"Kamu yakin kalau Nona Alena itu istrinya Tuan Dave?" tanya Udin selaku sopir yang bersamanya sejak tadi.
"Kayaknya sih iya!" jawab Salma.
Tanpa mereka sadari obrolan keduanya pun di dengar oleh Alana. Perempuan itu memang sudah kembali dari toilet, mendengar jika kedua pekerja rumah suaminya tengah membicarakannya, Alana lebih memilih menguping nya lebih dulu.
"Kapan mereka nikahnya. Kok tidak rame-rame. Wartawan pun tidak ada yang tau," ujar Udin heran.
"Aku tidak tau. Karena saat itu kan aku mendapatkan telpon dari Tuan Zain untuk menyiapkan kamar untuk istrinya Tuan Dave, begitu saja. Aku juga diminta untuk menjadi pelayan pribadinya. Sebagai seorang pelayan aku hanya menurut saja," ungkap Salma.
Udin hanya mengangguk, meski sebenarnya ia merasa penasaran. Namun, sebagai seorang karyawan ia hanya bisa diam saja.
"Beruntung banget ya Nona Alana menikah dengan Tuan Dave. Padahal selama ini yang ku tau, Tuan Dave tidak pernah membawa perempuan, bahkan yang ku dengar ia berkali-kali menolak perjodohan yang orang tuanya rencanakan," kata Salma. Perempuan yang sudah bertahun-tahun menjadi pelayan di kediaman pribadi Dave.
"Iya! Meski aku tidak tau apa yang mendasari pernikahan itu terjadi. Menurutku ini terdengar aneh, seorang pengusaha masa menikah diam-diam. Tapi, apapun itu aku tetap mendukung keputusan Tuan Dave. Lagian menurutku Nona Alana itu perempuan yang baik!" timpal Udin kemudian.
"Semoga pernikahan mereka langgeng sampai maut memisahkan!" ucap Salma.
"Amin," sahut Udin sambil tertawa kecil, karena ia tiba-tiba melihat Alana telah kembali dan sudah berdiri di belakang Salma.
"Ehem!" dehem Alana.
Salma menengok. "Eh Nona Alana," sahutnya.
"Maaf ya, aku lama."
"Tidak kok Nona. Tenang saja, tapi kalau Nona sudah kembali lebih baik sekarang kita pulang. Takutnya Tuan Dave kembali Nona belum pulang, saya tidak mau dikira nyulik anda," celetuk Udin. Alana mengangguk, memilih menurut.
Sampai di rumah Salma langsung meminta teman-temannya untuk membantu barang-barang yang tadi ia beli, untuk dibereskan di kamar Alana. Hingga lemari milik Alana rasanya menjadi penuh dengan barang-barang mewah itu.
Alana terus memukul samsak tinju itu dengan keras. Ia meluapkan segala emosi dalam dirinya, melalui pukulan tangannya. Pertemuannya dengan Tisa tadi membuat moodnya berantakan. Meski ia ada setitik rasa puas, saat melihat Tisa di usir dari toko itu. Tetap saja aja ia merasa jengkel. Ia tidak tau jika kini Alana telah menjadi istrinya siapa? Dengan seenaknya merendahkan Alana di depan umum.
Alana terus memukul samsak tinju itu, hingga membuat bulir keringat perlahan mengalir dari keningnya.
"Perlu teman?" Suara Dave di belakang tubuhnya membuat kegiatan Alana terhenti. Perempuan itu berbalik, tampak lelaki dalam balutan kemeja putih itu melangkah mendekati dirinya.
"Dave?"
Lelaki itu mengangkat kedua alisnya. "Kenapa tidak menjawab pertanyaanku?"
"Tidak. Aku hanya...."
"Kau seperti tengah melampiaskan kemarahanmu. Bukankah rasanya kurang puas jika tidak ada lawan. Bagaimana jika membantumu," tawar Dave.
Alana menatap lelaki itu tak percaya. Bagaimana bisa ada orang mau bermain-main samsak menggunakan pakaian formal kerja seperti itu. Apakah lelaki itu tengah bercanda.
Seakan mengerti kemana arah pikiran Alana. Lelaki itu tersenyum tipis, kemudian mulai melepaskan satu persatu kancing kemejanya.
"Dave kau mau apa?" pekik Alana.
"Tentu saja membuka pakaianku. Mana mungkin aku melawanmu dengan pakaian formal seperti ini. Bukankah begitu pemikiran anda, Nona Alana?" ujar Dave yang telah berhasil melepaskan seluruh kancing kemejanya.
'Sial, bagaimana dia bisa tau pikiranku!' rutuk Alana.
Di saat Alana masih terdiam dalam lamunannya. Dave sudah selesai melepaskan kemejanya, kemudian meletakkannya di atas bangku, tak lupa ia mengambil sepasang sarung tangan tinju.
"Ayo Alana, kita bermain bersama," kata Dave yang telah siap.
Alana tersentak menatap ke arah lelaki itu.
'Astaga, bagaimana aku bisa konsentrasi kalau melihat tubuh setengah telan Jang nya itu, di depanku,' gumam Alana. Pasalnya saat ini Dave sama sekali tak menggunakan pakaian, meski hanya sekedar kaos dalam.
"Ayo!" desak Dave.
"Emm Tuan, tidak memakai kaos apa gitu?" tanya Alana dengan gugup. Ia menahan diri untuk tak terpesona pada bentuk otot kekar dalam perut lelaki itu.
"Tidak perlu. Hanya sebentar, lagian aku juga merasa gerah. Kan aku baru pulang," jawab Dave.
"Baiklah." Alana menjawab dengan pasrah.
Dengan penuh semangat keduanya mulau bermain, saling bergantian memukul samsak tinju itu.
"Ayo Alana. Keluarkan semua amarahmu," titah Dave dengan semangat mengompori Alana.
Alana semakin semangat dan cepat menggerakan pukulannya. Sambil mengumpat.
"Tisa dan Edo sialan. Awas saja kalian, ku jadikan kalian perkedel nanti," umpat Alana.
Dave tertawa kecil mendengarnya. Hal itu membuat Alana merasa kesal.
"Kenapa hanya tertawa, ayo lawan aku Tuan Dave??" tantang Alana.
"Baiklah!"
Dave memulia pukulannya, dengan semangat. Keduanya terus saling berebut.
Brugh!!
Tubuh Alana terhuyung ketika samsak tinju itu tak sengaja mendarat di tubuhnya, akibat pukulan Dave.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Mebang Huyang M
kenapa ceritanya jadi da jelas. alana kok tau tinju. berdebar pula jantung mrk dua si dev... cepat benar. baru 2 atau 3 hari mrk satu atap klu da salah ya.
2024-02-24
0
Fitriyani Puji
aduh kekuatan dave seratus lima puluh persen hhhhh
2023-03-06
0
Bzaa
semoga Dave bucinnnn duluan
2023-02-14
2