Di dalam sebuah rumah mewah yang terdiri dari dua lantai. Seorang pria tampan, hidung mancung, dalam balutan kemeja abu-abu yang digulung sebatas siku tengah merenung sambil menatap jendela kamarnya yang terbuka. Ia terdiam sembari memandang gemerlapnya pancaran bulan serta bintang yang bertebaran di langit.
Hari yang kian beranjak malam. Namun, ia yang kerap mengalami insomnia pun memang sering kurang tidur. Entah kapan terakhir kali ia bisa tidur nyenyak, ia sama sekali tidak mengingatnya.
Rumah pribadi miliknya itu memang terletak di kawasan kota yang strategis. Dan tidak jauh dari pusat perusahaan miliknya, ia hanya memerlukan waktu tiga puluh menit dari rumahnya. Perusahaan yang bergerak di bidang bonafit itu berkembang begitu pesat. Namun, tetap saja hatinya terasa kosong sampai detik ini, ia begitu enggan mencoba membuka hatinya untuk orang yang baru.
"Tuan Dave?" Seru Zain menyapa.
Dave yang melihat kedatangan asisten pribadinya itu menoleh. Biasanya jika Zain datang tiba-tiba, ada sesuatu yang ingin disampaikan.
"Ada yang ingin kau sampaikan Zain?" tanya Dave melangkah dan duduk di bibir ranjang.
Zain yang berdiri di ambang pintu. "Ya Tuan."
"Katakan?" titah Dave.
Zain menghela nafasnya. "Tuan Jonas meminta anda untuk menghadiri makan malam keluarga."
"Kapan?"
"Minggu depan."
Dave tersenyum masam. "Apa yang kau ketahui dalam rencana makan malam itu, Zain?"
"Tuan Jonas hanya mengatakan anda harus hadir, tidak boleh absen dalam makan malam keluarga besar dalam bulan ini. Karena, nanti di acara itu juga, Tuan akan mengundang keluarga Nona Natasha. Yang saya dengar, keluarga anda sekalian akan menentukan tanggal pertunangan anda dengannya," terang Zain.
Dave memalingkannya wajahnya kembali menatap ke arah jendela. "Aku tidak akan datang. Karena aku menolak perjodohan itu. Suruh saja putra dari perempuan itu untuk menikah dengan Natasha," sergah Dave kesal. Pasalnya lelaki itu memang tinggal secara terpisah dari orang tuanya, menurutnya tinggal sendiri jauh lebih nyaman dibandingkan dengan keluarganya yang penuh dengan drama.
Zain terdiam sesaat, memikirkan apa yang harus ia katakan selanjutnya.
Dave bangkit dari tempatnya. "Zain?"
"Ya Tuan?"
"Kau punya ide untuk aku menghindari perjodohan ini?" tanya Dave selanjutnya.
Zain mengerutkan keningnya, lalu menggeleng. "Alasan Anda tak menerima perjodohan itu kenapa Tuan?" Sang asisten itu justru bertanya balik, membuat Dave berdecak kesal. Sepertinya hanya Zain seorang yang berani dengan Dave untuk saat ini. Lelaki itu memang bukan hanya sekedar asisten, pasalnya Zain juga merupakan sahabat Dave sejak masa kuliah.
"Tentu saja karena aku tidak menyukainya. Tidak ada yang menarik darinya. Ya, meskipun ia cantik, berkarier, mapan. Tapi aku tidak suka perempuan manja," ujar Dave kemudian membuat Zain mengangguk paham.
"Saya paham, Tuan. Anda ingin menghindari perjodohan ini?"
"Hemm!"
Zain terdiam mencoba mencari jalan keluar. "Tuan pernahkah anda mendengar tentang sebuah pernikahan kontrak?"
Mendengar pertanyaan sang asisten, membuat Dave menoleh ke arahnya dengan kesal. "Hei apa yang kau pikirkan? Jangan bilang kau berniat menyarankan aku untuk tetap menerima perjodohan itu, lalu membuat kesepakatan dengan Natasha untuk pernikahan kontrak," sergahnya.
"Bukan itu Tuan, maksud saya," bantah Zain.
"Lalu?" pungkasnya penuh selidik.
Zain menyandarkan punggung di ambang pintu. "Maksud saya. Tidakkah anda berniat untuk mencari perempuan lain, yang berniat menerima tawaran pernikahan kontrak dengan anda."
"Gila! Apa bedanya pernikahan kontrak dan beneran. Dan kau pikir aku harus mencari perempuan seperti itu di mana?"
"Beda Tuan. Menurut saya, jika anda menikah dengan perempuan lain. Tuan Jonas akan berhenti untuk menjodohkan anda. Hal yang pasti anda terhindar dari Natasha lebih dulu. Sementara untuk perempuan yang anda nikahi nanti, anda bisa membuat perjanjian untuk anda dan dirinya yang saling menguntungkan," ujar Zain memberi solusi.
Dave hanya terdiam dengan perasaan bingung. Pernikahan? Sejujurnya ia sama sekali tidak ada keinginan untuk menikah. Apalagi dengan perempuan asing. Bagaimana bisa ia menikah, sementara hatinya telah terbawa dengan perempuan yang teramat ia cintai. Janji untuk saling menunggu itu masih ia pegang teguh, meski lima tahun lamanya tanpa kabar.
"Tuan?"
Panggilan Zain membuyarkan lamunan Dave.
"Anda baik-baik saja?" tanya Zain khawatir, pasalnya wajah atasannya itu tiba-tiba berubah menjadi sendu. Ia takut sarannya tadi justru membawa bencana.
"Aku baik-baik saja. Pergilah! Soal makan malam Minggu depan. Akan aku pikirkan nanti, Zain!" ujar Dave kemudian.
"Baik Tuan. Saya permisi!" Zain berlalu pergi seraya menutup pintu kamar Dave.
Seusai kepergian Zain. Dave kembali menghela nafasnya, kemudian menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, menatap langit-langit kamarnya. Mencoba memejamkan kedua matanya, hari ini tubuhnya sudah lelah. Kemudian mendengar kabar yang dibawa Zain, ia merasa bebannya semakin bertambah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Umiie'ne Naza
tor knp, cerita nya reka Sama sea Di hps
pdhl bagus, tk tungguin eehh, GA nongol " rupanya Di hps
2023-06-16
1
Yanti dian Nurhasyanti
pernikahan saling menguntungkan sampe punya anak 3🤭😂😂😜
2023-06-06
0
Rini Musrini
kenapa menunggu orang yg sfh lama tak ada kabar lima tahun bukan waktu yg sebentar . bisa jd yg dave tunggu sdh sm yg lain .
2023-03-17
1