Saat ini Launa berada di dapur, ia sedang sibuk berkutik dengan spatula dan minyak goreng untuk memasak makanan kering dan makanan basah untuk Raka. Ada beberapa pelayan yang ingin membantu Launa tapi ditolaknya dengan alasan bisa memasak sendiri saja. Ia baru bekerja di rumah ini dan tidak mau membuat orang lain merasa sulit atas kehadirannya.
"Sayur sudah dimasak, ayam dan ikan aku masak saja agar nutrisi Kak Raka semakin banyak dan kuat tubuhnya." lirih Launa pelan. Lalu, ia memasak makanan sehat untuk Raka.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, cukup 15 menit ia bisa memasak dengan teknik the power of kecepatan. Ia menaruh semua makanan yang dimasaknya di atas nampan makanan dan minuman. Lalu, ia berjalan menuju ruang kamar Raka di lantai atas.
Setibanya Launa di depan pintu ruang kamar Raka, ia mengetuk pintu kamar Raka untuk meminta izin masuk.
"Masuk," ucap seseorang dari dalam kamar.
Launa pun melangkah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Ia melihat Raka sedang sibuk memeriksa ponselnya.
Raka yang melihat Launa yang telah membawa makanan untuk dirinya, ia yang sedang memeriksa jumlah keuntungan saham perusahaanmya, ia menundanya untuk menikmati makanan yang dimasak oleh Launa.
"Letak disini saja dan suapi aku!" titah Raka dan Launa langsung mengangguk saja.
Memang terdengar aneh dengan perintah Raka untuk menyuapinya tapi Launa akan melakukannya.
"Kak Raka, ayo buka mulutnya. Makanan sehat siap mendarat masuk ke dalam mulut kakak," ucap Launa yang telah menyerahkan sendok berisi makanan nasi dan sayur di hadapan Raka.
Raka yang menyerhitkan keningnya merasa aneh atas perkataan Launa yang terdengar membujuk bocah. Tapi, ia masih bersabar dulu karena ia mengerti dengan tujuan Launa baik. Walaupun pilihan katanya yang salah. Raka membuka mulutnya dengan lebar untuk menerima suapan dari Launa. Ia mengunyah makanan itu hingga kedua bola matanya membulat dengan sempurna saat menikmati cita rasa makanan yang sangat dirindukannya.
"Masakan Launa mengingatkanku pada masakan Mama dulu. Rasanya enak seperti mama. Hanya saja yang membuat makanan orang yang berbeda. Kenapa Launa bisa memasak makanan yang rasanya sama persis seperti mama? " kata Raka dalam hati. Ia terus menerima suapan demi suapan dari Launa hingga suapan terakhir membuat dirinya semakin merindukan masakan mamanya.
Launa yang melihat Raka yang memakan habis masakannya, ia sangat senang karena tidak menerima komentar apapun dari Raka.
"Alhamdulillah, makanan kakak sudah habis. Sekarang minum obat," ucap Launa dengan memindahkan piring kotor menuju nampan makanan dan memberikan air putih dan obat-obatan yang diminum oleh Raka.
Raka meneguk habis obat-obatan yang minumnya, ia menyerahkan gelas kosong pada Launa.
"Terima kasih, makanannya enak dan buatkan makanan yang rasanya sama seperti itu," ucap Raka.
"Iya Kak, sama-sama. Aku senang kalau kakak suka dengan masakanku nanti aku buatkan resep makanan yang lain." sahut Launa lalu membantu posisi Raka agar menyender di kepala kasur dan menyelimuti tubuh Raka agar tidak dingin.
"Kak Raka, aku izin pulang dulu. Aku mau mengambil buku makul aku di rumah karena ada jadwal kuliah besok pagi. Aku izin masuk siang untuk bekerja ya kak," ucap Launa meminta izin pada Raka.
"Baiklah, aku izinkan kamu pergi kuliah. Jangan lupa beritahu kedua orang tuamu kalau kamu sudah bekerja di rumahku dan sebelum pergi kuliah besok, buatkan aku makanan."
"Iya Kak, terima kasih atas pengertiannya. Kalau begitu, aku izin pulang sebentar dan malam aku datang kesini." setelah mengatakan itu Launa pamit undur diri dari hadapan Raka. Ia membawa nampan berisi piring kotor untuk dicucinya.
Setelah semua pekerjaannya selesai, Launa pulang ke rumahnya. Ia berpesan pada satpam untuk pulang sebentar untuk membawa buku kuliah dan pakaian ganti. Ia memesan ojek online untuk mengantarnya pulang.
Launa menunggu di depan rumah mewah Raka dan tidak berapa lama datanglah ojek online. Lalu, ia menaiki motor itu agar sampai tujuan rumah orang tuanya.
Di perjalanan terasa ramai karena jam menunjukkan pukul 4 sore yang tentunya banyak motor dan mobil berlalu lalang pulang dari tempat kerjanya menuju rumah masing-masing.
Setelah tiba di depan rumah minimalis berwarna biru dengan pagar keliling. Launa membayar uang pada ojek online.
"Ini Pak, uangnya. Kembaliannya untuk bapak saja," ucap Launa dengan menyerahkan uang 50 ribu pada Bapak paruh baya itu.
Bapak ojek online menerima uang Launa dan ia mengalihkan pandangannya dari uang yang dipegangnya menuju ke arah Launa.
"Uang ini terlalu banyak dek, ongkos ojek hanya 20 ribu saja."
"Tidak apa-apa Pak, ambil saja uang kembaliannya. Saya sedekah sama Bapak."
"Alhamdulillah dek, terima kasih ya semoga adek murah rezeki dan segala urusan dipermudahkan." doa Pak Ojek online terdengar tulus.
"Aamiin." sahut Launa lalu pamit masuk ke dalam rumahnya.
Zack yang mengikuti Launa sesuai perintah dari Tuan Muda Raka, ia langsung memberi kabar tentang aktivitas Launa di luar.
"Hallo Tuan, Nona Launa sudah sampai di rumah orang tuanya dengan selamat. Nona Launa sangat baik dan ia memberikan sedikit sedekah pada Tukang ojek online itu," ucap Zack melaporkan pada Tuan Raka melalui sambungan panggilan masuk di ponselnya.
"Baiklah, tugas kamu selesai sampai disini. Kamu bisa pulang sekarang." sahut Raka yang berada di ruang kerjanya.
Raka yang merasa gelisah, ia menelpon tangan kanannya -- Zack untuk memata-matai Launa untuk memastikan bahwa wanita itu benar-benar pulang atau keluyuran. Ternyata Launa itu wanita baik dan jujur. Ada nilai tambahan pada wanita itu. Entahlah, Raka merasa aneh dengan rasa tak menentu. Rasanya ia tidak ingin jauh-jauh dari wanita itu dan tidak ingin Launa menjadi milik pria lain.
"Hah! Meresahkan! Kenapa aku bisa semudah ini merasa nyaman pada wanita baru aku temui? Padahal aku tidak mudah menyukai wanita. Apa sikap baik Launa membuat hatinya tersentuh dan tidak ingin kehilangannya," ucap Raka dengan menjambak rambutnya merasa frustasi pada perubahan hatinya.
"Aku sangat bersyukur sudah melupakan Mita tapi kenapa semudah ini pula aku bisa mendapatkan wanita penggantinya? Wanita muda dan masih kuliah yang polos atas sikap kekanak-kanakannya. Huh... Sungguh meresahkan rasa ini membuatku hampir gila." Raka menyender di kursi kebesarannya sebagai CEO di ruang kerja rumah mewahnya.
Niat hati ingin memeriksa hasil laporan kerjasama antar perusahaan lain tapi hati memaksa untuk mengetahui keberadaan Launa hingga menelpon tangan kanannya untuk mengikuti Launa hingga sampai di rumah orang tuanya. Sangat gila dan aneh itulah yang Raka lakukan untuk memuaskan hatinya.
"Semoga tidak ada lagi hati yang tersakiti setelah perbuatan Wanita picik itu." lirih Raka pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments