Raka menggelengkan kepalanya dan ia meraih gelas berisi air putih untuk minum terlebih dahulu untuk menghilangkan dahaga di tenggorokannya. Setelah menghabiskan air putih di gelasnya. Barulah, Raka menaruh gelas itu pada tempatnya dan ia menatap kedua bola mata Nenek Melati yang memberikan tatapan sendu ke arah dirinya.
"Iya Nek, Nenek jangan khawatirkan aku dan Mita. Aku sudah memberi kabar pada temanku untuk menjemput kami saat kami tiba nanti. Aku akan jaga diri, aku kan sudah memegang sabuk hitam jadi tidak mudah orang lain mengalahkanku," ucap Raka sambil menggenggam telapak tangan Nenek Melati.
Nenek Melati menghela nafas panjang saat mendengar keputusan Raka. Ia mengalihkan pandangannya menuju ke arah Mita yang terlihat binggung dengan sikapnya.
"Nenek percaya denganmu, Raka." Nenek menatap sendu ke arah kedua bola mata Raka.
"Tapi, ingatlah di masa lalumu itu, Nenek tidak ingin kamu terluka lagi dan hampir menjadi tumbal seperti dulu. Nenek tidak ingin kehilangan orang-orang yang nenek sayang. Nenek ingin..." perkataan Nenek Melati terhenti saat Raka memotong pembicaraannya.
"Nenek. aku berjanji tidak akan mudah mempercayai orang lain lagi. Aku akan berhati-hati dalam mengambil keputusan. Aku pergi berlibur bukan sendiri tapi aku bersama Mita akan pergi berlibur kesana. Jadi, tolong nek, beri aku kesempatan untuk merantau di daerah orang sebagai tempat liburanku. Aku mohon biarkan aku pergi."
"Baiklah, jika itu pilihanmu maka berhati-hatilah, Nenek doakan semoga kamu dan Mita akan sampai tujuan dengan selamat." doa Nenek Melati tulus.
"Aamiin, terima kasih nek atas izinnya." Setelah perdebatan kecil di pagi hari tadi, Raka dan Mita pamit pergi menuju Taksi yang sudah Raka pesan sejak tadi untuk mengantarkan dirinya bersama Mita ke Bandara Soekarno Hatta Internasional.
***
Di dalam Pesawat yang ditumpangi oleh Raka dan Mita, mereka sedang duduk di kursi nomor dua. Raka menggenggam tangan Mita dengan erat karena ia takut Mita akan meninggalkannya, Hal itu, sontak saja, Mita mengalihkan pandangannya dari jendela pesawat menuju ke arah Raka memberikan senyuman manis padanya.
"Kenapa?" ucap Mita.
"Kangen." jawab Raka asal.
"Bukankah aku selalu berada di sampingmu? Lalu, untuk apa kamu merasa kangen padaku?" Mita menyerhitkan keningnya saat melihat Raka mulai memejamkan kedua bola matanya.
"Biarkan aku menggenggam tanganmu, aku tidak mau cinta tulusku memudar," ucap Raka asal dan Mita semakin binggung dengan perkataan Raka.
"Cinta tulusku memudar? Apa maksudnya?" kata Mita dalam hati. Mita tetap berpikir positif karena ia yakin Raka sangat mencintainya.
"Oh iya, aku dengar kata Nenekmu tadi kita pergi berlibur ke daerah kepulauan nantinya akan melewati bangunan kuno yang terletak di Kota X terpencil?" ucap Mita mulai bertanya pada Raka.
"Lebih tepatnya bangunan kuno itu sebagai kuil leluhur yang dimana tempat itu sebagai tempat pemuja benda keramat yang dihuni oleh roh jahat." Raka membuka kedua bola matanya dan ia memiringkan kepalanya untuk menghadap ke arah Mita.
Mita menelan salivanya dengan susah payah dengan perkataan Raka yang terdengar mistis dan berlegenda.
"Sedikit mistis tapi aku tertarik datang kesana untuk memastikan apa benar cerita itu benar-benar ada," ucap Mita dengan senyuman misterius.
Hal itu membuat Raka berusaha menghentikan jiwa rasa keingintahuan tinggi Mita yang dapat membahayakan dirinya sendiri.
"Aku tahu siapa kamu sebenarnya, tapi, sebesar cinta tulusku padamu. Aku akan melupakan masa lalu itu dan menerima kamu apa adanya." Batin Raka berusaha menghentikan rasa dendam teramat dalam pada seseorang.
"Hey! Jangan bersikap seperti itu. Aku tidak ingin kamu terluka akibat rasa keingintahuan-mu itu." Raka menangkup pipi cabi Mita agar dapat menatap kedua bola matanya.
"Aku sangat tulus mencintaimu, aku tidak ingin kehilanganmu. Jangan bersikap konyol dengan hal-hal yang dapat merenggut nyawamu." lirih Raka.
"Kecuali kamu memasang bendera peperangan maka cinta tulusku akan memudar." lanjut Raka tapi tak mampu ia ucapkan secara langsung pada Mita. Lidahnya terasa keluh untuk mengatakan itu. Berulang kali, ia menepis niat jahatnya itu sejak dulu tapi ia tidak boleh menyakiti wanita karena sama saja ia menyakiti ibunya sendiri.
Raka teringat dengan jelas saat ia berada dimana dirinya diberikan kesempatan kedua oleh Tuhan.
Kedua bola mata Raka terbuka dengan sempurna. Setelah ia menetralkan pencahayaan yang menerpa penglihatannya yang menatap suasana putih di sekelilingnya.
"Kamu sudah sadar, Raka," ucap Nenek Melati yang setia menjaga Naruto di masa komanya.
Raka berusaha menoleh ke arah Nenek Melati yang telah duduk di sebelahnya. Tapi, rasa sakit yang luar biasa tidak sanggup ia gerakkan kepalanya.
"Jangan bergerak dulu, kamu baru sadar dari masa koma." Nenek Melati menatap sendu ke arah kedua bola mata Raka yang menatap fokus ke arah depan.
"Ketahuilah Rak, Nenek tidak akan membiarkan dia menyakitimu lagi. Kamu harus membalaskan kesalahan fatal dengan apa yang dia perbuat padamu. Kamu tidak melakukan kesalahan apapun pada dia. Kamu wajib melakukan suatu rencana untuk membalaskan dendam itu. Leo memiliki anak perempuan yang seumuran denganmu, Nenek baru mengetahuinya disaat para orang suruhan memantau kehidupan Leo. Kamu harus menyakiti anak perempuannya dan jangan biarkan Leo dengan keluarganya hidup bahagia." perkataan Nenek Melati selalu diingat oleh Raka. Sehingga, Raka tidak menyadari panggilan Mita yang menatap cemas pada dirinya.
"Rak? Raka?" ucap Mita sambil mengguncangkan pundak Raka dengan pelan.
Raka teralihkan di dunia nyatanya dan ia melihat wajah cantik Mita yang menatap dirinya.
"Aku baik-baik saja. Beristirahatlah, perjalanan kita masih jauh dan kita butuh tenaga untuk memulai pertualangan." sahut Raka dan dibalas anggukan oleh Mita.
Akhirnya, Raka dan Mita telah sampai di daerah kepulauan yang memiliki banyak kekayaan pantai dan bukit yang indah. Tujuan utama, mereka untuk menjelajahi kota x yang terbilang kota terpencil yang memiliki banyak keindahan alam. Raka dan Mita menaiki bus yang melaju menuju ke kota x. Raka menuntun Mita agar berjalan hati-hati saat memasuki bus.
"Terima kasih, kamu pasti capek. Aku ada minuman kopi siap saji untuk kamu minum. Lumayan untuk menghilangkan dahaga," ucap Mita menawarkan sebotol kopi pada Raka.
Raka yang merasa haus pun dengan senang hati menerima tawaran wanita yang sangat ia cintai.
"Ternyata keputusanku benar, awalnya aku berniat jahat untuk mendekatkan diri agar kamu benar-benar mencintaiku dan meninggalkanmu disaat sedang sayang-sayangnya. Eh, nyatanya aku sendiri yang terperangkap ke dalam rencanaku dan aku menentang pada nenek kalau kamu itu wanita baik-baik. Aku benar-benar bahagia telah mengenalimu dan tak ku sia-siakan dirimu, cinta tulusku tak ku biarkan memudar." kata Raka dalam hati. Naruto memantapkan hati atas keputusannya. Raka menatap kedua bola mata Mita dengan penuh cinta.
"Permainan akan segera dimulai, aku bersaksi tidak akan gagal untuk kesekian kalinya, ayah." batin Mita dalam hati. Mita tersenyum tipis saat Raka mulai meminum kopi yang telah ia suntikkan obat yang dapat menurunkan imun tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments