"Surya, besok kamu ikut Papa untuk menemui Tiara," ucap Firman pada Rendi.
Rendi yang sedang asyik main ponsel, menatap Papanya sekilas lalu kembali menatap layar ponselnya.
"Gak bisa, Pa besok Feri pulang dari rumah sakit, aku harus menjemputnya lalu mengantarkannya pulang," sahut Rendi dengan gaya malas.
"Jam berapa Feri pulang?"
"Kata dokter sih pagi, sekitar jam delapan atau sembilan pagi."
"Kalau gitu setelah kamu mengantarkan Feri pulang."
"Di kantor banyak kerjaan, Pa."
"Banyak kerjaan atau memang kamu sebenarnya tidak ingin menemui Tiara?"
Rendi kembali menatap Papanya yang kini sudah duduk di kursi yang berada di depannya.
"Pa, aku serius kalau besok aku sibuk. Papa tahu kan kalau Feri gak bisa masuk kantor, gak ada yang bantuin aku meng_handle urusan kantor."
"Kalau mau nolak, jujur saja, Surya jangan banyak alasan."
Firman bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Rendi di ruangan itu!
"Pa! Pa! Papa mau kemana?" ucap Rendi sembari bangkit lalu mengejar Papanya.
"Papa mau tidur," sahut Firman tanpa menoleh ke arah Rendi.
"Pa tunggu dulu, sebenarnya aku sudah jatuh cinta sama gadis lain."
Firman menghentikan langkahnya lalu berbalik badan menjadi menghadap Rendi.
"Surya, Papa tidak bisa memaksamu untuk menikah dengan, Tiara tapi setidaknya temui dia dulu untuk menghormati Papa dan juga Ayahnya Tiara meski Ayahnya Tiara itu sudah meninggal sebelum perjodohan ini terjadi."
Firman kembali melanjutkan langkahnya tanpa menunggu Rendi mengucapkan sesuatu padanya.
Rendi berdiri mematung sembari menatap kepergian Papanya. Ada sesuatu perasaan yang tak bisa dijelaskannya yang mengganggu hatinya.
Setelah beberapa saat hanya berdiri di tempat itu. Rendi berjalan memasuki kamarnya!
Dia menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur!
"Apa aku harus mengikuti keinginan Papa? Tapi itu artinya aku tidak akan pernah bisa memiliki Indah," gumam Rendi.
Rendi menatap langit-langit kamarnya dalam waktu yang lama, pikirannya kacau setelah tahu Papanya ternyata sudah menemukan Tiara tanpa harus pergi ke luar kota untuk mencarinya.
Jam terus berputar, waktu semakin malam, perlahan Rendi menutup matanya dan mulai pergi ke alam bawah sadarnya.
*******
Pagi hari saat Rendi dan Firman sedang sarapan.
"Pa, aku akan menemui Tiara tapi setelah aku mengantarkan Feri pulang," ucap Rendi setelah beberapa saat hanya ada keheningan di ruang makan itu.
Feri menatap putranya yang kini juga sedang menatapnya, sebuah senyuman terukir di bibir Firman.
"Papa tidak mau mengatakan apa-apa setelah mendengar keputusan aku?" tanya Rendi karena Papanya itu hanya diam dalam senyuman.
"Papa ingin tahu bagaimana reaksi mu setelah melihat Tiara."
"Aku tidak akan jatuh cinta dia, Papa tahu aku hanya akan mencintai Indah."
"Terserah kamu tapi kalau ternyata kamu suka pada Tiara, kamu akan Papa hukum."
"Baiklah, siapa takut," ucap Rendi penuh percaya diri.
"Aku permisi, mau jemput Feri," sambung Rendi lalu pergi meninggalkan Papanya tanpa menunggu Papanya menyuruhnya pergi.
*******
Di rumah Feri.
Indah sedang menyiapkan makanan untuk dirinya dan juga Feri, hari itu Indah sangat bahagia karena Feri akan pulang ke rumah setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.
"Aa Feri pasti suka sama sayur ini," gumam Indah lalu dia tersenyum manis.
Untuk sesaat Indah memandangi makanan yang sudah dia siapkan dan sudah ditata rapi di atas meja lalu kemudian dia kembali melanjutkan pekerjaannya yang lain.
*******
Di rumah sakit.
Rendi berjalan menuju ruangan Feri dirawat lalu memasuki ruangan itu setelah dirinya sampai di depan pintu ruangan yang didalamnya ada Feri!
"Sudah siap untuk pulang?" tanya Rendi setelah dia masuk ke dalam ruangan itu.
"Tentu saja sudah siap. Bos bagaimana dengan kabar Indah?" tanya Feri.
"Lo mau pulang kan? Lihat saja sendiri setelah lo tiba di rumah."
Feri tersenyum kecil. "Gue kangen sama dia."
"Lo cinta sama dia?" tanya Rendi sembari menatap Feri dengan tatapan misterius.
"Lo pikir, kangen hanya untuk orang yang dicintai saja? Memangnya kangen sama adik gak boleh? Kangen sama keluarga gak boleh?"
Rendi tertawa kecil. "Gue pikir lo–"
"Apa? Lo pikir apa?"
Rendi menggelengkan kepalanya lalu tersenyum, dirinya merasa konyol karena menyangka Feri mencintai gadis yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri.
"Ayo kita pulang," ucap Rendi sembari berjalan keluar dari ruangan itu.
Mereka pun mulai meninggalkan rumah sakit itu!
*******
Di kampung.
"Sialan! Kenapa si anak sialan itu selalu berhasil kabur!" Vina berteriak didepan orang-orang suruhannya.
"Bu kami sudah mencari, Indah tapi kami tidak menemukan dia," ucap laki-laki itu.
"Saya tidak mau tahu, kalian harus cari anak itu."
"Kami akan mencari, Indah lagi, Bu."
"Tunggu apa lagi? Cepat cari!"
Beberapa laki-laki suruhan Vina itu langsung pergi dari rumah Vina! Mereka harus mencari Indah sampai dapat sebelum Vina murka.
*********
"Udah siap, Pa?" tanya Rendi yang baru menginjakkan kakinya di rumahnya setelah mengantarkan Feri pulang.
"Kamu sendiri?" tanya Firman.
"Siap gak siap harus siap daripada Papa marah."
"Dasar anak nakal," gumam Firman.
Kini Firman dan Rendi sedang bersiap untuk menemui gadis yang akan jadi istri Rendi.
"Pa, apa nggak terlalu cepat? kan papa baru ketemu dia kemarin," ucap Rendi.
"Ketemu aja dulu. Siapa tahu kamu cocok. Lagian Tiara itu cantik kok," jelas Firman.
*******
Di rumah Feri.
"Ndah, kamu masak banyak banget?" tanya Feri.
"Iya. Kan Aa baru sembuh, jadi Aa harus makan banyak," sahut Indah.
*********
Diperjalanan Rendi merasa heran karna Firman melajukan mobilnya menuju rumah Feri.
"Pa, ko kita kesini?" tanya Rendi.
"Iya, kenapa emang?"
"Yakin, papa nggak salah jalan?"
Rendi semakin bingung karena papanya memarkirkan mobilnya di depan rumah Feri! bukanya mereka mau menemui Tiara tapi kenapa malah kerumah Feri.
"Ayo, Surya! malah bengong," ucap Firman.
"Eh, iya pah. Ah mungkin papa mau ajak Feri juga," lirih Rendi lalu ia turun dari mobil!
Firman mengetuk pintu rumah tersebut!
Cklek!
pintu terbuka dan langsung menampakkan wajah cantik Indah.
Indah tersenyum lalu menyalami Firman!
Rendi dan Indah terkejut saat saling bertatapan.
"Kamu!" ucap Indah dan Rendi berbarengan.
Firman menatap Rendi lalu menatap Indah! ada pertanyaan-pertanyaan yang mengisi otaknya, saat ini.
"Ada tamu, kok nggak disuruh masuk Ndah," ucap Feri dari dalam rumah.
Firman semakin bingung kala mendengar suara Feri dari dalam rumah.
"Kalian? Ini gimana sih, kok sepertinya kalian sudah saling kenal?" Firman kebingungan dengan keadaan saat itu.
"Masuk dulu, Om. Gak baik ngobrol didepan pintu," ucap Feri.
Mereka semua pun masuk ke dalam rumah!
Kini mereka sudah duduk di ruang tamu! ada banyak pertanyaan yang menumpuk di kepala Firman.
"Kalian udah pada kenal, dan Feri kenapa kamu ada disini? apa sebenarnya yang terjadi?" ucap Firman penuh rasa penasaran.
"Om ini Indah, adik saya," ucap Feri.
"Indah, bukannya Tiara?" tanya Firman.
"Nama saya Indah mutiarani, Om dan ini Feri orang yang menolong Tiara selama ini," jelas Indh.
"Kalau calon istrinya yang ini sih aku mau pa," ucap Rendi.
"Tiara, ini Surya anak Om, yang Om ceritain itu," ucap Firman.
"Kan udah saling kenal nih. Rendi udah pasti mau sama Indah. Tinggal kamu Ndah, mau ngga sama Rendi?" ucap Feri.
"Jangan terburu-buru. Tiara, kalaupun kamu nggak mau, Om gak akan maksa. Kamu pikirkan aja dulu," ucap Firman.
"Indah, kamu maukan nikah sama aku?" ucap Rendi.
"Kemarin, gak mau ketemu Tiara. Sekarang malah maksa pengen di terima," goda Firman.
"Iya. Kalau Tiara nya yang ini sih, aku gak mau nolak pa," ucap Rendi sambil cengar-cengir.
Firman menggelengkan kepalanya pelan dengan senyum tipis di bibirnya.
"Kamu pikirkan dulu ya, nak, jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari. Kalau Om sih pengennya kalian tetap nikah, tapi keputusan ada di tangan kamu, kamu boleh menolak perjodohan ini," jelas Firman kepada Indah.
Setelah selesai Firman mengajak Rendi pulang! untuk memberikan waktu untuk Indah berpikir.
"Mau ya, Ndah, plis," ucap Rendi.
"Surya, ayo cepat!" ucap Firman sembari menarik tangan Rendi.
"Mau ya, Indah!" teriak Rendi dari dalam mobil.
Indah tersenyum meliat kekonyolan Rendi.
"Bilang aja, mau," ucap Feri.
"Ish, Aa."
Indah segera pergi ke ruang tamu untuk membereskan gelas bekas mereka!
"Rendi, baik kok, Ndah. Ga pernah makan sabun," ceketuk Feri.
"Ih, Aa, malah becanda."
Indah tertawa kecil sambil terus menggerakkan tangannya memindahkan gelas-gelas itu ke nampan untuk selanjutnya dia bawa ke dapur.
Akhirnya Feri malah menggoda Indah, dengan kata-katanya yang nyeleneh. Merekapun bercanda ria walaupun hanya berdua.
"Kamu suka kan sama Rendi? udah Terima aja perjodohan ini," ucap Feri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments