Di sebuah hutan yang sangat jauh dari pemukiman warga, tempat itu juga nyaris tidak terjamah manusia.
Vina datang ke hutan itu bersama dua orang kepercayaannya.
"Kalian yakin, ini jalannya?" tanya Vina kepada Sukri.
"Iya, Bu kita yakin," sahut Sukri.
Sudah lama, Vina tidak ke tempat itu selain karena kesibukannya, tempat itu juga sangat sulit untuk dijangkau. Hal itu membuat Vina tak pernah datang lagi ke tempat itu setelah bertahun-tahun lamanya.
"Wanita itu masih hidup atau tidak ya?"
"Masih, Bu. Karman mengatakan kalau beliau masih hidup dan juga masih sehat."
Setelah menempuh perjalanan selama setengah hari dengan berjalan kaki, akhirnya mereka tiba di sebuah gubug tua namun masih terawat.
"Dimana perempuan itu?" gumam Vina.
"Vina, kamu mau menjemput aku? Apa kamu datang untuk menjemput aku?" tanya seorang wanita paruh baya kepada Vina.
"Ternyata kamu masih hidup, aku kesini cuma mau bilang kalau suamimu sudah mati," ucap Vina kepada wanita itu.
"Apa! Tidak mungkin, Vina kamu pasti berbohong padaku."
Vina menjambak rambut wanita itu lalu mendorong tubuh wanita itu hingga tubuhnya terpental ke dinding yang hanya terbuat dari bambu itu!
"Gak kamu, gak anakmu. Kalian berdua itu pembawa sial tahu gak."
"Vina apa salahku, apa salah anakku? Aku sudah menuruti semua keinginan kamu, aku sudah memberikan suamiku untuk kamu, tolong jangan sakiti putriku."
Wanita paruh baya itu berlutut di kaki Vina, memohon agar putrinya tidak disakiti.
Vina meraih balok kecil dari balik pintu!
Balok kecil itu berfungsi sebagai kunci pintu rumah tua itu dan digunakan saat malam hari tiba agar hewan buas tidak bisa masuk ke dalam rumah itu.
Vina memukul wanita yang usianya sebaya dengannya itu. Meski wanita itu berteriak kesakitan, Vina tak menghentikan tangannya sebelum dirinya puas.
Karena tak kunjung menemukan Indah, Vina melampiaskan amarahnya kepada Ibunya Indah yang dia asingkan sedari Indah masih balita.
*********
Seminggu berlalu sejak pertemuan pertama Rendi dan Indah. Kini Firman kembali menemui Indah, untuk menanyakan apakah Indah, menerima perjodohan itu atau tidak.
Saat ini Firman, Rendi, Feri dan Indah sedang berkumpul di ruang tamu, rumah Feri.
"Tiara, Om kesini. Mau menanyakan tentang perjodohan yang sudah kita bahas minggu lalu," ucap Firman.
"Iya, Indah. Kamu mau kan nikah sama aku?" lanjut Rendi.
Indah terdiam, lalu menatap Feri! Feri menganggukan kepalanya! sebagai kode kalau ia setuju dengan apapun keputusan Indah.
"Fer, saat ini elu adalah orang terdekatnya Indah. Apa lo tidak keberatan kalau Indah nikah sama gue?" tanya Rendi kepada Feri.
"Ya nggak lah Ren. Gue disini cuma sebagai seorang kakak saja. Semua keputusan ada pada Indah, gue gak bisa ngelarang atau memaksa Indah, untuk menerima elo," jelas Feri.
"Gimana, Ndah? kamu mau atau tidak nikah sama Rendi? kamu gak usah takut, apapun keputusan kamu, kami semua akan menerima dengan ikhlas," ucap Feri pada Indah.
"Iya, sayang. Om gak akan maksa kamu kok, kamu berhak menentukan pilihan kamu sendiri."
"Ini semua keinginan Ayah yang terakhir, sebagai seorang anak hanya ini yang bisa saya lakukan untuk membahagiakan Ayah saya. Saya terima perjodohan ini," ucap Indah.
"Tapi Indah, pernikahan harus dilandasi dengan cinta. Apa kamu bisa mencintai Rendi?" tanya Om Firman.
"Saya akan berusaha mencintai orang yang sudah Ayah pilih untuk menjadi suami saya. Karena saya tahu, Ayah pasti memilih orang baik untuk menjadi imam dalam hidup ku," jelas Inda.
Firman tersenyum bahagia, ternyata Indah bukan hanya cantik tapi dia juga berbakti pada orang tuanya.
"Alhamdulillah," ucap Firman.
"Jadi kapan, kami akan di nikahkan, pa?" tanya Rendi.
"Aish, kayaknya udah gak sabar nih pengen nikah," ucap Feri.
"Indah Om kasih kamu waktu satu bulan untuk memantapkan keputusan kamu ini. Kalian akan Om nikah kan jika kamu sudah bisa mencintai anak Om."
"Terima kasih, Om," ucap Indah.
"Kenapa, nggak langsung nikah aja sih, pa?" ucap Rendi.
Firman hanya menanggapi perkataan Rendi dengan senyuman.
Selesai membicarakan tentang semuanya, Firman dan Rendi langsung pulang!
Setelah Firman dan Rendi pergi, kini hanya ada Feri dan Indah saja di rumah itu.
"Kamu yakin, Ndah, dengan keputusan kamu ini?" tanya Feri.
"InsyaAllah, yakin 'A. Dengan keputusan ini semoga Ayah bahagia di sisinya," sahut Indah.
Feri tersenyum tipis lalu mengusap lengan atas Indah!
"Ayah pasti bahagia melihat kamu bahagia," ucap Feri.
**********
Pagi hari.
Pagi itu Rendi sudah datang ke rumah Feri hanya untuk menemui Indah, sejak Indah menerima perjodohan itu, Rendi gencar melakukan pendekatan kepada Indah.
Akhir-akhir ini Rendi jarang sekali ke kantor, ia lebih sering ke rumah Feri, untuk menemui Indah, lebih tepatnya mengganggu Indah.
Saat ini Rendi sedang berada di rumah Feri, untuk mendekati Indah.
"Bos, ayo ke kantor! dari kemarin lo nggak ke kantor-kantor," ucap Feri.
"Iya, nanti gue nyusul," jawab Rendi.
"Tapi ..."
"Tenang, gue gak bakal macem-macem kok."
"Ya udah, gue duluan ya. Awas kalau lo bikin Indah nangis."
Karena mereka sudah selesai sarapan, Feri segera berangkat ke kantor karena dirinya sedang banyak pekerjaan.
Akhirnya Feri ke kantor lebih dulu. Ia tak mungkin menunggu bosnya itu, bisa-bisa pekerjaan nya numpuk kalau harus menunggu Rendi, pasalnya kemarin ia sudah tak masuk kantor gara-gara menemani bosnya itu.
Feri sudah berangkat ke kantor, kini tinggal Rendi dan Indah di rumah.
Indah sedang mencuci piring kotor bekas mereka sarapan! disisi lain Rendi sedang asyik memperhatikan calon istrinya itu.
Indah terkejut saat mendapati Rendi sedang memandanginya. "Kamu ... kamu ngapain disitu? 'A Feri kan sudah ke kantor," ucap Indah
"Aku tahu Feri udah pergi, aku disini mau berduaan sama kamu," ucap Rendi sembari menaik turunkan alisnya.
"Nggak baik laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim, berduaan di rumah," ketus Indah.
Rendi memandang Indah dengan tatapan aneh, hingga membuat Indah merasa tak nyaman.
"Jangan liatin saya kayak gitu," ucap Indah.
Rendi mendekati Indah! lalu memegang pinggang Indah!
"Kamu mau ngapain, lepas!"
"Sebentar lagi kita mau nikah, apa salahnya kalau aku peluk atau cium kamu?"
Indah mendorong Rendi dengan keras, lalu ia mencoba berlari! tapi tangannya di tarik oleh Rendi! hingga membuat Indah jatuh kepelukan Rendi!
Rendi memeluk Indah dengan erat hingga Indah tak dapat bergerak!
"Rendi, lepaskan aku. Aku sesak," ucap Indah.
"Nggak mau, sebelum kamu cium aku disini," ucap Rendi sembari memanyunkan bibirnya!
"Nggak. Aku ngga mau."
"Kalau aku maksa, gimana?"
"Aku, akan teriak."
Lama mereka berdebat dengan posisi Rendi memeluk Indah!
Rendi memang nakal, tapi Indah juga mulai terbiasa dengan kenakalan calon suaminya itu.
"Indah, kita nikah besok aja ya," ucap Rendi.
"Cepet banget. Om Firman kan ngasih waktunya satu bulan."
"Tapi aku udah nggak tahan."
"Maksud kamu?"
"Iya, aku pengen anu."
Indah menatap Rendi dengan tatapan sinis lalu melepaskan dirinya dari pelukan Rendi!
"Kamu jangan pelit-pelit dong sama calon suami,"
"Pelit gimana, emang kamu minta apa?"
"Ya kalau aku minta peluk, minta cium, kamu kasih dong. Lagian sebentar lagi itu semua akan jadi milikku kan?" ucap Rendi sembari memandang Indah dari atas sampai bawah.
Indah mencubit perut Rendi dengan keras!
"Dasar, mesum!"
"Aww! Aww! Sakit Indah, aku cuma becanda kok."
"Lagian becandanya, keterlaluan, udah sanah pergi ke kantor!" ucap Indah, sembari mendorong Rendi keluar rumah!
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments