Setiap hari kondisi Raka semakin membaik dan bisa beraktivitas seperti biasa. Berkat pelayanan Launa yang selalu menjaga pola makan Raka dan membiasakan hidup sehat.
Sepertinya hari ini Raka telah berpakaian rapi dengan stelan jas berwarna hitam dengan celana hitamnya. Ia menatap pantulan dirinya di depan cermin.
"Sempurna, aku sangat tampan dan keren. Sudah satu bulan aku tidak pergi ke kantor dan berdiam diri di rumah saja dengan memantau pekerjaan dari rumah. Sudah saatnya aku bangun dari keterpurukan dan beraktivitas normal." kata Raka dalam hati.
Raka membalikkan tubuhnya ke arah depan pintu untuk bersiap-siap pergi ke kantor. Ia berjalan melewati setiap ruang rumah mewahnya. Hingga langkah kakinya terhenti di depan ruang kamar yang tidak lain adalah kamar yang ditempati oleh Launa selama satu bulan ini. Iya, Raka memperkerjakan pelayan di rumahnya untuk menginap di rumahnya termasuk Launa dan ia memberikan toleransi waktu kuliah bisa digantikan dengan waktu lainnya untuk mengurusnya.
"Apa dia sudah bangun dari tidurnya, atau sekarang baru jam setengah tujuh. Biasanya dia datang merawatku jam 7 pagi." Raka terlihat berpikir sejenak untuk mengetuk pintu atau tidak. Tapi, ia ingin memberitahu Launa agar tidak menemuinya hari ini.
"Apa aku titip pesan saja sama kepala pelayan agar Launa tidak mencariku? Ide bagus, aku tidak repot-repot menunggunya." Raka pun melanjutkan langkah kakinya menuju lantai dasar rumah mewahnya.
Raka mencari keberadaan Rika -- Kepala pelayan rumah mewahnya agar bisa menyampaikan pesan pada Launa.
"Rika!" panggil Raka dan Rika yang sedang berjalan menuju ruang dapurnya itu langkah kakinya langsung terhenti saat mendengar suara Tuan muda Raka.
"Iya Tuan." sahut Rika.
"Bisa tolong saya untuk menyampaikan pesan pada Launa."
"Bisa Tuan."
"Tolong, bilang sama Launa, jangan mencari saya karena saya sudah pergi ke kantor. Saya sudah sehat dan bisa beraktivitas normal."
"Baik Tuan, saya akan sampaikan kepada Launa."
"Terima kasih, aku pergi dulu." setelah Raka mengatakan pesan itu ia melangkah pergi ke kantor. Raka tidak ingin mengabaikan perusahaannya dan membuat Nenek Melati merasa susah di masa tuanya.
Raka sangat berterima kasih pada Nenek Melati yang mau menghandel perusahaannya yang hampir terbengkalai. Raka melewati pelayan rumah yang menunduk hormat pada dirinya.
Di depan mobil mewahnya sudah ada Zack yang membukakan pintu untuk dirinya. Ia tersenyum tipis membalas sapaan pelayan rumahnya. Lalu, ia menaiki mobilnya dan menunggu Zack untuk melajukan mobil meninggalkan area pekarangan rumah mewahnya.
Di sepanjang perjalanan, suasana mobil terasa hening. Raka sibuk dengan pikirannya yang berkelana dimana-mana. Ia teringat dengan ilmu sihir untuk menjaga dirinya dan Nenek Melati dengan tujuan kebaikan tapi bukan menyakiti orang lain.
"Kira-kira, salah satu ilmu sihirku gunakan untuk melacak keberadaan Mita dan orang tuanya. Aku rasa tidak melanggar janji suci saat memegang ilmu sihir itu." Raka tampak berpikir keras untuk memantapkan pilihannya untuk memulai rencananya.
Zack yang memiliki indera keenam dan ia merasa tidak beres dengan Tuan Muda Raka. Ia mengubah kaca kecil di dalam mobil untuk melihat ekspresi wajah Tuan Raka terlihat aneh.
"Tuan, tolong jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Saya tidak berniat untuk mencampuri urusan pribadi Tuan, saya tidak ingin Tuan terjatuh pada lubang yang sama. Saya kenal betul siapa Tuan Leo yang gila hormat dan harta itu. Dia selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya termasuk melakukan persugihan dengan korban orang lain." jelas Zack membuat Raka tersadar dari pikirannya yang tidak panjang kali lebar itu.
"Kamu benar, saya perlu melakukan cara cantik untuk menghilangkan jejak Leo. Jika saya menggunakan sarana sihir maka dengan mudah Leo mengetahuinya karena dia memiliki banyak ilmu gelap yang mematikan." sahut Raka.
"Iya Tuan, saya harap Tuan dilindungi dari bahayanya sikap nekat Tuan Muda Leo." sambung Zack dan Raka mengangguk setuju atas perkataannya.
Sementara Launa yang telah menyelesaikan mandi di pagi hari dan berpakaian rapi dengan menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia tersenyum bahagia karena ia sudah memasuki masa libur kuliah di semester tujuh. Itu berarti tidak lama lagi Launa akan menyusun tugas akhir kuliah yaitu Skripsi yang menjadi penentu kelulusan kuliahnya.
"Tidak ada jadwal kuliah hari ini, aku bisa lebih santai untuk merawat Tuan Raka." Launa melangkah keluar dari ruang kamarnya. Kemudian, ia menuruni anak tangga menuju lantai dasar untuk memasak di dapur.
Launa melihat para pelayan yang berlalu lalang dari pintu utama rumah mewah Alex.
"Tidak biasanya, mereka dari depan pintu utama. Apa ada informasi yang membuat mereka berkumpul? Tapi, kenapa aku tidak diberitahu kalau ada informasi?" tanya Launa dengan tatapan para pelayan yang kembali bekerja ke tempat kerjanya masing-masing.
"Tidak, aku tidak boleh sibuk mengurusi kehidupan mereka. Lebih baik aku fokus mengurusi hidupku untuk merawat Kak Raka karena tugasku menjadi perawat pribadinya." Launa melanjutkan langkah kakinya yang sempat berhenti itu ia berjalan menuju dapur untuk mengambil beberapa bahan makanan di dalam kulkas. Ditaruhnya di tempat pemotongan bahan makan mentah untuk memulai menyiapkan makanannya.
"Launa, mulai sekarang kamu tidak perlu memasak lagi," ucap Rika -- Kepala pelayan yang berjalan menghampiri Launa.
Launa menoleh ke arah Rika yang sedang berdiri di sebelahnya.
"Memangnya kenapa, Bu?" tanya Launa pada wanita yang seumuran dengan mamanya.
"Karena Tuan Muda Raka sudah berangkat bekerja dan kamu bisa membantu saya untuk menyiapkan makanan untuk sarapan pagi." jawab Rika membuat Launa membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna.
"Apa? Kak Raka sudah kembali bekerja? Kenapa aku tidak tahu kalau dia sudah beraktivitas seperti biasa? Apa aku akan diberhentikan bekerja disini?" tanya Launa pada Rika.
"Kondisi Tuan sudah baik dan bisa bekerja. Kalau mengenai kamu diberhentikan bekerja, saya tidak tahu. Bisa tanyakan pada Tuan Muda Raka secara langsung." sahut Rika yang menatap Launa yang tampak sedih.
"Baiklah Bu, terima kasih atas informasinya. Baiklah, hari ini aku akan membantu bekerja apapun disini. Aku tidak mau makan gaji buta. Selama satu bulan ini aku bekerja untuk merawat Kak Raka. Sekarang Kak Raka sudah bekerja, otomatis aku bekerja sebagai pelayan biasa." balas Launa pasrah.
"Baiklah, jangan patah semangat. Mari saya ajarkan pekerjaan lain yang belum kamu mengerti." ajak Rika agar Launa mengikuti langkah kakinya menuju ke ruang keluarga.
"Iya Bu." Launa berjalan mengikuti langkah kaki Rika yang menyuruhnya agar bisa membersihkan lantai di ruang keluarga dan merapikan tata letak barang yang ada disana agar tetap bersih.
Launa pun melakukan pekerjaan rumahan yang biasanya ia lakukan di rumah orang tuanya. Hanya menyapu dan mengepel rumah serta mengelap barang agar tidak berdebu sudah biasa dilakukan oleh Launa di rumah. Tidak ada kata gengsi bagi seorang mahasiswi sarjana S1 khusus Launa. Jika pekerjaan halal maka ia akan lakukan untuk membantu perekonomian kedua orang tuanya.
"Semangat Launa, kamu harus tetap semangat. Ingatlah, mendapatkan pekerjaan dengan gaji fantastis tidaklah mudah. Aku cukup bersyukur dan belajar tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan dan praktik saja. Tapi mendapatkan ilmu kebersihan dalam piket kelas itulah yang menjadi latihan pekerjaan yang ku lakukan sekarang." kata Launa dalam hati. Ia menyemangati dirinya sendiri agar tidak mengeluh saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments