Alana tak menyangka mendengar jawaban Dave seperti itu. Ia pikir Dave akan mengiyakannya saja.
"Tapi Tuan-"
"Kemarilah aku akan mengajarimu Alana. Kau harus bisa Alana, karena Minggu depan aku akan membawamu ke mansion utama. Aku tidak ingin kau direndahkan oleh keluargaku," tutur Dave yang seakan mengerti kebingungan Alana.
Perempuan itu tersenyum tipis, mengangguk, dan bangkit dari kursinya berpindah di sisi Dave. Setelahnya, lelaki itu memberikan contoh Alana dalam memegang garpu dan pisau, lalu memotongnya. Alana memperhatikannya dengan jelas, kemudian ia mencobanya sendiri, tapi sialnya karena terlalu semangat, bukannya daging itu terbelah, justru meloncat ke lantai.
"Aduh!" pekik Alana, salah satu tangannya menutup wajahnya. Ia sungguh benar-benar merasa malu. Apakah menjadi istri orang kaya harus serumit ini. Makan yang tadinya lapar pun menjadi tidak lapar.
Dave tertawa kecil, membuat Alana menoleh ke arahnya. Sesaat ia terkesima melihat lelaki itu tertawa. Tawa yang manis dan memikat siapapun yang melihatnya. Alana segera mengenyahkan pikirannya, memfokuskan tujuan awalnya tentang pernikahan ini.
"Maaf Tuan. Akan aku ambil dan bersihkan lantainya," ujar Alana menghentikan tawa Dave.
"Tidak perlu Alana. Biarkan pelayan yang mengerjakannya." Dave meminta Alana untuk kembali duduk. Ia kembali mengambilkan daging yang baru untuk Alana.
"Tuan, aku bisa makan say-"
"Tidak perlu Alana. Kau pasti bisa aku akan mengajarimu, tenang saja ini tuh sangat mudah," tutur Dave.
Alana menyentak nafasnya, apanya yang mudah. Kalau mudah tentu saja daging itu sudah masuk ke perutnya, bukannya meloncat ke lantai. Ini pasti hanya akal-akalan pria itu untuk membuat dirinya menjadi bahan lelucon. Ternyata pria itu sama saja, suka memanfaatkan, pikir Alana.
Namun, tak ia duga Dave justru beranjak dari kursinya, kemudian berdiri di belakang Alana. Tangannya memegang kedua tangan Alana untuk menggenggam garpu dan pisau. Lelaki itu sedikit membungkuk, hingga membuat nafas hangatnya menyapu pundak Alana.
Alana merasa harus kuat-kuat menahan nafasnya. Apalagi kala merasakan jantungnya berdetak lebih kencang, keadaan seperti ini membuat siapapun yang melihatnya dari posisi belakang akan berfikir, jika Dave tengah memeluk dirinya dari belakang. Padahal lelaki itu hanya tengah mengajari dirinya makan.
"Seperti ini Alana," ujar Dave sambil menuntun kedua tangan Alana. Lelaki itu tersenyum puas.
"Oh iya Tuan. Aku bisa sendiri," ujar Alana gugup.
Dave pun kembali menegakkan tubuhnya, dan duduk di sisi Alana. Lelaki itu menatap ke arah Alana, yang mulai bisa makan dengan caranya, meski masih terlihat kaku.
****
"Ini untukmu." Dave memberikan Alana sebuah sebuah kartu, dan juga kunci mobil.
"Ini?"
"Seperti janjiku Alana. Dan soal rumah kau bisa memilihnya nanti. Karena aku pikir kau bisa memakainya nanti setelah kontrak perjanjian kita selesai," ucap Dave sambil mendudukkan dirinya di sisi Alana.
Perempuan itu tersenyum tipis, sambil menatap ke arah ikan-ikan yang masih setia berenang. Ya keduanya saat itu tengah berada di dekat kolam ikan samping rumah Dave.
"Terima kasih Tuan Dave," ujar Alana.
"Kau bisa memanggilku Dave saja Alana."
Alana tertawa kecil. "Terdengar lucu, karena belum terbiasa."
"Kalau begitu biasakan."
Alana mengangguk. "Besok aku harus mulai kerja lagi."
"Di mana kamu bekerja?" tanya Dave.
"Sentania Grup."
"Jauh juga," ujar Dave.
Alana mengangguk membenarkan ucapan lelaki itu. Memang jika dari rumah Dave terasa jauh, tapi kalau dari rumahnya dulu itu dekat.
"Siapa nama mantanmu Alana?" tanya Dave kemudian.
Alana menoleh terkejut, namun tak urung ia pun menjawabnya. "Edo?"
"Pengusaha showroom mobil?"
Lagi-lagi Alana terkesiap ketika menyadari dugaan Dave tak meleset, lelaki itu banyak mengetahui. "Kau mengenalnya?"
Dave tersenyum penuh arti. "Hanya menebak, seperti tak asing dengan namanya."
Alana masih terdiam, rasanya jawaban Dave kurang membuat dirinya puas.
"Tidurlah hari sudah malam. Persiapkan dirimu, karena Minggu depan aku akan mengajakmu ke mansion utama, untuk bertemu dengan keluargaku. Di sana nanti kamu akan mendapatkan kejutan yang tak terduga," ucapnya sambil tersenyum penuh arti.
"Kejutan?" Alana terkesiap menatap ke arah lelaki itu.
Dave mengangguk. "Iya. Kau harus bersiap diri Alana. Tapi percayalah apapun yang terjadi, aku ada di belakangmu."
Setelah mengatakan hal itu, Dave berlalu pergi. Sambil tersenyum penuh arti.
'Pertunjukkan akan segera dimulai,' gumamnya.
Alana masih sibuk memikirkan ucapan Dave. Bahkan hingga sampai di depan kamarnya, ia masih sibuk menduga kejutan yang dimaksud oleh Dave.
"Tidurlah Alana. Hari sudah malam," ujar Dave tiba-tiba. Lelaki itu tampak keluar dari pintu kamar di sebelahnya.
"I-iya."
"Bagaimana? Apa kau merasa nyaman dengan kamarnya?"
Alana mengangguk. "Nyaman kok!"
"Kalau perlu sesuatu bilang saja pada pelayan. Atau jika kau kurang nyaman dengan kamarnya, kau bisa memilih kamar yang lain, Alana."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Kiromah
apa Edo adik tiri Dave ya?
2024-03-08
0
💕febhy ajah💕
bayangin fahman dan sumbul 😘😘😘😘😘😘
2023-06-14
0
Yanti dian Nurhasyanti
kirain klo g nyaman dikamrnya alana boleh pindah kekamarnya dady dev🤭😜😜
2023-06-06
0