Kepulangan Raka dari rumah sakit menjadi hari pertama kerja Launa di rumah mewah dan keturunan milyader ini. Sepertinya saat ini Launa sedang mendengar beberapa peraturan yang diberikan oleh Raka harus dipatuhi.
Raka yang melihat Launa berdiri dengan kepala menunduk ke bawah itu berhasil membuat Raka menjadi geram.
"Angkat kepalamu! Aku ada di hadapanmu tapi bukan di bawah!" ucap Raka dengan suara beratnya.
Launa yang merasa gugup ditatap tajam oleh Raka dan tangannya memilin ujung bajunya itu ia langsung mengangkat kepalanya menghadap ke arah Raka sesuai perintah.
"Iya Kak." jawab Launa sopan.
Raka yang sedang duduk diatas kasur empuk berukuran king size, ia menyuruh Launa untuk mengambil map merah yang berada di atas meja sofa.
"Bisa ambil map merah itu!" pinta Raka dan Launa mengangguk cepat.
Raka melihat Launa mengambil map merah lalu memberikan pada dirinya. Lalu, ia mulai membuka map merah yang berisi beberapa surat perjanjian.
"Baiklah, tetap berdiri! Kamu dengar baik-baik. Sebelum kamu bekerja di rumahku, aku akan memberi tahu peraturan apa saja yang harus kamu patuhi," ucap Raka dengan menatap sekilas ke arah Launa yang mengangguk cepat.
"Bisa dimulai sekarang." lanjut Raka.
"Bisa kak, silahkan." sahut Launa dengan menajamkan telinganya.
Disaat Raka ingin membaca isi surat perjanjian, ia membuang nafas kasar dikala melihat sederet kalimat peraturan yang panjangnya kali lebar kali tinggi. Ia baru saja pulang dari rumah sakit dan tenaganya belum sepenuhnya normal. Raka mengalihkan pandangannya dari berkas kerjasama menuju ke arah Launa yang berdiri diam di hadapannya.
"Launa, duduklah disini!" titah Raka dengan tangan menepuk bagian kasur yang kosong di hadapannya.
"Baik Kak." Launa langsung duduk sesuai keinginan Raka.
Raka menyerahkan map merah pada Launa yang langsung menerimanya dengan tatapan mata penuh tanya.
"Kamu bisa baca sendiri kan isi surat perjanjiannya?" tanya Raka.
Launa yang membuka isi map merah itu seketika kedua bola matanya membulat dengan sempurna saat melihat sekumpulan tulisan yang penuh dengan rangkaian kata.
"Iya, bisa kak." jawab Launa dengan wajah pucatnya.
"Ya sudah, kamu langsung baca saja dan boleh bertanya sesuatu yang tidak dimengerti." sahut Raka.
"Iya kak, terima kasih." Launa mulai membaca satu persatu kalimat dalam surat perjanjian.
Sementara Raka yang melihat ekspresi wajah Launa yang terlihat serius itu ia ingin tertawa dalam hati. Ia memang kejam tapi sudahlah jalani saja semua sikapnya yang tak bersahabat.
Launa yang membaca isi surat perjanjian bagian penting membuat dirinya berpikir berulang kali untuk menyetujui kerjasama menjadi pelayan khusus merawat Raka di rumahnya.
*Isi Surat Perjanjian Kerjasama Antara Pihak 1 (Raka) dan Pihak 2 (Launa) *
Adapun semua peraturan dalam perjanjian ini dibuat untuk sebenar-benarnya agar kedua belah pihak dapat mematuhi dan mengikuti peraturan yang berlaku, yakni sebagai berikut:
Dilarang datang terlambat dalam jam kerja
Dilarang mengumbar aib orang-orang yang berada di rumah ini pada orang lain
Dilarang membawa pacar atau teman saat bekerja disini
Dilarang memainkan ponsel saat jam kerja
Dilarang bersikap berbohong, sombong, jahat dan licik saat bekerja disini
Wajib memberikan pelayanan yang baik pada Tuan Muda Raka dalam bekerja
Wajib tinggal di rumah ini selama bekerja
Dilarang pacaran saat bekerja di rumah ini
Dilarang sibuk mengurusi kehidupan pribadi Tuan Muda Raka dalam bekerja
Dilarang mencari perhatian dan menculik hati Tuan Muda Raka dalam bekerja
Apabila melanggar peraturan diatas maka akan dikenakan dendam berkali lipat (Mengikuti Keinginan Tuan Muda Raka) dan tidak mendapatkan gaji selama lima bulan.
"Haduh... Kenapa aku membaca di bagian penting ini semakin nyaliku menciut untuk membantu Kak Raka dan bekerja disini? Memang peraturan nomor 1 sampai 5 biasa saja tapi berlanjut ke no 6 sampai 10 sedikit aneh saja." Launa menatap wajah Raka yang tampak dingin dan datar saja.
"Apa aku tolak saja kerjasama yang menguras mental ini ya? Tapi, apa perlu membaca sampai selesai peraturan yang tersedia." kata Launa dalam hati. Ia membuka lembar surat kerjasama selanjutnya hingga di lembar 12 terakhir yang memberikan informasi gaji yang diterimanya.
"Masya Allah, gaji 10 juta dalam satu bulan sekali. Ya Allah, luar biasa nikmat yang kamu tawarkan padaku. Sepertinya aku terima saja karena aku butuh banyak uang untuk menyelesaikan biaya kuliahku yang semester tua." batin Launa.
Raka yang sedari tadi menunggu Launa membaca semua isi surat perjanjian kerjasamanya membuat dirinya merasa lapar.
"Apa sudah selesai membacanya? Kalau belum, bisa dilanjutkan setelah memasak makanan untukku. Sudah jam 2 siang dan aku butuh makan siang," ucap Raka membuat Launa mengangguk cepat.
"Iya Kak, aku sudah selesai membaca semua peraturan perjanjian kerjasama ini aku setuju dan mau menerima pekerjaan sebagai pelayan Kakak." sahut Launa dengan memantapkan hati agar tidak menyesal di kemudian hari.
"Okey, tanda tangan disini dan buat aku makanan yang sehat." Raka menyerahkan pena dan materai 10.000 ribu pada Launa dan mengarahkan posisi tanda tangan kontrak bekerja.
Launa yang menerima pengarahan dari Raka, ia langsung mendatangani surat perjanjian diatas materai. Setelah itu ia menyerahkan berkas surat kerjasama kontrak pada Raka.
"Terima kasih kak telah memberiku pekerjaan, aku izin membuatkan makanan untuk kakak," ucap Launa terdengar tulus pada Raka.
"Sama-sama, aku tunggu 20 menit dari sekarang. Aku tidak suka pelayan yang suka menunda waktunya dan berikan aku pelayanan yang baik agar aku bisa yakin kamulah pelayan yang cocok untuk merawatku."
"Siap, laksanakan Kak. Aku permisi dulu." Launa langsung berjalan keluar dari ruang kamar Raka untuk membuat makanan yang sehat dan tidak melanggar aturan dari rumah sakit.
Raka yang melihat kepergian Launa dari hadapannya, ia tersenyum kecil saat teringat ekspresi wajah Launa yang berubah-ubah dikala membaca isi surat perjanjian kerjasama menjadi pelayannya.
"Baguslah dia setuju mau bekerja denganku, aku tidak capek-capek merasa hutang budi dan melupakan rasa nyaman itu." Raka menyimpan map merah di atas laci meja riasnya dan menguncinya dengan rapat.
"Setelah aku sembuh nanti takkan ku biarkan orang-orang yang berani menghancurkan hidupku sedang tertawa bahagia diatas penderitaanku. Aku harus mencari jalan untuk membalaskan dendam lama itu aku tidak perduli sebesar cintaku pada Mita tapi aku tetap menjalankan tugasku untuk membalas dendam padanya." Raka tersenyum menyeringai saat menatap foto seorang wanita sedang tersenyum yang berada di layar ponselnya. Mita namanya wanita yang terlihat polos dan sangat mencintainya tapi faktanya berhasil menghancurkannya.
"Tunggu pembalasanku, Mita." lirih Raka dengan mengepalkan tangannya merasa geram dan marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments