Seorang wanita cantik yang berusia 19 tahun itu dirinya terjebak tidak bisa pulang karena hujan. Launa Melodi namanya yang dijuluki sebagai wanita polos dan baik pada orang lain. Sebab, Launa yang selalu bersikap baik pada semua orang tanpa meminta balasan itu mudah dimanfaatkan kebaikannya oleh orang lain.
“Haduh, hujan semakin deras kalau begini lambat redanya.” lirih Launa yang duduk diruang tunggu halte bus karena ia baru pulang dari supermarket.
“Langit, bisakah kamu hentikan hujan, karena akum au pulang.” Launa menatap setiap detik demi detik air mengalir kencang. Tidak ada siapapun ditempat duduk ini yang menemani Launa yang menunggu hujan berhenti agar bisa pulang.
Mau bermain ponsel pun tidak bisa karena ada petir yang menghiasi keindahan hujan rintik-rintih yang membasahi bumi.
Seketika Launa merasa terkejut saat mendengar suara benturan dan Launa langsung berdiri dari duduknya untuk melihat kondisi yang kurang kondusif.
“Apa yang terjadi? Kenapa berisik sekali seperti ada tertabrak?” tanya Launa dalam hati.
Launa menoleh-noleh di sekelilingnya yang terlihat ada sebuah bus yang berhenti ditengah jalan dan ada seseorang yang terjatuh dengan bersimbah darah.
“Apa? Ada orang yang tertabrak. Aku harus menolong pria itu dan menahan supir bus tidak kabur.” tidak ingin menunggu waktu yang lama, bahkan sekalipun air hujan membasahi pakaian Launa yang tidak memperdulikan dirinya mandi gratis menerobos hujan untuk berlarian menuju pria itu. Launa menghentikan langkah kakinya tepat didepan tubuh pria yang hampir tak sadarkan diri dan menahan supir bus agar keluar dari mobil.
“"Kakak, tidak apa-apa?" ucap Launa yang berjongkok dan berhasil menyelamatkan Raka dari serangan mautnya dan Raka seperti mayat hidup, seperti hidup segan mati tak mau dengan kehadiran Launa.
Launa yang merasa diabaikan oleh pria tampan yang diselamatkannya itu, ia menoleh menuju kearah mobil bus berwarna biru yang masih berhenti.
“Kakak, tunggu disini sebentar,” ucap Launa berdiri dari duduknya dan ia berjalan menghampiri supir bus yang tidak berniat keluar dari mobil.
“Pak Supir, keluar! Ayo tanggung jawab atas perbuatanmu,” ucap Launa yang berdiri didepan pintu mobil pengemudi.
Mendengar perkataan Launa yang memerintah Pak supir itu malahan berniat kabur meninggalkan mereka. Launa yang mendengar deru mesin mobil yang dinyalakan itu ia langsung membuka pintu mobil dan menarik kunci mobil secara paksa.
“Enak banget pak supir mau kabur-kabur saja setelah menabrak orang. Ayo tanggung jawab kamu!” ucap Launa memberikan tatapan tajam dengan tangan kanannya sudah memegang kunci mobil.
“Hei! Berani-beraninya kamu mengambil kunci mobilku. Apa kamu tidak tahu aku membawa sepuluh penumpang ekslusif dan bukan salah aku yang menabrak pria itu yang sendirinya berjalan ditengah jalan.” Pak supir berusaha membela diri atas kesalahannya.
Launa merasa geram mendengarnya dan ia sekilas menatap kearah tempat duduk penumpang yang tampak membeku ditempat duduknya.
“Aku berani karena pak supir tidak memiliki sifat tanggung jawab dan bukan urusanku kalau pak supir mau membawa penumpang ekslusif kek, mau membawa penumpang rakyat jelata gitu, yang terpenting aku mau pak supir bertanggung jawab atas kesalahan pak supir. Aku mau pak supir membawa kakak ini ke rumah sakit, cepat!” titah Launa dengan melipatkan kedua tangannya dibagian perut yang membiarkan tubuhnya diguyur hujan.
“Tidak mau,” ucap Pak supir membuat Launa murka.
“Baiklah, kalau tidak mau membawa kakak itu pergi ke rumah sakit, aku akan melaporkan ke pihak berwajib.” ancam Launa terdengar serius dan tak main-main.
Pak supir menelan salivanya dengan susah payah dengan mendengar kalimat paling mujarab di akhir kalimat dapat menghancurkan citra baiknya.
“Ya sudah, aku mau membawanya pergi ke rumah sakit. Mau bantu angkat sana pria itu agar masuk ke dalam mobil.” perkataan Pak supir membuat kedua bola mata Launa menatap malas menuju kearah dirinya.
“Bapak mau ganti menjadi wanita kah dengan seenak jidatnya menyuruhku tapi tidak apa-apa karena aku wanita baik hati dan tidak sombong mampu mengangkat tubuh Kakak tampan itu. Susah ya ternyata gak suka main air hujan jadi gak bisa mandi gratis,” ucap Launa dengan habis-habisan menyindir Pak supir itu. Setelah mengatakan itu Launa kembali berjalan menuju ke arah Raka yang duduk termenung dengan tatapan kosong dan tak membiarkan darah segar mengalir dikepalanya.
“Kak, bertahanlah. Kita akan pergi ke rumah sakit,” ucap Launa dengan membantu tubuh Raka agar berdiri dari duduknya dan mengandengnya berjalan.
Raka yang menatap sekilas menuju kearah tangannya dipegang oleh seorang wanita muda, dengan terpaksa ia membiarkannya saja dan mengikuti langkah kaki wanita itu.
“Siapa wanita ini? Kenapa dia mau menolongku?” tanya Raka dalam hati. Ia baru tersadar dari lamunannya tapi pikirannya masih terasa kacaw dengan pengkhianatan Mita.
Raka melangkah pelan saat memasuki kedalam mobil bus dan memilih menghentikan langkah kakinya didepan kursi saja. Mengingat, rupanya didalam mobil bus banyak para wanita yang menatap kagum dengan ketampanannya.
“Aku duduk disini saja, kepalaku terasa sakit,” ucap Raka tanpa menoleh kearah Launa.
Launa mengangguk mengiyakan perkataan pria tampan yang baru dikenalinya.
“Baik kak, biar aku bantu.” sahut Launa dengan membantu Raka agar mencari posisi duduk yang nyaman dengan mengatur posisi kursi agar dapat menyender.
“Terima kasih,” ucap Raka sambil menghapus darah segar yang keluar dari keningnya dengan menggunakan telapak tangannya yang masih basah diguyur hujan.
Melihat pria itu yang terus menghapus darahnya sendiri dengan tangan yang sudah dihiasi darah membuat Launa merasa tidak tega.
“Jangan kak, nanti lukanya terinfeksi. Aku bantu memberi obat sementara agar darahnya bisa sedikit reda.
Untung saja Launa di supermarket tadi membeli bahan makanan dan obat-obatan jadi ia tidak bersusah payah untuk mencari keberadaan obat-obatan.
Raka menahan rasa pusing dan kedua bola matanya sedikit gelap dikala wanita muda yang sedang membersihkan lukanya yang berukuran sedang menggunakan kapas dan obat penahan darah serta rasa sakit.
“Kenapa pandanganku terasa gelap? Haduh, aku tidak fokus melihat.” gumam Raka pelan tapi masih terdengar jelas diindera pendengaran Launa.
“Kakak kenapa? Tolong bertahanlah kak. Sebentar lagi, kita akan sampai di rumah sakit,” ucap Launa melihat Raka yang memegang kepalanya.
Sakit yang luar biasa dibagian kepala Raka itulah yang dirasakannya saat ini. Sudah sakit hati ditambah sakit kepala ini membuat Raka benar-benar rapuh dengan nasibnya yang kurang beruntung. Kedua bola mata Raka terlihat sayup-sayup menatap kearah Launa yang terlihat panik dengan kondisi wajah Raka yang berubah menjadi pucat.
“Tolong aku, aku masih ingin hidup,” ucap Raka pelan dan berhasil membuat Launa semakin panik melihat Raka sudah menutup rapat kedua bola matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments