"A-alana?" ucap Edo dengan terbata-bata.
Edo terperangah mendapati kekasihnya tengah berdiri di ambang pintu dengan tatapan tajamnya. Ia langsung bangkit dari atas tubuh Tisa, dan buru-buru memakai pakaian kembali. Alana memalingkan mukanya, sesaat merasa jijik pada seluruh tubuh Edo. Sementara Tisa yang melihat Edo terengah kemudian bangkit, segera beringsut menutupi tubu telan jangnya dengan bantal.
"Berapa lama kalian melakukan hubungan ini?" desis Alana dalam nada kemarahan.
"Alana...."
"JAWAB! EDO! Kenapa kau mengkhianati ku! Dasar pengkhianat! Sialan!" Alana berteriak hingga suaranya terdengar melengking, tak peduli sekalipun perkataan kasar yang saat ini tengah keluar dari mulutnya.
"Alana tenanglah sedikit." Edo berusaha menenangkan Alana.
Namun, ia sama sekalian tak perduli ucapan Edo. Perempuan itu justru melangkah mendekati Tisa dengan tatapan tajam, seperti hendak me nguliti nya hidup-hidup.
"Bangun kau! Dasar pelacur!!"
Belum sempat Alana tiba di dekat Tisa, Edo langsung sigap menghalangi Alana.
"Alana! Berhenti, kita bisa biacarakan ini baik-baik!" bentak Edo yang berhasil membungkam mulut Alana. Perempuan itu terkejut mendapatkan kekasihnya kini berkata keras padanya, dan sialnya demi perempuan lain. Hal ini membuat Alana paham keadaannya kini.
Tisa bangkit dari ranjang dengan pelan, lalu memakai pakaiannya yang sempat teronggok di lantai. Alana terus menatapnya dengan marah.
"Alana sebenarnya kamu itu tidak perlu semarah ini," ucap Tisa santai.
"Apa??"
Tisa tersenyum mengejek Alana. "Kamu harus tahu. Edo adalah lelaki dewasa, tentunya membutuhkan kebutuhan dewasa. Namun kau justru memperlakukannya seperti anak SMA. Seakan-akan pacaranmu adalah cinta monyet. Dia seperti anak kecil saat bersama denganmu!"
"Tisa?!" tegur Edo pelan.
"Tidak! Dia harus mengerti Edo. Jika tidak semua orang harus tunduk padanya," ucap Tisa memandangi Alana sinis.
Alana menyentak nafasnya. "Itukah ucapan seorang perempuan yang merebut pacar dari sahabatnya? Ternyata aku sama sekali tidak mengenalmu, Tisa?"
Tisa tertawa kencang. "Ya memang tidak. Untuk apa kita saling mengenal!"
"Tapi aku benar-benar menganggapmu sa-"
Tisa melambaikan tangannya memotong ucapan Alana dengan cepat. "Kita tidak benar-benar menjalin persahabatan. Karena aku mendekatimu hanyalah untuk mengambil apa yang aku inginkan!"
Alana mengepalkan kedua tangannya. Lalu menarik nafasnya, sekuat tenaga ia masih mencoba meredam emosinya yang meluap. Sesaat ia mengalihkan pandangannya pada Edo yang tertegun di atas ranjang, sementara Tisa masih betah memandang nya dengan wajah sinisnya, tersenyum dengan bangga jika apa yang ia inginkan telah tercapai.
"Lalu apa penjelasanmu Edo? Kamu tau dia sahabatku dan kamu teganya mengkhianati ku?" cecar Alana.
Edo bangkit dari tempat duduknya.
"Berapa lama kalian menikamku dari belakang seperti ini?"
"Setahun!" tegas Tisa.
"Edo??"
"Hampir setahun Alana," jawabnya lirih seraya menoleh ke arah Alana.
"Kenapa?"
Edo mengacak rambutnya. "Tidak ada alasan. Tapi apa yang dikatakan Tisa memang benar adanya."
"Jadi masalahnya di ****? Karena aku tidak pernah memberikan hal itu, hingga kamu tega mengkhianati ku. Edo bukankah kamu prinsipku, kau nikahi aku maka aku akan dengan senang hati memberikannya padamu."
Edo mendekat dan membelai pipi Alana, tapi perempuan itu segera menepisnya. "Masalahnya aku belum siap menikah? Apalagi dengan perempuan seperti mu?"
"Kenapa denganku?" tanyanya dengan perasaan perih.
"Kamu memang cantik, tapi aku merasa bosan setiap kali aku ajak kamu berbicara, kau hanya bisa tersenyum tanpa–”
"Beda dengan Tisa. Yang mampu memberikan kehangatan padamu di atas ranjang?"
Edo mengangguk, membuat Alana merasa ingin menangis sekencang-kencangnya.
"Kalau begitu kenapa tidak memutuskanku? Kenapa memilih main di belakangku seperti ini?"
"Sudah jelas bukan karena Edo bosan dan malas mendengar rengekan dirimu!" tukas Tisa. Dengan pandangan kemenangan ia berdiri di sisi Edo. "Kamu tahu Alana? Kamu hanyalah perempuan lemah yang selalu memohon untuk dinikahi."
Alana memandang Tisa dengan pandangan tak berkedip, terkejut mendapati sifat asli Tisa kini, berbeda dengan Tisa yang ia kenal belakangan ini. Entah kemana perginya sifat baiknya itu? Mungkin kenaikannya hanyalah topeng.
"Benar begitu Edo?" tanya Alana.
Edo menganga lemah, "dia benar Alana. Ajakan nikahmu membuatku bingung. Sementara aku sendiri belum siap untuk menikah, dan mungkin entah sampai kapan. Aku belum membutuhkan seorang istri."
"Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya langsung?" teriak Alana.
"Karena aku masih menyayangimu!" Ujar Edo seraya merangkul Tisa. "Tapi aku aku juga menginginkannya!"
Alana memejamkan kedua matanya, seiring dengan hal itu air matanya menetes membasah pipinya. Ia tak menyangka surprise yang ia rencanakan untuk sang kekasih, justru berbalik membuat ia terkejut. Hatinya sakit, remuk redam oleh dua orang yang ia sayangi.
Di luar hujan kembali deras mengguyur bumi, namun keadaan berbalik pada suasana kamar itu, terasa panas membara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Mebang Huyang M
baru baca udh bikin nyesak.
2024-02-24
0
Mi Iwan
Kok banyak karyanya dihapus dari noveltoon..?? Apa pindah pafon, thor...??
2023-06-14
0
Lina Maulina18
semoga dirimu g menyesal telah membuang berlian demi batu kali
2023-06-08
0