kamu? Siapa yang menculik dia?"
"Feri yang menculik, Indah dari laki-laki bejat yang sudah membayar, Indah dengan harga yang mahal."
"Maksud kamu apa? Papa tidak mengerti."
"Indah dijual, Pa. Bu Vina menjual Indah kepada laki-laki brengsek."
*******
"Sepertinya kita harus cari cara lain untuk membawa Indah pulang. Kita harus bicara dulu kepada, Bu Vina," ucap Sukri
"Iya, kamu betul. Kita harus bicara dulu sama, Bu Vina karena kita tidak bisa bertindak tanpa persetujuan dari dia," sahut Deni.
"Terserah kalian saja mau bagaimana. Saya mah ikut saja yang penting kerja kita dibayar," sambung Basri.
Deni yang sedang menyetir mobilnya itu pun mengarahkan mobilnya menuju jalan pulang. Mereka tidak bisa mengerjakan tugas mereka karena saat itu, Indah sedang dalam penjagaan yang ketat.
*******
Tok!
Tok!
Tok!
Seseorang mengetuk pintu rumah, Vina dengan sangat keras sehingga membuat, Vina merasa kesal karena merasa terganggu dengan kedatangan tamu dimalam hari.
Vina berjalan tergesa-gesa menghampiri pintu utama rumahnya!
"Siapa sih yang bertemu malam-malam gini? Gak tahu apa kalau yang punya rumah sudah mau pada tidur."
Vina terus berjalan sembari terus menggerutu.
Cklek!
Vina membuka pintu rumahnya!
Terlihat dua orang laki-laki berdiri tegap didepan pintu rumahnya.
"Siapa kalian?" tanya Vina.
Vina menang tidak mengenal dua laki-laki bertubuh besar yang saat itu tengah berdiri didepan pintu rumahnya.
"Kami orangnya, Pak Rudy," sahut salah satu dari mereka.
"A_apa, mau apa kalian kesini malam-malam gini?"
"Kami ingin menjemput gadis milik, Pak Rudy."
"Oh, I_iya. Tapi sekarang, Indah belum ditemukan," ucap Vina dengan wajah ketakutan.
Brak!
Laki-laki itu menggebrak pintu rumah, Vina dengan sangat keras.
Vina terperanjat. Dia menutup matanya karet takut orang itu akan menyakiti dirinya.
"Ada apa sih, Bu?" ucap Vira sembari berjalan menghampiri mereka.
"Astaga, Vira ngapain kamu keluar, gimana kalau mereka membawa kam?" ucap Vina didalam hatinya.
"Siapa gadis itu?" tanya laki-laki bertubuh besar itu.
"Itu anak saya, bukan Indah," sahut Vina.
Dua laki-laki itu menatap, Vina dengan tatapan tajam.
"Kamu yakin, kamu sedang tidak berbohong?"
"Ti_tidak, tentu saja tidak. Pak Rudy tahu kalau saya punya dua putri," sahut Vina.
"Kalian siapa dan mau apa? Tolong jangan ganggu Ibu saya," ucap Vina.
"Bukan urusan kamu," ucap salah satu dari dua laki-laki itu.
"Kami kasih waktu dua hari untuk kamu mencari, Indah. Kalau tidak kembalikan uang, Bos kami sebesar empat ratus juta dan jika dalam dua hari tidak ada Indah atau tidak ada uangnya. Dia yang akan kami bawa," ucap laki-laki itu kepada Vina dan dia menatap Vira tajam saat mengucapkan kata terakhirnya.
*******
"Aa, kapan, Aa akan mencari wanita itu?" tanya, Indah sembari memijit pundak Feri.
"Wanita yang mana?" tanya Feri.
"Wanita itu, yang waktu itu ikut nolongin aku."
"Aku sudah mencari dia, 'Ndah tapi belum ketemu."
"Lagian, kenapa Aa gak tanya nomor ponselnya?"
"Indah, waktu itu situasinya tidak memungkinkan. Dalam situasi seperti itu, aku tidak mengingat apa pun yang aku ingat hanya kamu hanya bagaimana caranya agar aku bisa menyelamatkan kamu."
Indah menghentikan gerakan tangannya. Dia baru ingat bahwa waktu itu memang keadaannya sangat buruk.
"Aa benar. Jadi bagaimana cara kita berterimakasih sama dia sementara kita tidak tahu wanita itu siapa dan tinggal dimana."
"Entahlah, aku juga tidak tahu, kalau Tuhan mengizinkan kapanpun dan dimana pun kita akan bertemu lagi dengan wanita itu."
"Semoga saja ya. Indah selalu kepikiran karena kita tidak berterimakasih sama wanita itu terlebih lagi, saat itu aku tidak tahu kapan wanita itu pergi."
"Sudahlah, jangan dipikirkan nanti juga ada jalannya untuk kita berterimakasih sama dia."
Feri mengelus punggung tangan, Indah yang sedang asyik memijat pundaknya!
"Udah, sekarang udah gak pegal lagi," ucap Feri.
Indah menghentikan gerakan tangannya lalu pergi ke dapur untuk mengambil minuman dan beberapa camilan! Dia akan mulai nonton acara televisi kesukaannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments