Sang CEO Tersakiti
Di sebuah bangunan tua yang terbengkalai, terlihat seorang pria remaja duduk di kursi dengan kedua tangannya diikat erat oleh jeruji besi. Namanya Raka Alberto, seorang pria berusia 14 tahun dan ia menjadi anak yatim piatu saat kedua orang tuanya dibunuh oleh sahabat dekatnya.
"Dimana aku?" ucap Raka saat membuka kedua bola matanya dan ia merasakan tubuhnya sulit digerakkan.
Raka menatap ke sekelilingnya yang dipenuhi benda rongsokan dan beberapa tikus yang berlari kesana-kesini.
"Uncle Leo! Uncle, tolong aku." lirih Raka berusaha melepaskan kedua tangannya diikat erat saat beberapa tikus itu mulai menaiiki tubuhnya.
"Ternyata kau sudah bangun." suara berat milik seseorang yang sangat familiar didengarnya itu sedang melangkah masuk untuk mendekatinya.
Raka menoleh menuju sumber suara dan terukir senyuman bahagia di wajah tampan milik Raka.
"Uncle, tolong aku untuk melepaskan ikatan di kedua tanganku." Pinta Raka menatap ke arah Leo yang telah berdiri di depannya.
"Hahaha..." gelak tawa Leo menggelegar mengisi ruangan sunyi dan minim cahaya. Walaupun begitu, Raka dapat melihat jelas Uncle Leo sedang tertawa bahagia.
"Huft, bukannya menolongku, malahan Uncle memilih tertawa." batin Raka.
"Uncle, ada apa denganmu? Cepatlah, bantu aku untuk melepaskan ikatan ini membuat tubuhku terasa sakit." Perkataan Raka berhasil menghentikan tawa Uncle Leo.
Leo menetralkan nafasnya dan ia memberikan tatapan tajam bak elang menuju ke arah Raka.
"Untuk apa aku membantu melepaskanmu, sementara, aku sudah sekian lama memikirkan rencanaku berjalan dengan lancar." Leo menarik dagu Raka hingga tatapan mereka sangat dekat.
"Awww... Sakit, Uncle." lirih Raka merasakan dagunya dicengram kuat hingga meninggalkan warna kebiruan.
"Sakit ini tidak seberapa dibandingkan ayahmu yang berani merebut Riski wanita panutan hatiku." balas Leo.
"Ap-apa maksud Uncle? Apakah Riski itu nama ibuku?" tanya Raka memastikan.
Bug! Bug!
Raka terpental ke arah belakang diikuti kursi yang sedang ia duduki. Raka memuntahkan darah segar dari mulutnya saat ia merasakan perutku dipukul kuat oleh Leo. Raka menatap sendu ke arah Leo yang berjalan cepat untuk mendekatinya.
Bug! Bug! Bug!
Bug! Bug! Bug!
"Akhhh!" pekik Raka saat tubuhnya benar-benar terasa sakit dan sukmanya hampir keluar dari tubuhnya.
"Kamu benar. Ibumu merupakan wanita kesayanganku. Ibumu lebih memilih ayahmu dibandingkan aku tulus mencintainya. Andaikan saja, Ibumu memilih aku menjadi pasangan hidupnya. Maka, aku pastikan kau terlahir sebagai anakku dan ibumu hidup bahagia. Tapi, takdir tidak berpihak padaku, aku terpaksa menghilangkan nyawa kedua orang tuamu." jelas Leo panjang lebar.
Sementara, Raka kondisinya sudah babak belur. Ia masih mendengar dengan jelas perkataan orang yang sudah ia anggap sebagai orang tuanya.
"Uncle, aku tidak menyangka kalau kebaikanmu selama ini ada udang dibalik gorengan. Aku sungguh benar-benar kecewa atas perbuatanmu yang telah memisahkan aku dengan kedua orang tuaku." Raka berusaha bangun tapi tetap saja kursi yang ia duduki terus menimpa tubuhnya.
"Uncle, tolong jangan begini. Sadarlah, kalau perbuatanmu ini salah dan tidak pantas untuk dilakukan." Raka berusaha memberi saran pada Leo. Tapi, sepertinya, Leo Sudah gelap mata dan ia tidak mendengarkan perkataan Raka.
"Uncle, tolong jangan sakiti aku. Aku tidak bersalah. Tolong hentikan, Uncle." lirih Raka saat menerima pukulan bertubi-tubi hingga ia membiarkan kedua bola matanya terpejam dan sebelum itu, ia mendengarkan kata-kata terakhir dan terniang-niang hingga sekarang.
"Aku akan membunuhmu," ucap Leo tegas.
Perkataan itu membuat Raka terbangun dari tidurnya. Raka membiarkan tubuhnya menyender di ujung kepala tempat tidur.
"Hah... Hah..." Raka merasa sedikit sesak nafas dan ia mengatur deru nafasnya agar beraturan.
Ceklek!
Raka menoleh menuju pintu kamarnya yang dibuka oleh seseorang dari luar. Raka melihat wanita paruh baya tapi tetap terlihat cantik dengan perawatan mahal dan berkualitas.
" Raka, kamu sudah bangun. Ayo bersiap-siaplah! Sudah ada Mita di ruang makan," ucap Melati yang merupakan nenek Raka dan keluarga satu-satunya.
Sejak kejadian 14 tahun yang lalu, tepatnya, di desa terpencil yang konon katanya tempat pemuja iblis. Raka ditemukan oleh warga yang tinggal di desa sebelah dan saat itu pula, Nenek Melati merawat Raka yang mengalami masa koma selama 6 bulan di rumah sakit. Tidak hanya itu saja, setelah Raka sadar, Raka pindah daerah yang jauh dari tempat kota kelahirannya.
Raka tersenyum tulus saat menatap ke arah nenek tersayangnya.
"Baik nek, terima kasih sudah memberitahuku. Aku akan mandi dulu, tolong beritahu Mita untuk makan dulu. Nanti, setelah aku sudah mengenakan pakaian rapi, maka aku akan turun ke bawah." sahut Raka pada Nenek Melati. Setelah mendapatkan jawaban dari Raka, Nenek Melati undur diri.
Raka bangun dari duduknya dan ia berjalan menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.
Satu jam kemudian, Raka telah mengenakan pakaian casual berwarna biru yang senada dengan celananya. Tidak lupa, Raka memasukkan jaket tebal pada tas ranselnya. Mengingat hari ini, Raka dan Mita akan pergi berlibur ke daerah kepulauan yang terletak kota x terpencil dan asri akan keindahan kekayaan alam itu. Makanya, Raka memilih membawa tas ransel besar yang sudah ia siapkan beberapa pakaian, uang, dan makanan untuk ia bawa di daerah tersebut.
Sebenarnya, Raka menolak permintaan Mita untuk berlibur menyusul teman-teman lain lebih dulu pergi kesana. Tapi, Raka sangat mencintai Mita, apapun akan ia lakukan demi kebahagian Mita.
"Semua keperluan telah selesai disiapkan, tinggal aku sarapan pagi saja." lirih Raka sambil membawa tas ransel berukuran besar yang cocok dengan tubuhnya terlihat mempesona dengan diukiri kotak sispek menunjukkan ia berusia 28 tahun itu siap menempuh hubungan serius menuju jenjang pernikahan.
Raka berjalan keluar dari kamarnya dan ia menuruni anak tangga rumah mewahnya dari hasil tabungannya merintis karier menjadi pengusaha formula hingga mencapai dirinya menjadi CEO di perusahaan yang ia dirikan berhasil menduduki posisi perusahaan terkaya pertama di bidang Tekstil di kota Z. Raka menatap ke sekelilingnya dan pandangannya terkunci saat melihat Mita sedang tertawa lepas bersama Nenek Melati. Raka berjalan mendekati meja makan yang sudah berisi beberapa makanan nasi goreng, roti panggang, susu putih menjadi kesukaan Raka.
"Ehem..." deheman Raka mengalihkan pandangan Mita dan Nenek Melati.
"Cucu tampanku duduklah, nenek telah memasakkan makanan kesukaanmu sendiri," ucap Nenek Melati dengan senyuman tulusnya dan dibalas anggukan oleh Raka.
Raka memilih duduk berhadapan dengan Mita agar ia dapat melihat paras wajah cantik Mita.
"Biar aku saja yang mengisi makananmu." Mita mulai menyeduhkan nasi goreng di piring Raka serta menaruh susu di gelas Raka. Hal itu, tidak lepas dari pandangan Raka yang senang dengan perhatian Mita padanya.
"Terima kasih." Setelah itu, Raka langsung memakan makanan itu dengan lahap dan Mita yang sudah menyelesaikan sarapannya tadi, ia memilih menunggu Raka selesai makan.
"Jadi, kalian ingin berlibur di kota X yang terkenal dengan daerah kepulauan itu? Bukankah, disana terdapat bangunan tua yang terkenal angker. Apakah kalian tidak merasa takut untuk melewati kota itu?" ucap Nenek melati membuat Raka menghentikan aktivitas sarapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Yuki Onna
Ada Naruto nyasar di sini😁😁
2023-06-07
0
Heavenly Demon
semangat updatenya....
2022-11-23
1