"Kalian menjijikkan! Kau sangat menjijikan Edo. Dan kau Tisa hanyalah seorang pelacur!"
"Alana harusnya kamu sadar. Hanya karena kecantikan dan kepolosbamu, tak lantas dapat mendapatkan apa yang kamu mau!" teriak Tisa tak terima kala Alana menyebut dirinya pelacur.
"Paling tidak aku tidak menjajakan tubuhku pada sembarang lelaki. Apalagi pada pacar sahabatku!" sindir Alana.
Tisa tertawa. "Jangan sok suci Alana. Kamu pikir siapa yang mau menikahi perempuan seperti dirimu, kau hanyalah modal tampang doang. Apalagi mengingat kondisi ibumu yang mempunyai penyakit menjijikan itu, ku rasa tidak akan pernah ada laki-laki yang mau menikahi dirimu. Jangan mimpi!" sergah Tisa.
Alana mengepalkan kedua tangannya, menekan rasa sakit dalam hatinya. Dalam hati ia berjanji akan membalas setiap kata hinaan yang terlontar dari bibir kedua orang di hadapannya kini. Tanpa sebuah kata Alana berlalu keluar dari kamar itu. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat kue yang ia bawa untuk Edo masih rapi di atas meja. Lalu dengan gerakan pelan, Alana mengeluarkan kue itu, dan kembali ke kamar.
Edo yang duduk di pinggir ranjang dengan Tisa yang berdiri di sampingnya menoleh saat melihat Alana kembali.
"Alana?"
Alana tersenyum manis membawa kue di hadapan Edo. "Niatku datang sebenarnya untuk memberikan ini. Memberikan kamu kejutan, tapi ternyata kejutannya berbalik ke aku. Jadi, selamat ulang tahun Pengkhianat!"
Tanpa diduga, Alana melemparkan kue itu tepat di wajah Edo. Sontak membuat Edo kaget, dan Tisa menjerit. Tisa berusaha membantu Edo untuk membersihkan kue itu, hingga ia tidak mengetahui saat Alana kembali masuk dengan membawa satu ember air penuh.
Byurrrrr!
Tanpa disangka Alana mengguyur tubuh Tisa dengan seember air itu, membawa tubuh perempuan itu basah kuyup. Alana tersenyum puas.
"Alana kamu gila!" Bentak Tisa.
"Kamu apa-apaan Alana!" Edo pun tak kalah kerasnya membentak Alana.
Alana tak perduli, setidaknya ia merasa puas telah berhasil membalaskan rasa sakit hatinya meski tidak sepenuhnya.
"Pengkhianat dan penggoda itu memang pantas untuk bersatu. Kalian sangat cocok, sama-sama menjijikkan. Tak punya perasaan, tapi ingat? Suatu hari kalian akan menuai karma dari apa yang kalian perbuat. Saat itu terjadi akulah yang akan tertawa lebih kencang. Aku berjanji akan membalaskan rasa sakit yang berhasil kalian beri ini. Setiap kata hinaan yang terlontar dari mulutmu telah ku rekam dengan baik-baik!"
Setelah berkata demikian, Alana langsung berlalu pergi. Meninggalkan Edo yang nampak kaget, dan Tisa yang dalam keadaan basah kuyup. Alana berlari masuk ke dalam lift.
Keluar dari lift, Alana langsung berlari menuju motornya tanpa perduli hujan yang deras.
Bruk!!!
Alana terjatuh ketika tubuhnya tak sengaja menabrak seorang lelaki.
"I'm sorry!" lelaki itu mengulurkan tangannya berniat membantu Alana.
"Aku baik-baik saja!" sahut Alana, seraya bangkit dari tempatnya tanpa membalas tangan lelaki asing itu. Alana terus berlari ke arah motornya, menerjang hujan deras, yang membuat tubuhnya basah kuyup. Bahkan ia sampai menggigil kedinginan. Tapi, Alan tak perduli, saat ini hatinya jauh lebih sakit ketika berusaha menerima kenyataan yang ada. Alana berkali-kali mencoba menyalakan motornya, sialnya karena terburu-buru ia merasa motornya sudah nyala. Lagi Alana menundukkan kepalanya, kembali menangis merasakan sakit di seluruh tubuhnya, bukan hanya hati ia merasa dari ujung kaki hingga rambut pun ikut sakit.
Sementara tak jauh darinya, lelaki yang tadi sempat bertabrakan dengan Alana, masih memandang perempuan itu dengan gurat wajah bingung. Entah perasaan apa yang mendorongnya begitu betah memandang Alana. Hingga perlahan motor Alana berhasil nyala, kemudian berlalu pergi.
Alana mengendarai motornya dengan pelan, air matanya tak henti menetes saat ini. Ia merutuki dirinya yang teramat lemah, hingga membuat Tisa berhasil menghinanya. Tapi ini memang sangat sakit? Alana tak mampu untuk bersandiwara berpura-pura bahwa ia baik-baik saja. Bila kenyatannya hatinya memang sakit.
Pantas saja. Ketika ia meminta untuk di kenalkan dengan keluarganya, Edo selalu berusaha mengalihkan pembicaraan, atau paling tidak menunda dengan mencari alasan. Namun, tak ia sangka jika saat itu Edo tengah bermain api di belakangnya.
Tiba di rumah Alana langsung memarkirkan motornya sembarang tempat, kemudian langsung berlari ke kamarnya, dan langsung ke kamar mandi. Alana menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya seraya terisak meratapi nasibnya.
"Edo sialan! Tisa brengsek. Kalian pengkhianat!" umpat Alana berkali-kali.
Biarlah untuk kali ini ia menyalurkan rasa sakitnya. Biarkan ia menumpahkan tangisnya, sampai keadaan tenang. Alana mampu mengendalikannya diri, tak akan menangis demi pengkhianatan itu. Tapi, saat ini Alana masih perlu waktu. Selama ini ia tak pernah dekat dengan lelaki ia pikir Edo adalah lelaki yang tulus, namun tak ia sangka lelaki itu adalah penjilat dan penjahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Enung Samsiah
harus d kasih racun tuh siedo,,,, diemprin
2023-05-07
0
Nona chan
aiss cabut aja nyawa org" yg suka selingkuh. hidupy gk berguna
2023-03-28
0
Anna Nuryani
udah bsa nebak sih dr td
2023-03-21
0