Raka menatap ke arah tas ransel mini berwarna pink yang pastinya milik wanita yang menolongnya.
"Ternyata masih ada orang baik yang mau menolongku saat aku terluka." lirih Raka.
Tidak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dan ia melihat ada dua dokter dan empat perawat yang memeriksanya. Sementara Launa memilih menunggu di luar ruang saja. Ia tidak mau menganggu aktivitas pegawai medis untuk memberikan pelayanan pada pasiennya.
"Semoga Kak Raka tidak mengalami luka parah," ucap Launa terdengar tulus.
"Nona Launa," ucap perawat laki-laki yang berjalan mendekati dirinya.
Seketika Launa berdiri dari kursi luar ruangan dan ia menatap heran pada perawat itu.
"Iya, ada apa?"
"Nona bisa masuk ke dalam, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan oleh dokter."
"Baiklah." Launa mengikuti langkah kaki perawat yang berjalan masuk ke dalam ruang rawat Raka.
Disana Launa melihat Raka sedang diperiksa oleh dokter laki-laki bagian tulang dan dokter perempuan sedang menunggu dirinya untuk memberikan penjelasan.
"Dokter," ucap Launa yang duduk di sofa yang berhadapan dengan Dokter perempuan.
"Baiklah, saya langsung jelaskan saja berdasarkan keluhan pasien dan pemeriksaan medis. Tuan Raka mengalami patah tulang dan ada beberapa jahitan di kulitnya membutuhkan perawatan khusus. Semua biaya rumah sakit sudah lunas tapi--" perkataan Dokter perempuan bernama Misa terhenti sejenak.
Launa terlihat tidak sabar untuk menunggu penjelasan selanjutnya.
"Iya Dok, bisa dilanjutkan."
"Tapi Tuan Raka tidak memiliki orang yang menunggu dirinya di rumah sakit."
"Oh begitu, biar saya saja dok yang menunggunya. Saya tidak mempermasalahkan itu." sahut Launa.
"Baiklah." balas Dokter Misa.
Setelah membahas beberapa obat yang perlu dikonsumsi oleh Tuan Raka membuat Launa menghapal semua yang diperlukan.
Raka yang sedari tadi diam saja, tatapan matanya fokus ke arah Launa yang memiliki tanggung jawab padanya.
"Dia wanita baik dan bertanggung jawab, berbeda dengan Mita yang berpura-pura baik dan tidak tulus mencintaiku." batin Raka.
"Kak Raka makan dulu setelah itu minum obat yang diberikan oleh dokter," ucap Launa dengan mengambil nampan makanan yang diberikan oleh pelayan makanan rumah sakit untuk Raka. Ia menyerahkan nampan makanan pada Raka.
"Mau aku suapi Kak." tawar Launa dengan senyuman manisnya.
Raka menggeleng cepat, ia tidak mau memiliki hutang budi pada perempuan yang baru dikenalinya.
"Tidak perlu repot-repot, aku bisa makan sendiri."
"Kakak yakin bisa makan? Aku tidak masalah jika aku menyuapi kakak." setelah mengatakan itu Launa memberikan sendok berisi makanan untuk disuapi oleh Raka.
Raka dengan terpaksa menerima suapan makanan dari wanita muda itu.
"Terima kasih," ucap Raka disela makannya.
"Sama-sama kak." sahut Launa tersenyum. Tangannya masih menyedok makana untuk disuapi ke dalam mulut Raka.
Launa menatap wajah tampan milik Raka, entah kenapa hatinya merasa berdetak tak karuan saat Raka membalas senyumannya sekarang.
"Haduh, kenapa hatiku merasa berdisko tak karuan. Apakah rasa ini dinamakan rasa cinta pada pandangan pertama?" tanya Launa dalam hati. Ia menarik nafas dalam-dalam untuk menetralkan hatinya.
Setelah selesai menghabiskan makanan di piringnya, Launa menyerahkan minum air putih dan obat-obatan.
"Minum dulu kak," ucap Launa.
"Okey." Raka menerima gelas berisi minuman dan obat untuk di minumnya.
"Kamu tidak sekolah?" tanya Raka yang melihat baju almet kuning yang dikenakan oleh Launa.
Launa menggeleng cepat dan ia menaruh nampan makanan di atas meja.
"Hari ini tidak ada jadwal kuliah, kak." jawab Launa cepat.
"Oh begitu, Launa tinggal dimana?" tanya Raka lagi.
"Aku tinggal di kos dekat kampusku, kak. Aku anak yatim piatu, kedua orang tuaku telah meninggal. Aku berasal dari desa U dan kedatanganku kesini untuk merubah nasib hidupku agar lebih baik." jawab Launa menjelaskan pada Raka. Ia menundukkan kepalanya merasa sedih atas cobaan hidupnya.
Raka yang mendengar perkataannya merasa simpati pada kisah hidup wanita yang duduk di kursi yang berhadapan langsung dengannya.
"Ya sudah, jangan sedih lagi. Aku akan memberikanmu uang banyak untuk memenuhi kebutuhan hidupmu." lagi-lagi Launa menolak perkataan Raka, ia tidak mau kebaikannya dianggap meminta uang.
"Maaf Kak, aku tidak bisa menerima uang kakak. Kebaikanku menolong kakak bukan sekedar meminta uang tapi aku tulis menolong kakak," ucap Launa membuat Raka menghela nafas kasar.
"Kalau kamu tidak mau uangku, apa yang bisa aku berikan untuk menebus kebaikanmu?" tanya Raka pada Launa.
"Jangan terlalu dipikirkan kak, aku hanya mau kakak sembuh bisa membuatku senang." jawab Launa.
Malam harinya, Raka menyuruh Launa agar pulang ke rumah kosnya saja. Ia tidak mau terlalu merepotkan Launa pastinya merasa capek mengurusi dirinya di rumah sakit.
"Kamu pulang saja, kamu butuh istirahat untuk menjagaku. Aku bisa tinggal di rumah sakit sendiri. Nanti ada tangan kananku untuk menjagaku. Kamu pulanglah bersama supir pribadiku," ucap Raka dan Launa menggeleng cepat.
"Tidak kak, aku tidak merasa cepat apapun. Aku tetap menjaga kakak disini. Aku tidak mau tangan kanan kakak yang baru menikah merasa terganggu dengan bulan madunya."
"Sudahlah, biarkan saja tangan Kananku menjalankan tugasnya. Dia sudah aku gaji dengan jumlah fantastis."
"Tapi kak, aku tidak--" perkataan Launa dipotong oleh Raka.
"Tidak, aku mau kamu pulang. Ini ambillah uang untuk beli makan malammu. Kamu pasti lapar belum makan," ucap Raka memberikan lima lembar uang berwarna merah di hadapan Launa.
"Waduh kak, uangnya terlalu banyak untuk membeli makan malamku. Cukup satu lembar saja."
"Ambillah, tidak apa-apa. Anggap saja aku sedang bersedekah padamu."
"Baiklah kak, jika niat kakak begitu. Aku terima dan terima kasih." Launa menerima beberapa lembar uang dari tangan Raka dan dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Aku pulang dulu, assalamualaikum." pamit Launa dengan mengulurkan tangannya dan disambut oleh Raka untuk mencium tangannya. Ia sangat menghormati orang yang lebih tua darinya dan mengikuti syariat agamanya.
"Wa'alaikumsalam, hati-hati di jalan." sahut Raka terdengar tulus. Ia menatap kepergian Launa yang telah hilang dari pandangannya.
Raka mengambil ponselnya untuk memeriksa hasil informasi yang diberikan oleh tangan kanannya -- Zack.
"Oh mereka pindah luar negeri untuk menghindari perbuatan jahatnya padaku. Baiklah, takkan ku biarkan kalian hidup bahagia setelah menghancurkan hidupku. Aku akan membalaskan dendam atas kematian kedua orang tuaku. Sekalipun membunuh wanita yang sangat aku cintai," ucap Raka terdengar tidak main-main atas perkataannya. Merelakan orang yang menyakiti kita bukanlah jalan terbaik untuk memecahkan permasalahan. Dulu Raka pernah bersikap seperti itu tapi tidak dengan sekarang ia harus lebih berhati-hati dan merencanakan sesuatu untuk membalaskan dendamnya.
"Nyawa harus dibalas dengan nyawa." itulah prinsip hidup Raka sekarang yang tidak seperti Raka baik hati yang dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments